Makan Sate di Belanda, Ogah Sate Palsu
* Resep Sate Ayam dan Baby Kailan Jamur Saus Tiram
Walentina Waluyanti – Nederland
Di Belanda, “sate” tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Orang Belanda pun menyebutnya seperti nama aslinya dalam bahasa Indonesia. Meski namanya sama-sama "sate", namun rasa sate yang dijual di Belanda, umumnya kurang memuaskan bagi lidah orang Indonesia yang sudah terbiasa makan "sate asli" Indonesia. Ketika masih tinggal di Makassar, saya senang betul kalau disuruh Ibu membeli sate di Warung Jawa di dekat rumah.
Saya suka mengamati Ibu Penjual meracik bumbu kacang, dan menguleknya langsung di depan pembeli. Ulekan bertabur kacang, bawang, gula jawa, dan bumbu lainnya, digerusnya dengan terampil. Sebelum mengulek, Ibu Penjual bertanya kepada pembeli dengan logat Jawa yang medok, "Mau pedes atau tidak pedes? Atau pedes sekali? Mau berapa lombok?" Ibu itu berkebaya apik dengan kain batik. Kadang-kadang sambil meracik bumbu dan membakar sate, ia ngobrol dengan pembeli. Usianya setengah baya, namun penampilannya yang rapi dan bersih, membuat ia tampak anggun, meski dilingkupi asap pembakaran sate, dan berbagai bau bumbu yang menyengat. Dan yang paling penting, sate racikannya sangat nikmat. Bumbunya komplit, dengan takaran pas.
Sampai sekarang setelah tinggal di Belanda, saya terkesan dengan rasa sate di Makassar itu, dan mencoba membuatnya untuk mendapatkan rasa sate yang kira-kira sama. Setiap ulang tahun anak atau suami, saya membuatkan sate sebagai lauk nasi tumpeng (foto di bawah, resepnya bisa klik Resep Nasi Tumpeng).
Nasi tumpeng ala Walentina dengan lauk sate. (Foto: Walentina Waluyanti)
Di Belanda, kebanyakan orang Indonesia lebih suka membuat sate sendiri. Soalnya umumnya sate yang dijual di Belanda rasanya seperti bukan "sate betulan". Di restoran-restoran di Belanda, pembeli menerima sate yang dipanaskan di magnetron. Daging satenya pun tidak dibakar/dipanggang, cuma direbus/ditumis biasa, kemudian ditutupi dengan saus kental, sehingga dagingnya tidak lagi terlihat. Meski rasanya cukup lumayan untuk lidah Eropa, namun sate itu sebetulnya hanyalah potongan daging rebus yang dilumuri saus kacang. Sausnya rasanya manis saja, rasa bumbu lainnya terasa kurang. Sudah bayar mahal, dapatnya bukan "asli punya".
Di toko-toko di Belanda juga ada sate siap saji dalan kemasan plastik tebal tertutup rapat. Isinya per bungkus kira-kira 8 tusuk. Harganya murah. Sate dalam kemasan plastik ini kalau di supermarket disimpan di freezer, juga dagingnya hanya direbus. Saat akan disantap, sate berlumur bumbu kacang berkemas plastik tebal ini, cukup dipanaskan di panci berisi air tanpa perlu membuka kemasannya. Setelah air di panci mendidih, barulah kemasan plastik itu digunting. Sret! Sret! Rasanya? Sudah pasti, cita rasanya tidak bisa dibandingkan dengan sate bakar. Memang, di Pasar Malam Belanda ada juga sate yang dibakar, namun Pasar Malam hanyalah event festival yang tidak setiap hari ada. Pasar Malam di Belanda hanya diadakan setiap beberapa bulan sekali, itupun harga makanannya sering kali lebih mahal dari biasanya.
Dulu ketika masih di Indonesia, yang namanya makan sate, sudah pasti “beli”. Saya tidak pernah membuat sate sendiri ketika masih di Indonesia. Tetapi setelah tinggal di Belanda, karena tidak pernah puas dengan sate yang dijual, sehingga mau tidak mau terpaksa membuat sendiri. Saya pun senang karena bisa menyajikan sate enak buat keluarga, seperti foto di bawah ini.
Sate racikan sendiri, menu favorit keluarga. (Foto: Walentina)
Yang namanya sate ya harus dibakar atau kalau tidak memungkinkan, bisa juga dipanggang di oven. Kalau potongan daging rebus lalu ditusukkan di tusukan sate seperti yang dijual di restoran/di toko di Belanda, rasanya seperti makan “sate palsu”. Makan sate palsu? Ogah, ah!
Sebetulnya bagi yang ingin praktis, membuat sate tidaklah sulit. Di toko-toko di Belanda, banyak dijual bumbu perendam (marinade) untuk daging sate. Juga dijual bumbu kacang saus sate siap saji. Harganya pun murah. Dengan bumbu-bumbu siap pakai tadi, membuat sate menjadi lebih cepat dan mudah. Kendati demikian, banyak juga orang Indonesia yang lebih suka meracik bumbu sendiri ketimbang membeli. Soalnya bumbu racikan sendiri bisa dibuat sesuai selera dan rasanya lebih enak, karena dibuat dari bahan-bahan yang segar, bukan "rasa pabrik".
Hidangan sate ala Walentina (Foto: Walentina Waluyanti)
Di Belanda, ada hal yang memudahkan dalam membuat bumbu kacang saus sate. Soalnya ada produk khas Belanda, yaitu selai kacang Belanda yang terkenal, baik selai kacang yang halus maupun yang masih ada butiran kasar kacang. Produk selai kacang dari Holland terkenal di Eropa, karena kualitas pembuatannya yang sangat baik dan rasanya yang gurih lezat. Dan selai kacang khas Holland ini sangat cocok digunakan sebagai bumbu sate, setelah diracik dengan bumbu lainnya. Jadi tidak perlu repot-repot menumbuk kacang goreng sebagai saus sate.
Jika sedang kangen sate, saya membuatnya dengan racikan bumbu berikut ini.
Sate ayam ala Walentina, disantap dengan baby kailan jamur saus tiram. (Foto: Walentina Waluyanti)
Jika udara cerah, bisa panggang sate di kebun, namun jika tak memungkinkan, cukup menggunakan oven.- Foto:Walentina
RESEP SATE AYAM
Bahan utama: Daging ayam filet 500 gram.
Bahan untuk perendam daging ayam: kecap manis 5 sdm; gula pasir 2 sdm; bawang putih 3 siung haluskan, jinten 1 sdt haluskan; ketumbar 2 sdt haluskan; merica 1 sdt haluskan; air jeruk nipis 2 sdm, minyak goreng 2 sdm; sedikit garam.
Bumbu saus kacang: selai kacang dalam kemasan untuk bumbu kacang; daun jeruk 4 helai iris tipis dan buang serat keras di tengah daun; air asam jawa (pasta tamarinde) 2 sdt; bawang merah 3-4 siung diiris tipis; kecap manis 3-4 sdm; gula jawa 50 gram atau gula pasir 3 sdm; tepung maizena 1 sdm; garam secukupnya; blok penyedap (jika suka), air matang 2 gelas, jika suka 1 sdt sambal ulek atau 2-3 biji irisan cabe/sesuai selera pedas.
Menikmati sate ayam di kebun. (Foto: Walentina Waluyanti)
Cara membuat: Daging ayam dipotong-potong kotak sesuai selera (saya potong kira-kira 2x2 cm, tebal 1 cm). Semua bahan perendam daging ayam di atas diaduk jadi satu, setelah tercampur masukkan dan rendam daging ayam ke dalamnya. Diamkan selama 1-2 jam, atau lebih lama, tutup rapat. Sambil menunggu bahan perendam meresap di daging ayam, Anda bisa membuat bumbu saus kacang.
Cara membuat bunbu saus kacang: Siapkan pan kecil. Tuangkan air kira-kira 2-3 gelas. Didihkan, lalu masukkan irisan bawang merah. Masukkan kecap manis dan gula pasir/gula jawa. Aduk hingga rata, masukkan 4-5 sdm selai kacang, aduk hingga tercampur dengan air. Masukkan daun jeruk, sedikit air asam, garam secukupnya. Jika suka bisa tambahkan 1 sdt sambal ulek, atau irisan dari 3 biji cabe/sesuai selera pedas. Aduk sebentar. Kentalkan dengan tepung 1 sdm maizena yang dilarutkan dengan 5 sdm air. Aduk terus hingga mengental dan mendidih. Kalau kurang kental, bisa tambahkan sedikit maizena lagi yang dilarutkan dengan sedikit air. Aduk dan matikan api.
Cara membakar/memanggang sate: Daging ayam yang telah direndam dengan bumbu tadi, ditusukkan ke tusukan sate. Kemudian panggang, bisa juga di oven (sebelumnya panaskan oven dengan suhu180*C). Sesudah oven panas, panggang 10 menit. Setelah 10 menit, sisi sate dibalik dan panggang lagi sisi yang belum matang selama 7-10 menit (atau kalau sudah kelihatan matang). Hidangkan dengan nasi ataupun lontong.
Di sini saya sajikan sate dengan sayur baby kailan jamur saus tiram, dengan resep berikut ini.
Baby kailan jamur saus tiram. (Foto: Walentina Waluyanti)
RESEP BABY KAILAN JAMUR SAUS TIRAM
Bahan: Baby kailan 500 - 700 gram potong bonggolnya, biarkan daun dan tangkainya utuh tak perlu dipotong; jamur kancing 200 gram biarkan utuh (bisa pakai kalengan); bawang bombay 1 buah iris seperti cincin; bawang putih 2 siung iris tipis; cabe merah besar iris tipis; saus tiram 2 sdm; minyak wijen 1 sdm; merica 1 sdt; minyak goreng 3 sdm untuk menumis; garam secukupnya dan blok penyedap rasa jika suka.
Cara membuat: Siapkan pan. Rebus air, bubuhkan garam dan minyak goreng di air, tunggu hingga mendidih. Jika air mendidih, rebus semua helai daun baby kailan yang bertangkai itu. Tidak perlu sampai sangat layu. Jika telah agak layu, angkat sayur dan tiriskan. Tata di piring saji dengan rapi. Jika suka, taburi dengan tetesan minyak wijen di atasnya. Ambil wajan, tuangkan minyak, tunggu hingga panas. Setelah minyak panas, masukkan bawang putih, lalu bawang bombay, dan cabe besar. Aduk-aduk hingga wangi. Masukkan saus tiram, merica, garam, jika suka juga blok penyedap rasa. Masukkan jamur kancing. Masukkan sedikit saja air, sekadar agar bumbu tidak melekat di wajan. Ada juga yang menambah air ¼ gelas dan mengentalkannya dengan tepung maizena yang dilarutkan dengan beberapa tetes air. Tapi saya lebih suka tanpa tepung maizena. Aduk-aduk bumbu hingga tercampur rata. Matikan api. Siramkan tumisan di atas sayur baby kailan yang tadi telah ditata di piring saji.
Nah, membuat sate sendiri, rasanya lebih maknyus, karena bumbunya lebih royal daripada yang dijual di kemasan siap saji di toko-toko.
Ingin mencoba bakso seperti di bawah ini? Silakan klik: Resep bakso
Resep dan foto: Walentina Waluyanti
{backbutton}