Ketika Soeharto Membujuk Jenderal Sudirman

Penulis: Copyright @ Walentina Waluyanti de Jonge

Mbak Tutut pernah mengatakan, di matanya ayahnya terlihat sangat gagah terutama ketika masih sebagai prajurit muda dengan seragam militer. Rasanya Mbak Tutut tidak salah. Di luar pro kontra, suka atau tidak suka, kalau berbicara soal penampilan, Soeharto termasuk pria Indonesia yang good looking dan berwibawa. Semua anak pastilah punya kenangan tersendiri yang membuat mereka bangga kepada ayahnya. Namun di luar kebanggaan Mbak Tutut sebagai anak, umumnya semua anak bangsa bangga terhadap para prajurit yang ikut berjuang membela bangsanya. Peran Soeharto sebagai Presiden, hingga kini masih tersandung dengan isu HAM. Terlepas dari kontroversi tadi, namun semasa revolusi memang Soeharto berperan sebagai salah satu prajurit yang ikut terlibat dalam pertempuran saat Belanda melakukan agresi militer. 

Di Keraton Yogya, Tanda Keretakan Charles-Diana

Penulis@copyright: Walentina Waluyanti - Nederland

Pangeran Charles tampak muram. Wajah Diana (Lady Di) merengut. Padahal keduanya sedang disuguhi pertunjukan sendratari klasik oleh penari-penari terbaik dari keraton. Hanya sesekali senyum basa-basi seolah dipaksakan. Di tengah suguhan pertunjukan itu, suami istri itu tetap saling kikuk. Seakan ingin segera meninggalkan kursinya. Charles dan Diana duduk bersisian dengan Sri Sultan dan Ratu Hemas. Namun pasangan kerajaan Inggris itu, nyaris sepanjang acara terlihat dingin. Keduanya lebih banyak membisu satu sama lain. Formalitas protokoler saja yang mengharuskan keduanya harus datang bersamaan sebagai suami istri, meski mereka lebih banyak saling “bertolak punggung”. 

Siapa Bilang Sri Sultan, Suami Ratu Hemas Tidak Berpoligami?

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Sri Sultan suami Ratu Hemas itu diam-diam diidolakan para wanita Indonesia, lho! Mengapa ia diidolakan perempuan Indonesia, dipaparkan lebih lanjut di tulisan ini. Padahal, selain GKR Hemas istrinya, Sri Sultan juga punya istri lain. Tetapi istri Sultan yang satu lagi, tidak membuat para perempuan menjadi marah padanya. Soalnya berpoligaminya Sri Sultan di sini adalah “berpoligami” (dalam tanda kutip). Artinya istri lain dari Sri Sultan adalah istri mistiknya, yaitu “Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul”. Bagaimanakah sosok istri mistik Sri Sultan ini?

Putri Pembayun dan Khalifatullah Zaman Mataram

Penulis @ copyright: Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland

Aura kharismatik memancar dari putri sulung Sri Sultan ini. Meskipun ia perempuan lembah lembut, namun sinar matanya menunjukkan wibawa yang kuat. Tutur katanya halus namun lugas. Ia terampil mengolah kata pada saat berbicara. Intelektualitasnya tercermin dari kehalusan berbudi bahasa dengan bahasa Indonesia yang apik. Ia terlibat dalam beberapa kegiatan sosial yang sering luput dari publikasi. Tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Putri Pembayun tidak representatif untuk memegang tahta Yogyakarta. Namun ternyata ada kerikil-kerikil bagi Putri Pembayun untuk menduduki tahta menggantikan ayahandanya.

Kisah Telur Columbus: Cara Columbus Menjawab Pengejeknya

Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti

Sikap sinis orang Eropa terhadap Columbus, sudah terjadi sejak ia menemukan Amerika. Bahkan hal itu dinyatakan terang-terangan di depannya. Ketika Columbus sedang minum-minum di sebuah bar, orang-orang yang ada di situ mengejek Columbus. Kalau cuma mengklaim diri sebagai penemu Amerika, semua orang juga bisa. Bukankah sebelum Columbus juga sudah ada yang berlayar melintas benua itu? Demikian kata orang-orang yang mengejeknya.

Asal Mula Aksara Purba

Penulis @ copyright: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland

Bayangkanlah ketika bumi masih sangat liar. Belum ada hukum dan tata tertib yang mengatur tatanan masyarakat. Untuk bertahan hidup sungguh tidak mudah. Yang kuat bisa begitu saja membunuh yang lemah, tanpa ada hukuman apa-apa. Sementara itu, insting untuk bertahan hidup, sudah menjadi naluri semua makhuk hidup. Bukan hanya manusia. Bahkan jika Anda ingin membunuh lalat pun, sudah pasti lalat itu keburu kabur menyelamatkan diri.

Salahkah Politik Dinasti?

Sukarno: Semoga Anakku Tidak Jadi Presiden

 

Penulis@copyright: Walentina Waluyanti de Jonge

Ketika putra pertamanya lahir, Sukarno mengatakan ia berharap anaknya itu tidak menjadi Presiden, sebab hal itu terlalu berat. Harapan Sukarno ini adalah doa. Dan doa itu terkabulkan. Guntur Sukarnoputra jauh dari hiruk-pikuk politik.

Fakta-fakta Unik Menjelang Proklamasi Kemerdekaan

Bung Hatta: Mirip Kudeta Hitler, Penyingkiran Proklamator ke Rengasdengklok

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge

Sejumlah fakta unik seputar proklamasi yang belum banyak terekspos, terungkap di dalam buku ini. Oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, buku karya Walentina Waluyanti de Jonge ini disebut sebagai referensi masa depan bangsa, dan dijadikan tema dalam Hari Peringatan Bung Hatta 2015; saya kutip tema tersebut yang tercantum resmi dalam program acaranya: "Bedah Buku (Sukarno-Hatta: Bukan Proklamator Paksaan, Karangan Walentina Waluyanti de Jonge) sebagai Referensi Masa Depan Bangsa dalam Melestarikan Nasionalisme Indonesia”. Bedah Buku tersebut juga menghadirkan putri Bung Hatta, Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono sebagai panelis.

Inikah Kerajaan Iblis yang Ditemukan Sejarawan?

Copyright@Penulis : Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland

Catatan: Jika disebarkan di Facebook/Twitter, harap mencantumkan nama penulis.

Gurun itu kering. Dilingkari bebatuan berbukit-bukit. Lingkungan sekitarnya tampak gersang. Bukit tandus itu diperkirakan para ahli sebagai jejak lokasi yang disebutkan di dalam kitab suci. Bagi sejarawan, kitab suci bisa menjadi objek penelitian, ditelisik dari sisi  sejarahnya. Di dalam kitab semua agama, agama apa pun itu, banyak jejak sejarah yang bisa ditelusuri. (Tentu saja ini tidak berarti bahwa kitab suci adalah buku sejarah). 

Supersemar Lahir, Banjir Darah Mengalir

Penulis: copyright @ Walentina Waluyanti de Jonge -Nederland

Catatan: Seputar Supersemar, telah penulis tuangkan ke dalam buku karyanya (dengan daftar pustaka) berjudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen" (author: Walentina Waluyanti de Jonge). Kisah latar belakang hubungan Sukarno Hatta dan komunisme juga tertuang di buku karya saya (dengan daftar pustaka), berjudul Sukarno Hatta Bukan Proklamator Paksaan. Buku ini telah menjadi koleksi Australian National University, Perpustakaan Kerajaan Belanda, dan Perpustakaan Nasional Indonesia.

Sukarno tak pernah menduga ia sedang menuju ambang kejatuhan, pada tanggal 11 Maret 1966. Sukarno tak mengira, perintah yang diberikannya kepada Suharto pada tanggal tersebut, akan mengakhiri kekuasaannya sendiri. Sukarno juga tak pernah membayangkan bahwa Supersemar itu berujung pada malapetaka. Yaitu terjadinya banjir darah, pembantaian jutaan rakyat di berbagai wilayah di Indonesia. Bangsa yang dikenal ramah dan religius, ternyata bisa menjadi buas terhadap sesamanya, terlihat gambarannya pada pembantaian massal pasca G30S. Terbunuhnya 7 jenderal yang dibuang ke Lubang Buaya memang mengerikan, tetapi peristiwa balas dendam sesudahnya, apakah tidak lebih mengerikan?