Mengunjungi Makam Anne Frank di Jerman (Foto-foto Mencekam)
Copyright@Walentina Waluyanti – Nederland
Saya melihat kembang tulip putih di makam Anne Frank. Ternyata makam Anne Frank sampai sekarang masih ditaburi bunga oleh beberapa pengunjung. Ketika berkunjung ke kota Munchen di Jerman, rasanya sayang jika tidak mengunjungi kamp tawanan Nazi di kota kecil, Bergen-Belsen. Soalnya kamp ini dilewati saat perjalanan dari Jerman ke Belanda. Kamp tawanan Nazi di Bergen-Belsen adalah kamp khusus untuk tawanan wanita.
Foto: Penulis di depan tugu di kamp tawanan Nazi di Bergen-Belsen, Jerman.
Salah satu yang menarik pengunjung ke kamp Bergen-Belsen, karena di kamp ini ada makam Anne Frank yang legendaris itu. Ia meninggal di kamp ini bersama kakak perempuannya, Margot Frank. Anne Frank termasuk satu di antara anak/remaja yang terbunuh di antara 1,5 juta anak-anak Yahudi yang menjadi korban tewas akibat kekejaman Nazi. Anne dan Margot meninggal karena typhus. Sebelumnya, ibu mereka yaitu Edith, meninggal juga di kamp ini karena kelaparan.
Ada sejumlah sekitar 10.000 mayat belum terkubur ditemukan pada hari dibebaskannya para tawanan oleh Amerika tahun 1945, di kamp Bergen Belsen ini. Meski sulit memperkirakan seluruh jumlah korban yang tewas yang pernah menghuni kamp ini, namun seluruh korban meninggal diperkirakan berjumlah sekitar 70.000 jiwa. Dari sekian jumlah itu, hanya sekitar 10.000 orang saja yang diketahui namanya.
Ketika memasuki lokasi kamp ini, saya tidak melihat ada bekas kamp yang berdiri. Memang ada alasan mengapa kamp ini diratakan dengan tanah, sesudah pembebasan para tawanan oleh pasukan Amerika. Soalnya area kamp dianggap berbahaya karena menjadi sarang penyakit berbahaya dan dikhawatirkan bisa menyebarkan penyakit mematikan. Saya membaca kesan tentara Amerika yang masuk kamp saat membebaskan para tawanan, "Begitu memasuki kamp, ada bau sangat kuat yang menggantung di udara di seluruh sudut kamp, yaitu bau kotoran manusia."
Foto: Ketika semua tawanan dibebaskan, kemudian kamp diratakan dengan tanah, dan area kamp dinyatakan menjadi area berbahaya untuk dimasuki ketika itu. Karena kamp konsentrasi umumnya menjadi tempat berjangkitnya berbagai macam penyakit menular mematikan.
Foto: Anak ini beruntung. Belum lama diangkut ke Bergen-Belsen, datang pasukan Amerika yang membebaskan seluruh tawanan di kamp. Tampak anak ini berjalan di antara hamparan mayat di kamp Bergen-Belsen.
Ketika dibebaskan, memang ditemukan bahwa para tawanan selain meninggal karena kelaparan, juga umumnya meninggal karena terjangkit berbagai penyakit seperti kolera, typhus, disentri, dan berbagai penyakit menular lainnya.
Setelah memasuki gerbang kamp, saya melihat hamparan tanah yang sangat luas. Area ini berumput dengan tanaman dan pepohonan. Di area bekas kamp, tampak beberapa monumen dan 13 makam massal. Di antara makam massal itu, ada sekitar 15 batu nisan yang merupakan makam per individu. Di antara batu-batu nisan, mata saya tertumbuk pada nisan bertuliskan nama Anne Frank dan kakaknya, Margot Frank. Selain itu ada juga monumen yang dibangun oleh orang Yahudi dan militer Inggris untuk memperingati para korban.
Foto: Penulis di makam Anne Frank dan kakaknya, Margot Frank.
Monumen untuk mengenang para korban di kamp Bergen Belsen. (Foto: Walentina Waluyanti)
Dari keluarga Frank ini, satu-satunya yang survive, mampu melewati biadabnya kehidupan di kamp, hanyalah Otto Frank, ayahanda Anne Frank. Ironisnya, Anne Frank dan kakaknya meninggal sekitar 2 minggu sebelum kedatangan pasukan Amerika untuk membebaskan seluruh tawanan.
Setelah kebebasannya, Otto Frank yang kehilangan seluruh keluarganya berkata, "Saya kehilangan segalanya, kecuali hidup saya." Untuk mengobati dukanya yang mendalam, ia mengukir kenangan terhadap putrinya dengan menerbitkan buku harian putrinya yang isinya menyentuh hati. Buku harian itu ditulis Anne Frank ketika keluarga Anne Frank dan beberapa orang lain masih bersembunyi di ruang rahasia di kantor Otto Frank di Amsterdam. Ketika mereka bersembunyi di Amsterdam, tempat persembunyian mereka ditemukan oleh tentara SS. Selanjutnya, mereka diangkut menuju kamp deportasi, kemudian dikirim ke kamp konsentrasi. (Baca: Jejak Tawanan di Kamp Nazi)
Ketika keluarga Anne Frank sekeluarga diangkut tentara SS, ada sebuah buku yang tercecer. Buku ini ditemukan seorang wanita Belanda, Miep Gies, yang pernah menolong keluarga Frank selama dalam persembunyian. Dan ketika perang berakhir, kemudian Otto Frank bebas, Miep Gies menyerahkan buku itu kepada Otto Frank. Buku harian Anne Frank dipamerkan juga di kamp Bergen Belsen ini. Buku harian Anne Frank ini kemudian menjadi buku terlaris kedua di dunia sesudah kitab suci. Saya pernah menulis tentang persembunyian keluarga Anne Frank hingga bagaimana buku harian Anne Frank ditemukan di artikel berjudul, silakan klik Wanita Penyelamat Buku Terlaris Kedua Sesudah Bibel
Buku harian Anne Frank dipamerkan di museum. (Foto: Walentina Waluyanti)
Otto Frank tahun 1970-an, ayahanda Anne Frank yang menerbitkan buku putrinya. (Foto ini dipotret di museum - Walentina Waluyanti).
Meski di kamp ini tak lagi ditemukan kamp yang masih berdiri, namun ada monumen untuk memperingati para korban. Juga ada museum yang memperlihatkan foto-foto ketika kamp ini masih berdiri dan kehidupan para tawanan selama di kamp. Tampak bagaimana kejahatan Nazi terpampang jelas di foto-foto itu.
Timbunan mayat menggunung, seperti menjadi bagian dari keseharian kehidupan di kamp. Para tawanan yang masih hidup terkulai lemas di antara timbunan mayat. Bahkan para tawanan makan dan minum biasa saja di antara hamparan mayat. Antara mayat dan yang masih hidup tampak tak jauh berbeda. Bedanya hanya yang satu tampak seperti kerangka hidup dan yang lain adalah kerangka mayat. Seragam para tahanan tampak tergantung di salah satu lemari kaca.
Seragam tawanan wanita dipamerkan di museum. (Foto: Walentina Waluyanti)
Foto: Tampak tawanan yang baru tiba makan di antara hamparan mayat.
Foto: Antara tawanan yang masih hidup, nyaris tak beda dengan tawanan yang sudah meninggal, sama-sama menjadi kerangka.
Foto: Salah satu gambaran penderitaan selama berada di kamp konsentrasi.
Foto: Di kamp konsentrasi, manusia kehilangan segalanya, juga kehormatannya sebagai manusia.
Di museum juga dipamerkan film-film para saksi, yaitu para mantan tawanan yang selamat, yang menuturkan langsung pengalaman mereka selama berada di kamp. Melihat kejahatan dan kebiadaban yang harus mereka hadapi selama berada di kamp, rasanya ajaib bahwa masih ada tawanan yang bisa lolos dari maut. Ini mengingat penderitaan yang mereka terima selama di kamp, nyaris tak bisa diterima akal sehat. Selain film tentang suasana kamp dan penuturan para saksi, di lemari kaca juga dipamerkan seragam para tawanan yang bergaris-garis dan beberapa benda lainnya yang pernah digunakan di kamp. Misalnya alat-alat makan yang tampak sudah berkarat.
Museum kamp memperlihatkan semua hal yang ingin diketahui pengunjung. Saat memasuki museum ada beberapa pernak-pernik yang bisa diambil pengunjung dengan membayar sumbangan sukarela ala kadarnya sesuai keinginan pengunjung. Misalnya ada foto Anne Frank, kartu pos, dan lain-lain.
Pernak-pernak di museum untuk pengunjung. (Foto: Walentina Waluyanti)
Di museum ini ada toko buku yang menjual buku-buku sekitar tema pendudukan Nazi, kehidupan di kamp tawanan, dan tema-tema senada. Rasanya lelah dan lapar juga setelah beberapa lama mengelilingi kamp. Untunglah ada kafe yang menyediakan makanan dan minuman untuk pengunjung. Harga makanan dan minuman di Jerman, ternyata lebih “bersahabat” dibanding harga di Belanda. Saya memesan makanan yang disukai di Jerman, yaitu sosis curry (currywurst) dengan salad kentang.
Kunjungan ke kamp Bergen-Belsen ini mengesankan, ibarat napak tilas suatu kejadian historis, yang merupakan bagian dari sejarah dunia.
Cafe bagi pengunjung mseum kamp Bergen Belsen - Foto: Walentina Waluyanti
Currywurst (sosis curry) dan salad kentang, salah satu makanan yang digemari di Jerman. (Foto: Walentina Waluyanti)
Artikel Terkait, silakan klik:
Wanita Penyelamat Buku Harian Anne Frank
Mengerikan! Rumah Jagal Pemusnah Manusia
Doyan Sup Lever, Siapa Bilang Hitler Seorang Vegetarian?
Mama, Kok Ada Batik di Kamp Tawanan Nazi
Walentina Waluyanti
{backbutton}