Ngintip Pembuatan Kapal VOC di Belanda

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge - Belanda

Saya dan pakar sejarah Dr. Baskara T. Wardaya, berkesempatan menyaksikan pembuatan kapal VOC di Batavia Stad di kota Lelystad yang terletak di Propinsi Flevoland, Belanda. Ratusan tahun lalu, kapal VOC dibuat secara manual, tanpa menggunakan teknologi mesin. Cara ini masih tetap dipertahankan hingga saat ini. Tradisi pembuatan kapal secara tradisional ini tetap dilestarikan oleh Belanda, terutama untuk menarik minat wisatawan.

VOC01aFoto: Dr. Baskara dan Walentina Waluyanti di depan replika kapal VOC.

Musim gugur 12 Desember 2015 hari itu lumayan dingin, sekitar 9* C. Saya, suami, dan Dr. Baskara T. Wardaya bersiap menuju Batavia Stad di kota Lelystad. Yang istimewa dari Batavia Stad, karena di tempat ini orang bisa melihat replika kapal VOC yang dibuat seperti aslinya. Cara pembuatannya pun diusahakan sedekat mungkin dengan cara ketika kapal itu dibuat pada abad ke-17.

Kapal VOC pertama kali dibuat tahun 1628 di Amsterdam, Belanda. Lama pembuatan kapal ini memakan waktu sekitar 1 tahun. Kapal VOC ini akhirnya berangkat 4 Juni 1629 menuju Pulau Jawa. Pada waktu itu, bukan hanya satu dua kapal VOC yang berangkat ke Nusantara. Tetapi ada beberapa kapal. Pelaut-pelaut itu menghadapi bermacam rintangan. Misalnya bahaya badai dan serangan-serangan dari penduduk asli dari tempat yang mereka kunjungi. Oleh karenanya, kapal yang ditumpangi haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga kokoh dan kuat. Bagaimana kokohnya kapal ini, saya saksikan dari susunan pembuatan kerangkanya dan jenis kayu yang tampat sangat kuat dan tebal.

VOC02a

Foto: Tiruan kapal VOC yang sementara dikerjakan.

Saya melihat langsung rekonstruksi pembuatan kapal ini. Kapal VOC yang berangkat ke Nusantara, bernama kapal "Zeven Provincie". Tampak kerangka kapal yang baru setengah jadi. Di sekitar kerangka kayu kapal, tampak jangkar yang juga baru selesai dibuat, beratnya kira-kira 1500 kilo. Juga terlihat cukup banyak senjata-senjata kanon. Senjata-senjata kanon ini dipasang di nyaris setiap sisi kapal VOC. Di sebuah pondok kayu sederhana, tampak beberapa pria mengerjakan pernak-pernik kapal yang terbuat dari besi. Misalnya gulungan tali, cantolan untuk menggantung sesuatu, sekrup, pisau pemotong daging.

VOC03a

Foto: Pernak-pernik kapal VOC yang terbuat dari besi, dibuat di pndok kayu ini.

Ada yang sedang mengebor besi, memipihkan besi, juga ada yang memberi workshop, menerangkan pembuatan aksesori kapal sampai pembuatan konstruksi kapal. Semuanya dikerjakan dengan tenaga manusia, sebagaimana ketika kapal dibuat pada 1628. Seorang pria menjelaskan kepada kami, memang mereka sering mengadakan workshop bagi para peminat yang ingin mengetahui seluk-beluk pembuatan kapal VOC.

Dari pondok kayu, kami menuju kapal VOC yang dibuat sedekat mungkin sesuai aslinya. Replika kapal VOC, kapal "Batavia" yang bersandar di dermaga ini boleh dimasuki oleh pengunjung dengan membayar tiket masuk seharga 11 euro per orang. Replika kapal yang kami saksikan ini dimulai rekonstruksinya pada tahun 1985. Sepuluh tahun kemudian, tahun 1995, replika kapal diberkati sebelum "dilepaskan" di air, yang diresmikan oleh Ratu Beatrix.

Ketika kami memasuki kapal, tidak ada seorang pun pengawas ataupun penjaga di kapal. Tetapi di hampir setiap sudut kapal ada tertera tulisan yang bisa dibaca pengunjung tentang fungsi setiap sudut ruangan di kapal. Ada barak tempat tidur awak kapal, ruang kapten, ruang tempat penyimpanan bahan makanan, juga ada tong-tong tempat menyimpan rempah-rempah yang akan diangkut dari Nusantara ke negeri Belanda. Saya tertarik melihat sudut kecil yang tampaknya merupakan dapur. Di dapur tersebut terlihat rak tempat menaruh peralatan masuk, juga ada panci-panci kuno yang warnanya sudah menghitam, dan berbagai peralatan dapur.

VOC08wm

Foto: Ruang dapur di kapal VOC. (Foto: Walentina Waluyanti)

VOC04a

Foto: Duduk di kursi kapten kapal VOC.

Saya tertarik melihat kursi khusus bagi kapten di ruang kapten kapal. Di tengahnya tampak meja makan besar, yang tampaknya juga berfungsi sebagai ruang rapat. Di kanan kirinya tampak tertata gelas-gelas anggur ataupun bir. Di tengah meja tampak bola dunia. Juga ada peralatan tradisional untuk menghitung kecepatan kapal (foto di bawah).

VOC05a Foto: Dr. Baskara T Wardaya dan Jan de Jonge memperhatikan alat pengukur kecepatan kapal di ruang kapten.Foto: Walentina Waluyanti

VOC06a

Foto: Jan de Jonge dan Dr. Baskara T. Wardaya di dek kapal "Zeven Provincieen", tiruan kapal VOC.Foto: Walentina Waluyanti

Setelah berkeliling melihat setiap sudut kapal, kapal minum kopi dan makan kue khas Belanda, appeltaart yang dijual di kafe di kompleks Batavia werf. Di sini juga tersedia toko yang menjual segala macam pernak-pernik terkait kapal VOC. Mulai dari buku, miniatur kapal, poster, DVD tentang pelayaran VOC, patung dan boneka berbentuk pelaut VOC, dan berbagai sovenir lainnya. Bahkan peralatan makan ala pelaut-pelaut VOC yang dibikin mirip seperti aslinya juga ada. Misalnya sendok sup kuno, alat penusuk daging, mangkok dan piring makan dari gerabah, dan lainnya.

Selanjutnya kami menuju Enkhuizen, sebuah kota kecil yang berjarak sekitar 30 km dari Batavia Stad, tempat pembuatan kapal VOC. Di kota kecil Enkhuizen, orang dapat melihat wajah kota nelayan tradisional Belanda. Kami mengajak Dr. Baskara mencicipi ikan tradisional Belanda yang terkenal, yaitu ikan haring. Orang bilang, Anda belum dapat dikatakan ke Belanda kalau belum mencoba ikan tradisional Belanda yang dimakan mentah ini. Demikianlah, kunjungan ke kapal VOC ini akhirnya ditutup dengan menikmati ikan haring yang mentah tapi lumayan enak. Ikan haring ini merupakan salah satu makanan andalan para pelaut tradisional Belanda. Proses penggaraman membuat ikan ini dapat bertahan lama, dan bisa jadi merupakan salah satu bekal ketika pelaut VOC berangkat ke Hindia Belanda. *** (Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge)

VOC07a

Foto: Walentina Waluyanti makan ikan haring bersama pakar sejarah Dr. Baskara T. Wardaya.

Walentina Waluyanti de Jonge

Penulis buku "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen"

Nederland, 12 Desember 2015

{backbutton}

Add comment