Wanita Penyelamat Buku Anne Frank (Buku Terlaris di Dunia Sesudah Bibel)
Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Catatan penulis: Tulisan ini terkait dengan liputan dengan foto-foto mencekam di artikel, Mengunjungi Makam Anne Frank di Jerman (Foto-foto Mencekam). Juga bisa Anda klik tulisan pasca Anne Frank ditangkap, di artikel Jejak Tawanan di Kamp Nazi.
Revolver diarahkan seorang pria kecil kepada orang-orang di dalam kantor itu. "Tetap duduk di tempat! Jangan bergerak!", teriak serdadu Nazi itu. Sesudah itu para serdadu menangkapi orang-orang Yahudi, di antaranya Anne Frank dan keluarga lainnya yang bersembunyi di ruang kecil di belakang kantor tempat Miep Gies bekerja di Amsterdam. Ruang itu kemudian terkenal dengan nama het achterhuis.
Keterangan foto: Ruang asli tempat Anne Frank mesti berbagi kamar dengan Fritz Pfeffer selama satu setengah tahun. Tempat ini dijadikan museum "het achterhuis" Amsterdam, aslinya tanpa perabot. Mebel di atas ditata untuk pembuatan film Anne Frank.
Begitu para serdadu itu berlalu setelah mengangkut semua tawanan, Miep Gies dan Bep Voskuijl rekannya, segera menuju ke tempat persembunyian yang telah kosong itu. Dengan tergesa-gesa mereka mengumpulkan barang-barang yang tersisa. Di antaranya buku harian Anne Frank yang tergeletak di lantai. Ketika itu, Miep dan Bep memang masih berharap bahwa mungkin mereka masih bisa menyerahkan barang-barang itu kepada pemiliknya setelah perang berakhir.
Kejadian itu ternyata menjadi moment yang sangat bersejarah. Menjadi bagian dari sejarah dunia. Karena hari itu telah diselamatkan sebuah buku yang waktu itu belum terpikirkan nilainya. Itu "cuma" buku curhat seorang gadis remaja 15 tahun. Namun di kemudian hari ternyata menjadi buku berharga.
Sejak dipublikasikan tahun 1947, "The Diary of Anne Frank" , yang telah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa itu, tercatat sebagai "the second most read book after the bible". Buku yang paling banyak dibaca setelah kitab suci. Buku harian bersampul tebal dengan motif kotak-kotak merah.
Penyergapan dan penangkapan para Yahudi yang bersembunyi itu, hingga ditemukannya buku harian Anne Frank terjadi tanggal 4 Agustus 1944. Persembunyian itu memang akhirnya ketahuan, setelah ada yang melaporkan pada tentara Jerman tentang adanya orang-orang Yahudi yang bersembunyi di "het achterhuis". Sampai sekarang tidak diketahui persis siapa si pelapor itu.
Kesaksian itu dituturkan Mies Giep yang baru saja meninggal di Westfriesland, Belanda tanggal 11 Januari 2010 dalam usia 100 tahun. Dengan meninggalnya Miep, maka tak ada lagi para penolong Yahudi yang bersembunyi di "het achterhuis" yang masih hidup. Para penolong yang membantu menyembunyikan orang Yahudi di "het achterhuis" itu adalah Bep Voskuijl, Jonannes Kleiman, Victor Kugler dan Miep Gies sendiiri.
Keempat orang itu saling berbagi tugas untuk membantu 8 orang di persembunyian itu. Kedelapan orang itu adalah Anne Frank, ibu dan ayahnya, Otto Frank. Juga Margot kakak Anne. Lalu suami istri van Pels dan Peter putra mereka, serta Fritz Pfeffer seorang dokter gigi.
Dalam wawancaranya, Miep bercerita bahwa tugas Bep adalah menyediakan roti dan susu. Kugler en Kleiman mengurus agar bisnis kantor itu tetap berjalan dan membawakan buku-buku serta majalah. Sedangkan tugas Miep sendiri menyediakan sayur dan daging.
Walaupun di antara keempat penolong itu tak satupun yang berdarah Yahudi, tapi mereka siap berjudi dengan maut demi kemanusiaan menyembunyikan orang-orangYahudi itu di belakang kantor tempat mereka dan Otto Frank (ayah Anne Frank) bekerja. Seperti diketahui, ketika itu siapapun yang ketahuan menyembunyikan Yahudi bisa terancam hukuman mati.
Foto: Duduk (dari kiri): Miep Gies, Otto Frank/ayah Anne Frank, Bep Voskuijl. Berdiri kiri: Johannes Kleiman, Victor Kugler
Bertahun-tahun kemudian sesudah perang berakhir, Miep sangat sering menerima pertanyaan dari orang-orang yang ingin tahu detail kejadian di "het achterhuis" itu. Miep ditanya apakah dia membaca buku harian asli Anne Frank ketika buku itu ia temukan dan kemudian menyimpannya. Jawabnya, "Saya tidak membaca buku itu. Walaupun buku itu hanya milik seorang anak, tapi anak juga punya hak privacy untuk buku hariannya. Tapi untung juga tidak saya baca waktu itu. Kalau waktu itu saya membacanya, mungkin buku itu sudah saya bakar. Soalnya di dalamnya ada informasi berbahaya".
Anne Frank juga sempat mencatat tentang Miep Gies di buku hariannya. Di antaranya pada bagian curhat kekesalannya pada Fritz Pfeffer, dokter gigi yang tempat tidurnya berdampingan dengan Anne di kamar kecil sempit itu. Anne Frank menulis, "Pfeffer ulang tahun. Sebelumnya dia tidak bikin apa-apa. Juga tidak perduli apa-apa. Tetapi ketika Miep masuk dengan tas besar berisi kado-kado dari pacarnya, langsung saja dia semangat banget ingin tahu. Kayak anak kecil. Tas itu berisi telur, mentega, kue-kue, limun, roti, cognac, kue rempah, bunga, jeruk, coklat, buku-buku dan kertas surat. Dia lalu menggelar meja ulangtahunnya sendiri. Dia meletakkan semua barang-barang itu di atas meja. Dan membiarkannya tergeletak begitu saja selama 3 hari. Dasar laki-laki tua stupid!".
Anne tampaknya kesal, karena sesuai perjanjian antara keduanya, meja itu mesti dipakai bergiliran secara adil. Dan sudah menjadi kebiasaan Anne untuk menulis buku hariannya di meja itu.
Anne Frank
Cuplikan di atas sekaligus menunjukkan peran ekstra Miep bagi para Yahudi yang bersembunyi itu. Miep tidak saja berjasa menyediakan makanan dan menyelamatkan sebuah catatan harian bersejarah. Tapi juga menjadi kurir untuk menghubungkan mereka dengan dunia luar.
Tidak itu saja. Setelah Otto Frank, ayah Anne Frank kembali dari kamp konsentrasi, selama 7 tahun Miep dan suaminya juga memberi tumpangan kamar buat Otto d rumah mereka. Otto Frank adalah satu-satunya yang bertahan hidup selama di kamp konsentrasi di antara kedelapan orang yang bersembunyi di "het achterhuis". Istri Otto meninggal karena kelaparan. Anne dan kakaknya meninggal karena typhus.
Di rumah Miep itu juga lahir gagasan untuk mempublikasikan buku harian Anne Frank. Ceritanya waktu itu Otto yang tinggal di rumah Miep sering menggunakan rumah itu sebagai tempat reuni dengan sesama orang Yahudi yang berhasil selamat dari kamp konsentrasi. Seseorang tertarik membaca buku harian Anne, lalu meminjam buku itu, dan menunjukkannya pada sejarawan Jan Romein. Jan sangat terkesan dengan gaya penuturan Anne di buku itu. Begitu terkesannya, sehingga dibuatnya artikel tentang buku harian Anne di koran Het Parool. Lalu dibujuknya Otto agar menyetujui usulnya menerbitkan buku itu.
Miep Gies dianugerahkan gelar pahlawan dari Ratu Beatrix di tahun 1995. Dia sendiri bersikap merendah terhadap penilaian bahwa dirinya adalah salah satu figur toleransi. "Ah, saya menolong itu kan karena diminta saja. Saya cuma pikir sebagai manusia kita wajib menolong sesama yang mohon pertolongan karena tak berdaya apa-apa. Masih banyak orang yang melakukan tindakan kepahlawanan yang lebih penting dan lebih berani".
Miep Gies dan buku "The Diary of Anne Frank"
Rasanya tindakan kepahlawanan Mies bukan pada sekedar berusaha menolong "hanya" 8 orang Yahudi. Tapi Mies tahu betul arti kata "wajib", dan bukan cuma sekedar arti kata "hak". Manusia sering cuma berpikir tentang "hak" di urutan pertama, dan "kewajiban" di urutan kedua.
Dengan menomorduakan nyawanya yang terancam akibat tindakannya menolong Yahudi, Miep Gies telah membalik dalil itu. Yaitu "wajib (menolong)" di urutan pertama, dan menyerahkan "hak (nyawa)" pada otoritas Yang Maha Kuasa sebagai si pemberi hak. Keimanan Miep tercermin dalam kalimatnya, "Mungkin juga ada "tangan" yang membimbing saya melakukan semua ini.....". (Copyright@Walentina Waluyanti)
Walentina Waluyanti de Jonge, penulis buku Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen
{backbutton}