Mengenang Proklamasi

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland

Catatan penulis: Di bawah ini adalah tulisan yang sudah umum diketahui tentang Proklamasi Kemerdekaan. Namun intrik dan fakta-fakta mengejutkan yang belum banyak terungkap, diulas tuntas di buku karya saya yang telah beredar di Gramedia.

Nagasaki dan Hiroshima dibom Amerika. Jepang seakan kehilangan seluruh sendi kehidupannya. Tanggal 15 Agustus 1945, secara resmi Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu.

Bung Karno Alergi, Ibu Negara Murka

Versi revisi lebih lengkap disertai daftar pustaka  dari artikel ini, telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku  ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek).

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Kejadian “benci segi tiga” itu terjadi di era 1960-an. Ketika Bung Karno mengunjungi Filipina tahun 1964, suami Imelda, Ferdinand Marcos belum menjadi presiden. Ketika setahun sesudahnya, tahun 1965 suami Imelda diangkat menjadi presiden, Bung Karno memasuki ambang keruntuhannya.

Bung Karno Diserang Tiger

Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia.  Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek).

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Tiger ngamuk karena Bung Karno merebut pacarnya! Betulkah? Tiger adalah julukan buat Daantje, si pemuda Minahasa yang ganteng dan gagah berani itu. Dia disebut Tiger, karena itu adalah “call sign”-nya sebagai penerbang. Dengan menggunakan pesawat tempur MiG-17 dilengkapi kanon 23 mm, digempurnya istana Merdeka dan istana Bogor. Juga kilang minyak di Tanjung Priok. 

Anekdot Mientje dan Kisah di Balik Foto Bung Karno

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Kisah ini telah diterbitkan dalam buku berjudul “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen”, lebih lengkap daripada versi on-line. Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku Karya Walentina Waluyanti ini telah terdaftar menjadi salah satu koleksi dari Koninklijke Bibliotheek (perpustakaan nasional kerajaan Belanda).

Bung Karno dan Sinterklaas Hitam

Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek). 

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Sinterklaas Hitam bukan mau menyaingi Piet Hitam. Sinterklaas Hitam adalah ungkapan yang pernah terkenal di Indonesia tahun 1957. Peristiwa ini turut tercatat mewarnai sejarah Indonesia-Belanda. Disebut “Sinterklaas Hitam”, karena peristiwa yang terjadi di hari perayaan Sinterklaas 5 Desember 1957 itu, menjadi “pengalaman kelam” bagi anak-anak yang menantikan pesta Sinterklaas di Indonesia. Bagaimana kisahnya? 

Jejak Soekarno di Ende

Walentina Waluyanti – Nederland

Bung Karno dibuang di Ende Flores tahun 1934-1938. Waktu itu Bung Karno menyebut tempat pembuangannya itu sebagai Pulau Bunga. Banyak jejak berharga Bung Karno di Ende. Terlebih benih lahirnya Pancasila sebetulnya dimulai di Ende, saat Soekarno mulai merenungkan tentang dasar negara.

Sukarno Datangi Elizabeth Taylor di Roma

Versi revisi lebih lengkap disertai daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek)

Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Sukarno visits Elizabeth Taylor? Ya, Bung Karno memang pernah mengunjungi Liz Taylor di lokasi pembuatan film "Cleopatra" di Roma. Dalam menyusun tulisan, saya perlu data dari sumber yang layak dipercaya, untuk menguatkan tulisan. Saya mencoba mencari berita dalam bahasa Indonesia di Google, tentang pertemuan Sukarno dengan Elizabeth Taylor. Tapi tidak saya temukan.

Bung Karno: Inggit, Tehnya Pahit

*) Mengajar Sejarah ala Soekarno

Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah diterbitkan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia.

Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Sukarno muda baru saja menyelesaikan kuliahnya. Gelar insinyur kini telah diraihnya. Ini artinya, ia tidak lagi menerima bantuan keuangan dari orangtuanya. Dan sekarang ia sedang bingung. Diteguknya teh suguhan Inggit. Segelas teh pahit. Toples gula di dapur sudah kosong. Dapurnya sedang kering kerontang. Istrinya, Inggit hanya mampu menyuguhkan teh encer tanpa gula buat tamu-tamu yang datang.

Menguak Misteri Supersemar:

Betulkah Bung Karno Ditodong Jendral?

Versi revisi lebih lengkap, dengan uraian lebih panjang (dilengkapi catatan kaki/daftar pustaka dari tulisan ini), telah diterbitkan ke dalam buku berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi perpustakaan nasional Kerajaan Belanda (Koninklijke Bibliotheek) dan Australian National University.

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland

Pintu kamar Bung Karno diketuk pengawal. Ada  perwira Angkatan Darat yang ingin bertemu presiden. Mereka diutus oleh Suharto. Ada map merah muda di tangan salah seorang jendral. Di dalamnya berisi naskah yang mesti ditandatangani Sukarno.

Bung Karno: Bisa Benjol!

Versi revisi lebih lengkap dilengkapi daftar pustaka dari tulisan ini telah dibukukan, berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku di seluruh Indonesia. Buku ini telah menjadi koleksi Koninklijke Bibliotheek (Perpustakaan Nasional Kerajaan Belanda).

Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Buat Bung Karno, nampaknya kesengsaraan tidak ada hubungannya dengan gaya dan penampilan. Bung Karno tidak menutup-nutupi masa lalunya yang melarat. Tentang bagaimana di masa kanak-kanaknya, dirinya tidak pernah mengenal sendok dan garpu.