Secuil Kisah dari Belanda dan Tragedi Bawang

Penulis: Walentina Waluyanti - Belanda

Catatan penulis: Selamat datang pemimpin RI yang baru, Joko Widodo dan Jusuf Kalla! Semoga berhasil mengatasi segala krisis. Terutama krisis pangan yang menyusahkan rakyat kecil. Seperti yang terjadi tahun 2013 lalu, ketika harga bawang putih dan daging sapi melonjak. Krisis pangan tersebut dikenang kembali melalui tulisan di bawah ini. Artikel ini ditulis tahun 2013, ketika Indonesia dilanda krisis pangan.

Romantika khas rakyat kecil ini nyaris menjadi masa lalu. Dulu dengan duit pas-pasan ibu rumah tangga masih bisa menyajikan makanan layak. Tempe dan sayur kangkung dibumbui bawang putih, dengan wangi nasi hangat... ah, lezatnya. Juga menyehatkan. Walau sederhana, bisa makan lezat dan sehat, ini merupakan kemewahan bagi rakyat. Dan sekarang? Kemewahan yang satu ini pun telah terampas! Terlalu!

Mengapa Banyak Orang Maluku di Belanda?

Tulisan ini telah dibukukan.

Penulis: Walentina Waluyanti - Belanda

Catatan pengantar: Setiap tahun saya ke Indonesia. Saya sering menerima pertanyaan, “Apa benar di Belanda banyak orang Maluku? Bagaimana asal mulanya kok banyak orang Maluku di Belanda?”. Yang bertanya biasanya generasi yang jauh lebih muda dari saya, bisa dimaklumi kekurang-tahuan mereka. Menariknya, pertanyaan tadi bukan hanya terlontar dari orang Indonesia. Orang Belanda juga tak jarang melontarkan pertanyaan sama. Di sini saya tulis sekilas latar belakang kisah, mengapa hingga kini banyak orang Maluku di Belanda.

Bertemu Mantan Presiden Habibie di KBRI Den Haag

*) Silaturahmi dengan mantan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie dan nonton bareng "Habibie & Ainun"

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Pak Habibie berharap usianya bisa mencapai 80 tahun. Karena itu kalau ditanya, ia menjawab usianya 80 kurang tiga. Namun tambahnya, tentu ia hanya berharap, Allah yang menentukan. Untuk pria yang menuju usia 80, Habibie tampak fit. Segar bugar. Mungkin karena ditunjang hobi-nya, berenang dengan rutin. Tak tampak kerut-merut berarti di wajahnya sebagaimana layaknya orang seusianya.

Negeri Para Bedebah! Amuk Mas Adhie

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Ia menyatakan menyiapkan penggulingan SBY. Katanya, ‘Bila negerimu dikuasai para bedebah. Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah. Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum. Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya.’ Begitu kalimat mantan jubir Gus Dur, yang pernah dibacakannya di KPK.

Pengalaman Ikut Pesta Kaum Asterix

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Saya sedang asyik melihat sekeliling. Tiba-tiba... Oh! Kaget! Seorang pria berpakaian ajaib meniupkan instrumen aneh di belakang saya. Hampir setiap orang tampil maksimal. Ada jejak sejarah abad lampau dalam penampilan mereka. Asal-usul mereka, kini nyaris tak dikenal.

Premanisme Bernegara: Pemimpin Memelihara Penjilat

Penulis; Copyright @ Walentina Waluyanti - Nederland

Jangan berteman dengan orang yang membuatmu nyaman. Bertemanlah dengan orang yang membuatmu berkembang. Kata mutiara ini bisa ditransfer ke dalam konteks kepemimpinan. Pemimpin yang obyektif dalam menyikapi oposan, maka kepemimpinannya tangguh dan teruji. Sudah pasti, kualitasnya akan berbeda dengan pemimpin yang senang dijilat.

Episentrum Korupsi

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Siang itu saya berjalan di daerah Rasuna Said, Kuningan Jakarta.  Saya melewati sebuah gedung tinggi megah. Tulisan besar ‘Bakrie Tower’ di depan gedung, tampak mencolok. Refleks, kamera saya bidikkan ke gedung megah milik konglomerat, mantan menteri, dan kandidat capres 2014, Aburizal Bakrie. Tiba-tiba seorang petugas berseragam mendatangi saya.

Anas Urbaningrum Dikriminalisasi?

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Keceplosannya Ruhut Sitompul loyalis SBY, terasa menyentak. Katanya, seandainya Anas mau mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, tentu sekarang ia tidak menjadi tersangka. Ini menimbulkan interpretasi. Mungkinkah Ruhut kelepasan ngomong, mengakui ada skenario kekuasaan untuk mendongkel Anas Urbaningrum?

Nyali Anas Memang Oke 

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Catatan penulis: Artikel ini ditulis sebelum ada pengumuman KPK tentang status Anas sebagai tersangka.

Waktu itu ia belum segendut sekarang. Di tahun 1990-an, saat itu Anas sudah populer sebagai aktivis mahasiswa. Di masa itu ciri khasnya sudah merebut perhatian. Wajahnya yang imut,  unyu-unyu  ‘njawani’, manis ngganteng, kalem, tenang. Tutur katanya santun namun lugas, cerdas, jernih, dan penuh kendali.  Anas dari dulu memang ya begitu itu. Tidak ada kesan sengaja mau jaim.

Basmi Korupsi? Basi, Ah!

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Masih ingat berita ini? Pemulung itu menyeret gerobak yang membawa mayat anaknya. Meninggal karena muntaber. Lalu membopong mayat anaknya di atas KRL menuju tempat penguburan. Mana  sanggup ia membayar mobil jenazah? Sebagai pemulung, syukur-syukur kalau bisa dapat Rp 10.000,- per hari. Ironisnya, yang menolongnya bukan orang mampu, tapi sesama orang miskin yang kebetulan berpapasan di jalan. Mereka urunan membantunya membeli kain kafan, dan bekal makan minum sekedarnya.