Natal Ala WikiLeaks

Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Dokumen itu saya curi dari Pentagon. Lalu menyebarkannya kepada tetangga. Apakah saya akan dipuja-puja sebagai juru selamat dunia? Boro-boro. Saya yakin seratus persen. Kontan hari ini juga saya sudah meringkuk di balik terali. Ditahan sebagai mata-mata, pencuri dan penjahat besar. Karena telah membocorkan rahasia negara.

Tapi kalau yang menyebarkan itu Julian Assange, maka ia dipuja sebagai pahlawan. Mengapa? Perbedaannya adalah pada “cara” yang digunakan. Pertama, Assange tidak mencuri. Setidaknya begitu pengakuannya. Ia hanya menerima dokumen dari orang lain. Lalu membagi dokumen itu pada seluruh dunia melalui internet. Sedangkan saya cuma membaginya pada tetangga. Tidak semua orang kebagian. Akibatnya yang tidak kebagian bisa marah, dan menuduh saya pencuri. Sedangkan Julian Assange telah membaginya secara adil. Yaitu kepada semua orang di seluruh dunia. Yang tidak kebagian, salah sendiri. Siapa suruh tidak internetan.

Menjelang Natal ini hampir setiap orang heboh membicarakan lahirnya bayi, bernama WikiLeaks. Tidak sedikit yang memuji kelahiran bayi WikiLeaks sebagai lahirnya “juru selamat dunia”. Persis heboh datangnya Bayi Suci melalui Maryam dalam kisah Natal, yang oleh para penganut-NYA dipercaya sebagai Juru Selamat.

natalwiki-1

Hebohnya kelahiran Bayi Suci yang diramalkan kelak akan menjadi “Raja”, membuat penguasa yaitu Kaisar Herodes merasa terancam. Herodes lalu memerintahkan, “Bunuh semua bayi yang baru lahir!”.  Begitu juga bayi WikiLeaks, yang berusaha terus dimusnahkan, karena meresahkan penguasa.

WikiLeaks tidak dilahirkan oleh perawan suci. Tapi dilahirkan oleh pria yang sama sekali tidak suci, Julian Assange. Walau bukan perjaka suci, Julian Assange mengeluarkan pernyataan suci yang mengingatkan pada peran Mesias, yaitu sebagai Juru Selamat Dunia. Persis pesan moral tentang kisah Natal.

natalwiki-7

Julian Assange mengatakan WikiLeaks didirikan untuk menyelamatkan dunia dan membuat dunia menjadi lebih baik. Banyak kalangan lalu menyebut WikiLeaks telah membawa perubahan besar bagi dunia. Apakah perubahan ke arah lebih baik atau malah lebih buruk? Itu masih pro kontra.

Lahirnya anak Maryam dan Yusuf membawa perubahan besar bagi dunia. Perubahan yang dibawa Nabi Isa, antara lain tampak pada ajaran sepuluh larangan-NYA. Ketika ajaran-NYA itu mulai dipahami pengikut-NYA, sedikit demi sedikit terjadi pergeseran  nilai-nilai. Ajarannya yaitu jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri...dan seterusnya, dianggap sebagai format hukum yang paling mendasar, hingga dikodifikasi ke dalam hukum modern, yang dipakai sampai sekarang.

Ada bedanya antara Nabi dan manusia biasa. Filosofi di balik peristiwa Natal, dimaksudkan membawa ajaran kebaikan. Sedangkan lahirnya WikiLeaks yang isu-nya terus diributi menjelang Natal ini....juga membawa kebaikan? Kasus ini masih terus bergulir. Masih banyak hal spekulatif di baliknya. Orang hanya bisa membuat hipotesis, tapi pembuktiannya sulit dibulatkan.

Lahirnya WikiLeaks memang beda dengan kelahiran Nabi. Hari Natal sebagai simbol kedatangan Nabi Isa, diharapkan mencerahkan nurani penganut-NYA agar peduli akan arti “kebenaran”.

Sedangkan lahirnya bayi WikiLeaks, lebih kental dengan aroma “pembenaran”. Bukankah Robin Hood karena dianggap membantu orang lemah, akhirnya lebih dikenang sebagai pahlawan daripada pencuri? Simak kalimat Julian Assange yang disebut-sebut sebagai juru selamat dunia, “We all only live once, so we are obligated to make good use of the time that we have and to do something that is meaningful and satisfying. I enjoy helping people who are vulnerable and enjoy crushing bastards”.

natalwiki-2

Saya termasuk yang tidak bisa memahami invasi militer Amerika ke negara lain. Akal sehat membuat orang sulit menerima cara Amerika itu. Kerugian dan korban jiwa yang ditimbulkan, sulit ditolerir. Bisa dimaklumi jika orang-orang bersimpati pada WikiLeaks yang membongkar permainan kotor di balik serangan ke Irak dan Afghanistan.

Namun dunia dibuat tercengang, karena WikiLeaks juga membuka kedok beberapa pemimpin negara di Timur Tengah, ternyata adalah kolaborator Amerika di balik penyerangan ke sesama negara Islam lainnya. Rasanya sulit menolak aroma adu domba yang tercium di balik WikiLeaks.

Antipati orang terhadap kebijakan politik Amerika, membuat posisi WikiLeaks di atas angin. Julian Assange nampak “innocence”. Jutaan simpati dan puja puji pun direguk.Argumen “pembenaran” Assange kedengaran mulia. Orang terseret euforia WikiLeaks, tanpa disadari. Tak jelas kemana sebenarnya semua ini diarahkan. WikiLeaks selalu meneriakkan transparansi. Namun sebagai organisasi, WikiLeaks sendiri tidak punya transparansi, sesuatu yang tak lazim dari sebuah organisasi informasi.

Bagaimana pun caranya Julian Assange memperoleh ratusan ribu dokumen rahasia itu, toh Julian Assange dengan bayi WikiLeaks-nya, selalu siap dengan pembenaran. Yaitu WikiLeaks, walau membocorkan dokumen rahasia, tapi tujuannya untuk membawa kebaikan bagi dunia. Karena telah mengungkap kekotoran politik. Klaim sebagai penyelamat dan pencerah dunia pun dilekatkan pada Julian Assange dengan bayi WikiLeaks-nya. Mirip pesan-pesan Natal yang sekarang ini sedang bergema di mana-mana.

Orang tak peduli dengan jalan bagaimana Julian Assange memperoleh dokumen rahasia negara.  Tujuan menghalalkan cara? Maklum, semua orang di pelosok dunia diberi peluang untuk menikmati “hasil jarahan” Assange. Taruhlah misalnya Assange itu pencuri, namun ia tak mau sendirian disalahkan sebagai “pencuri”.

natalwiki-3

Julian Assange memang cerdik. Jika saya menikmati hasil jarahan sebagai penadah, walau tak tahu menahu itu hasil curian, namun saya tetap bisa diseret ke pengadilan. Karena menadah hasil curian, tahu atau tidak tahu, tergolong delik pidana.

Jika di dunia nyata, Anda punya pilihan untuk menolak dilibatkan sebagai penadah. Tapi di dunia maya tidak demikian. Assange menyeret massa untuk tak punya pilihan. Malah membuat orang merasa beruntung dan bersyukur telah menadah semua info itu. Entah info itu diperoleh dengan cara apa. Itu dirahasiakan oleh Julian Assange. Ini kontradiktif dengan motto WikiLeaks yang mengutamakan transparansi. Akibat transparansi WikiLeaks, banyak orang terancam nyawanya. Tapi transparansi itu tak boleh mengancam keselamatan pekerja WikiLeaks. Jadi juru selamat ala Assange adalah menyelamatkan selama itu menguntungkan kepentingannya. Di luar  itu, jika ada orang lain (bukan pekerja WikiLeaks), yang terancam nyawanya gara-gara WikiLeaks, masih pedulikah Assange?

Dengan melibatkan semua orang di seluruh dunia sebagai penadah (sekaligus penikmat), plus mengatasnamakan “demokrasi”, dirinya tak bisa diutak-atik. Berani mengutak-atik Assange? Ini sama saja mengutak-atik azas demokrasi massa sejagat. Assange memang berhasil. Hampir semua orang senang dengan apa yang dilakukan Assange.

Perayaan Natal tidak harus diterima oleh semua umat. Tidak ada yang memaksa dan mengharuskan setiap orang harus percaya tentang Nabi Isa, yang disebut Juru Selamat oleh penganut-NYA. Gelar Nabi Isa sebagai “Juru Selamat” tak harus diakui semua orang. Kalau ada sekelompok umat yang enggan mengucapkan “selamat natal”, ya no problem. Tak perlu dibikin jadi masalah besar. Kontras dengan kelahiran bayi WikiLeaks. Seandainya kita umpamakan WikiLeaks didirikan oleh pencuri, dan semua dokumennya adalah hasil curian, mungkin juga akan tetap disambut suka cita. Juru selamat demokrasi dan liberalisme telah lahir!

Entah apakah Julian Assange masih bisa disebut juru selamat dunia, jika yang disingkapnya itu adalah aib, rahasia, dan dokumen milik sekretariat kepresidenan negara Republik Indonesia.

Namun ceritanya menjadi lain, jika benar tuduhan bahwa Assange hanyalah “alat” dari sebuah konspirasi besar. Maka mahkota sebagai “juru selamat dunia” pun harus dicopot dari kepala Julian Assange. Karena Assange tak lebih dari boneka yang dimainkan oleh kekuatan raksasa.

Membocorkan rahasia negara, bukan soal main-main. Itu ada peraturan yuridisnya, dan tergolong pelanggaran serius. Kalau mau, sudah lama Assange itu bisa diciduk. Tidak perlu berputar-putar tertangkapnya Assange karena tuduhan pencabulan di Swedia.

natalwiki-4

Kenapa tidak sekalian saja ditangkap karena tuduhan membocorkan rahasia negara, yang buktinya sudah di depan hidung? Penangkapan itu malah terkesan ingin menyelamatkan Assange, sebelum tertangkap oleh pihak tak terduga.

Setiap orang pada dasarnya punya sisi baik dan punya kemampuan menyebarkan kebaikan. Juga Julian Assange. Orang tak perlu menjadi kyai atau pendeta untuk menyebarkan kebaikan. Cuma memang membingungkan jika segalanya dengan mudah dihalalkan dengan klaim “atas nama demokrasi, keterbukaan, dan dunia yang bebas”. Kalau sudah atas nama demokrasi, segalanya pun dengan mudah distempel “sah”.

Demokrasi ala juru selamat Julian Assange bikin saya garuk-garuk hidung. Kalau saya tidak suka Anda, rahasia dan aib Anda akan saya buka. Tapi kalau saya menyukai seseorang, selama orang itu selalu menguntungkan saya, bagaimanapun jahatnya orang itu...maka aib, rahasia, dan kejahatannya akan saya tutup rapat-rapat. Informasi yang bisa memalukan Israel, dikabarkan telah dihapus oleh Assange, setelah menerima sejumlah uang dari Israel, di sebuah pertemuan rahasia di Geneve.

natalwiki-5

Begitu laporan Al-Haqiqa. Ini adalah hasil investigasi seorang wartawan Syria, eks relawan WikiLeaks yang keluar dari WikiLeaks karena jengkel dengan otoriter-nya Assange dan tidak adanya transparansi. Entah benar, entah tidak.

Kalau dipikir-pikir, gelar apa yang harus ditujukan pada Julian Assange? Penyebar aib? Penyebar rahasia? Atau malah tidak menyebarkan apa-apa, kecuali meluruskan sejarah? Kalau dikatakan meluruskan sejarah, semoga ada jaminan bahwa konten dokumen itu tidak dimanipulasi, bukan disebarkan untuk kepentingan yang juga manipulatif. Betulkah ada tayangan video yang telah diedit sedemikian rupa, dengan maksud mengobok-obok emosi orang sedunia?

Kalau dikatakan menyebarkan rahasia, apanya yang rahasia? Semua SUDAH terjadi. Sesuatu yang tadinya masih rencana rahasia, sudah berhasil diwujudkan, dan karenanya bukan rahasia lagi. Kalaupun di balik semua itu ada kasak-kusuk rahasia, namun karena semua sudah telanjur terjadi, maka rahasia itu lebih kedengaran sebagai aib dan skandal memalukan. Gambaran pribadi dan ejekan tentang beberapa pemimpin negara di dokumen WikiLeaks, misalnya Sarkozy adalah kaisar tanpa jubah kekaisaran, sensi dan otoriter...ini tergolong rahasia politik atau gosip entertainment?

Bagaimanapun, di hari Natal ini, Julian Assenge dengan WikiLeaks-nya sudah memberi saya sebuah renungan tentang arti “juru selamat dunia”. Kelahiran Bayi Suci di hari Natal, bertujuan menyiarkan pesan damai. Karena itu disebut Juru Selamat oleh para penganut-NYA. Sedangkan bayi WikiLeaks, telah menyiarkan efek sampingan, yaitu saling curiga dan adu domba antar negara. Akibatnya bisa saja Assange yang konon mau menyelamatkan dumia, hasilnya malah sebaliknya, yaitu WikiLeaks menciptakan permusuhan di dunia. Bukan tidak mungkin bahkan berbuntut perang. Kecuali kalau memancing terjadinya perang baru, memang jadi tujuan WikiLeaks. Jadi di mana letak peran “juru selamat dunia” dari Julian Assange?

natalwiki-6

Foto: Reuters

Bisakah Assange menjadi juru selamat dunia dalam arti sesungguhnya? Bisa saja, jika  Assange punya nyali membongkar dokumen rencana konspirasi kotor pada saat BELUM dan AKAN terjadi. Dengan begitu, mungkin kerugian atau bahkan korban nyawa dapat terhindari.

Pertanyaannya, jika Assange memang bermaksud menyelamatkan dunia, mengapa fokusnya hanya pada dokumen negara tertentu? Kalau negara superpower bisa dibobol, apa susahnya membobol  negara yang power-nya tidak super-super amat? Bukankah konspirasi kotor yang bentuknya bisa apa saja itu, bisa dilakukan siapa saja dan dari negara mana saja?

Selamat Natal bagi yang merayakan, dan selamat menyongsong tahun 2011.

Walentina Waluyanti

Nederland, 11 Desember 2010

{backbutton}

Add comment