- Written by Walentina Waluyanti
Bung Karno Nyanyi Yankee Doodle
Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek).
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Catatan penulis: Tulisan ini adalah rangkaian dari tulisan saya berjudul “Bung Karno Alergi, Ibu Negara Murka". Bersama penonton lain, Sukarno antri masuk bioskop. Kelihatannya dia sama saja dengan penonton lain. Asal punya karcis, boleh masuk. Tapi ada bedanya. Bedanya bukan karena Sukarno mampu-nya membeli karcis yang paling murah. Tapi beda yang menyolok, karcis murah di tangannya menunjukkan hak Sukarno hanya boleh duduk di belakang layar film. Bukan di depan layar, sebagaimana normalnya orang menonton film.
- Written by Walentina Waluyanti
Bung Karno Lompat ke Meja
Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek).
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Sukarno yang masih 16 tahun itu tiba-tiba saja melompat ke meja. Padahal yang mendapat giliran bicara adalah ketua studie-club. Tapi Sukarno tidak perduli. Belum habis keterkejutan orang dengan tindakan beraninya itu, Sukarno langsung menyambar dengan pidatonya. Isinya sangat berani.
- Written by Walentina Waluyanti
Bung Karno Seniman Teater
Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan di toko-toko buku seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi Koninklijke Bibliotheek (Perpustakaan Nasional Kerajaan Belanda).
Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Soekarno remaja menyumpal dadanya dengan dua potong roti manis. Nah, sekarang dua potong roti itu disulapnya menjadi payudara palsu yang nemplok di dadanya. Dengan bedak, lipstick dan gaun yang dikenakannya, sekarang dirinya tampak bak gadis jelita. “Untung saja di adegan itu aku tidak perlu mencium laki-laki”, kenang Bung Karno.
- Written by Walentina Waluyanti
Bung Karno Geram, Ike John Repot
Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen”. Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi Perpustakaan Nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek).
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
*) Catatan penulis: Tulisan ini adalah rangkaian dari tulisan saya sebelumnya " Bung Karno Diserang Tiger ".
Jakarta geger sesudah Daniel "Tiger" Maukar menembaki istana dari jet tempur-nya. Padahal tadinya kota Jakarta tenang-tenang saja. Langit biru cerah. Tembakan kanon kaliber 23 mm dari jet MiG-17 itu memekakkan telinga penduduk. Segera sesudah kejadian itu beberapa pejabat tergopoh-gopoh datang memeriksa kerusakan.
- Written by Walentina Waluyanti
Tembak Bung Karno, Rugi 30 Sen
Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
“Kenapa anda tidak menembak Soekarno waktu kudeta dulu?” , Kapten Westerling ditanya. Apa jawabnya? Kapten yang pernah mengatakan bahwa Soekarno adalah tokoh yang paling dibencinya, menjawab, “Orang Belanda itu perhitungan sekali. Satu peluru harganya 35 sen. Sedangkan harga Soekarno tak lebih dari 5 sen. Jadi rugi 30 sen. Kerugian yang tidak bisa dipertanggungjawabkan”. Dengan kata lain Westerling ingin menghina Soekarno, bahwa pelurunya lebih mahal daripada nyawa Soekarno.
Page 3 of 3