Mengapa Banyak Orang Maluku di Belanda?
Tulisan ini telah dibukukan.
Penulis: Walentina Waluyanti - Belanda
Catatan pengantar: Setiap tahun saya ke Indonesia. Saya sering menerima pertanyaan, “Apa benar di Belanda banyak orang Maluku? Bagaimana asal mulanya kok banyak orang Maluku di Belanda?”. Yang bertanya biasanya generasi yang jauh lebih muda dari saya, bisa dimaklumi kekurang-tahuan mereka. Menariknya, pertanyaan tadi bukan hanya terlontar dari orang Indonesia. Orang Belanda juga tak jarang melontarkan pertanyaan sama. Di sini saya tulis sekilas latar belakang kisah, mengapa hingga kini banyak orang Maluku di Belanda.
Pasca kemerdekaan, Sukarno mengharuskan semua warga negara Belanda dan simpatisan Belanda hengkang dari Indonesia. Maka terjadilah eksodus besar-besaran. Saat itu yang meninggalkan Indonesia terdiri dari penduduk sipil dan prajurit Belanda (KNIL).
Mereka yang terpaksa meninggalkan Indonesia saat itu, bukan cuma orang Belanda saja. Di antaranya juga ada orang Indo (blasteran Indonesia-Eropa), dan orang pribumi/asli Indonesia.
Ketika itu prajurit Belanda di Indonesia, umumnya adalah orang yang berasal dari Maluku. Meski ada juga orang Indonesia lain yang berasal dari Jawa, Minahasa, Madura, Sumatera, dan daerah lain. Juga ada orang Tionghoa. Namun jumlah terbesar adalah orang Maluku.
Foto: Kedatangan orang Maluku di Belanda, 1951
Tahun 1951, sebanyak 12.500 orang Maluku yang meninggalkan Belanda. Mereka meninggalkan Indonesia dan pergi ke Belanda dengan membawa keluarga. Dengan 13 armada kapal laut, mereka tiba di pelabuhan Rotterdam.
Setelah tiba di Belanda, mereka ditempatkan di beberapa kota. Yang terbanyak adalah di kota Huizen. Tadinya mereka berpikir, bahwa kedatangan mereka ke Belanda hanya untuk sementara. Cuma mengungsi karena keadaan darurat.
Orang Maluku yang baru datang ke Belanda itu pada mulanya merasa tak betah. Mereka berharap, kelak akan kembali ke tanah yang baru, yang bernama Republik Maluku Selatan (RMS). Mereka percaya, Belanda akan membantu membentuk republik baru itu. Hal yang tentu saja mustahil. Mana mungkin Indonesia melepas tanahnya begitu saja? Mimpi orang Maluku untuk punya negara baru tak pernah terjadi. (Karena itu saya plesetkan istilah RMS menjadi Republik Mimpi Saja).
RMS adalah organisasi yang bertujuan membentuk Republik Maluku Selatan, terpisah dari negara kesatuan RI. Seiring dengan berjalannya waktu, cita-cita RMS semakin terlupakan. Generasi pendiri RMS telah berpulang satu demi satu. Ini membuat RMS telah kehilangan taringnya. Kini orang Maluku dari generasi mudanya, tidak lagi tertarik dengan perjuangan RMS. Mereka menganggap perjuangan RMS tidak lagi realistis. Mereka sudah bisa menerima kenyataan bahwa Maluku adalah bagian dari negara republik Indonesia. Dan bahwa hidup mereka adalah di Belanda, adalah kenyataan yang tak dapat ditolak.
Foto: Orang Maluku ketika baru tiba di Belanda, setelah perjalanan dengan kapal laut dari Indonesia. Mereka ditempatkan di penampungan, dan menerima jatah makanan dari pemerintah Belanda.
Sistem integrasi di Belanda, semakin membuat orang Maluku kian betah di Belanda. Mereka sudah diterima sebagai bagian dari masyarakat Belanda. Walau warna kulit mereka berbeda dari orang Belanda, tapi hak dan kewajiban mereka sejajar dengan warga keturunan Belanda.
Sejak pengusiran oleh Sukarno itulah, mereka tinggal di Belanda, beranak cucu sampai sekarang. Pengusiran warga Belanda dari Indonesia (termasuk orang Maluku), saya singgung di dalam buku saya berkudul "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen". Kisah yang lebih seru seputar orang Maluku di Belanda, juga telah saya tulis di website ini, klik ==> Presiden Versus RMS, Republik Mimpi Saja.
Baca juga, klik => Pemuda Maluku Ini Mendapat Gelar Pahlawan dari Kerajaan Belanda, Digilai Gadis Eropa
Walentina Waluyanti
Penulis Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen
{backbutton}