Kota yang Menelan Korban Nyawa 19.000 Serdadu Amerika
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti
Jika tinggal di Belanda dan ingin jalan-jalan ke negara tetangga, mudah saja. Jarak dan waktu tempuhnya tak begitu panjang dan lama. Cukup dengan bermobil, negara-negara terdekat mudah terjangkau. Misalnya Jerman, Belgia, Luxemburg. Kalau kuat nyetir, bisa ke Perancis, Spanyol, Austria, Italia, dan negara lainnya.
Kota Bastogne
Beberapa waktu lalu sekembali dari Indonesia, bersama keluarga, saya berkunjung ke kota kecil di Belgia, bernama Bastogne. Letaknya tidak begitu jauh dari Luxemburg. Kota ini tenang, tidak begitu ramai, hanya berpenduduk sekitar 14.000 jiwa.
Sejarah kota Bastogne yang pernah menjadi medan pertempuran tersengit antara Amerika dan Jerman semasa Perang Dunia (PD) II, menjadi magnet bagi turis. Kota Bastogne memang banyak dikunjungi turis Amerika, karena sejarah masa lalu di PD II.
Kami menyusuri taman kota yang juga menjadi lokasi pusat informasi, museum dan toko yang menjual pernak-pernik segala hal yang berhubungan dengan serangan di Bastogne di masa PD II.
Foto: Pusat kota Bastogne
Berikut ini beberapa hal menarik dari kota Bastogne di Belgia:
Ungkapan “Nuts!” yang legendaris di Bastogne
Istilah slang Amerika, yaitu “Nuts” menjadi legendaris di Bastogne, setelah kata ini diucapkan oleh Jenderal dari Amerika, Jenderal Mc Auliffe.
Efek kata “Nuts!” ini tidak bisa diremehkan, karena rentetan dari kata ini kemudian menjadi awal pertempuran besar di Bastogne yang menimbulkan jatuhnya korban nyawa 19.000 serdadu Amerika. Ini berawal ketika di tahun 1944, Jenderal Mc Auliffe yang memimpin divisi 101st Airborne, diminta menyerah oleh pasukan Nazi. Saat itu pasukan Amerika bertugas membebaskan Belgia dari pendudukan Jerman.
Bukannya menyerah, Jenderal Mc Auliffe malah mengirim surat resmi sebagai jawaban, berisi hanya satu kata bernada hinaan, yaitu “Nuts!”. Ini kata makian jika mendengar sesuatu yang dianggap “tidak normal”, crazy, dan omong kosong.
Di taman kota, saya melihat patung Jenderal Mc Auliffe dari Amerika, yang terkenal dengan kata “Nuts”-nya itu, terpajang di taman kota.
Foto: Patung Jenderal Mc Auliffe komandan pasukan Amerika di Bastogne
Kata “Nuts!” dari Jenderal Mc Auliffe diberikan kepada Nazi sebagai jawaban atas surat Jenderal Nazi von Lüttwitz, yang berisi antara lain, “Hanya ada satu kemungkinan untuk menyelamatkan pasukan Amerika yang sudah terkepung, dari kehancuran total. Yaitu menyerahkan kota yang sudah terkepung ini secara terhormat. Kami beri waktu dua jam untuk mempertimbangkan hal ini, terhitung sejak surat ini dbuat.” Intinya, pasukan Nazi meminta agar pasukan Amerika menyerah, dan kekuasaan atas Bastogne diserahkan ke Jerman.
Ultimatum komandan pasukan Nazi itu, membuat geram Jenderal Mc Auliffe. Ia berseru, “Aw, Nuts!”. Kemudian diremas-remasnya surat itu sampai kecil, lalu dilempar ke keranjang sampah.
Foto: Jip Jenderal Mc Auliffe dicoba oleh pengunjung yang meminjam seragam petugas
Staf sang Jenderal kemudian berusaha membalas surat komandan pasukan Nazi dengan bahasa yang pantas.
Namun seorang Letnan Kolonel mengusulkan, surat balasan kepada pasukan Nazi tidak usah berbasa-basi. Cukup ditulis apa adanya, sebagaimana yang dikatakan Mc Auliffe. Yaitu “Nuts!”. Tak perlu ditambah. Tak perlu dikurangi. Sebagaimana Jenderal Mc Auliffe mengatakan “Nuts!”, maka surat balasan kepada pasukan Jerman itu juga ditulis hanya dengan satu kata “Nuts!”.
Pasukan Jerman tak mengerti istilah slang Amerika, dan tak mengerti apa arti “Nuts”, lalu bertanya ke Kolonel Harper apa arti “Nuts”. Kolonel Harper menjelaskan ke komandan pasukan Jerman, kata itu setara dengan “go to hell”.
Tentu saja pasukan Jerman jadi ngamuk oleh jawaban itu. Selanjutnya terjadi pertempuran sengit beberapa hari antara pasukan Amerika dan pasukan Nazi. Sebanyak 600.000 serdadu Amerika terlibat dalam peperangan ini. Peperangan ini akhirnya berhasil membuat pasukan Jerman terdesak mundur dan menyerah. Pertempuran di Bastogne ini disebutkan oleh banyak sumber sebagai pertempuran yang paling membuat militer Jerman jadi bangkrut.
Monumen-monumen dan tempat bersejarah
Pertempuran di Bastogne yang berawal dengan jawaban “Nuts!”, dan berakhir dengan menyerahnya pasukan Nazi, sayangnya harus dibayar mahal dengan banyaknya korban nyawa di pihak Amerika. Korban luka dan tewas, tercatat sebanyak 89.000 orang, termasuk di antaranya sekitar 19.000 serdadu Amerika terbunuh.
Pertempuran di atas yang memakan banyak korban itu, kemudian membuat pemerintah kota Bastogne mengenangnya dengan membangun banyak monumen bersejarah.
Foto: Salah satu monumen di Bastogne untuk menghormati korban PD II
Begitu banyaknya korban serdadu Amerika yang berjatuhan di Bastogne, sehingga saat itu Perdana Menteri Inggris Winston Churchill berkomentar, “Tak diragukan lagi, inilah pertempuran Amerika yang terbesar di dalam perang.“
Sejarah juga mencatat bahwa pertempuran di Bastogne adalah pertempuran paling berdarah bagi Amerika di masa PD II.
Monumen paling terkenal dan terbesar di Bastogne untuk mengenang gugurnya para serdadu Amerika, adalah monumen Mémorial du Mardasson. Untuk mencapai monumen ini, pengunjung harus melewati beberapa anak tangga, hingga sampai ke puncak monumen.
Foto: Monumen Mémorial du Mardasson
Foto: Panorama Bastogne dilihat dari Monumen Mardasson
Dari Monumen Mardasson yang terletak di atas bukit, kami bisa melihat keindahan panorama di sekitar Bastogne.
Di tembok Monumen Mardassson tampak terukir semua nama negara bagian di Amerika dan nama divisi pasukan Amerika yang ikut bertempur dalam pertempuran di Bastogne.
Di lokasi Monumen Mardasson juga ada beberapa kendaraan perang dari masa PD II, yang bisa dilihat pengunjung. Antara lain mobil jip yang pernah digunakan oleh Jenderal Mc Auliffe. Selain monumen-monumen, di Bastogne juga ada sejumlah tank yang digunakan saat PD II.
Namun tank yang paling terkenal, yang paling sering digunakan sebagai obyek foto oleh turis dari seluruh dunia, adalah “tank Sherman”. Letaknya di taman kota berdampingan dengan patung Jenderal Mc Auliffe.
Foto: Tank Sherman, salah satu tank Amerika yang digunakan dalam PD II
Monumen-monumen, foto kendaraan militer, dan tank di tulisan ini hanya sebagian kecil dari sederet monumen dan peninggalan jejak sejarah yang tersebar di Bastogne.
Makanan khas
Jika mengunjungi Belgia, belum lengkap rasanya jika belum mencicipi makanan khas daerahnya. Kami masuk ke restoran. Wah, semua menunya dalam bahasa Perancis. Bastogne memang termasuk daerah yang penduduknya menggunakan bahasa Perancis. (Di daerah lain di Belgia, juga digunakan bahasa Vlaams/Belgian-Dutch, yang mirip dengan bahasa Belanda).
Moules-frites (bahasa Perancis), sebutan untuk menu kerang dan kentang goreng, merupakan salah satu menu khas Belgia. Rasanya memang spesial. Gurih, dengan wangi bumbu dan saus yang mengundang selera, disajikan dalam porsi royal.
Foto: Hidangan kerang ala Belgia
Setelah makan, kami beristirahat sebentar di hotel. Sambil beristirahat, terbayang kembali, semua yang saya lihat tadi bagai rangkaian film historis yang terekam di memori. Semua itu bukan sekadar nostalgia. Hikmah masa lalu bisa bermanfaat bagi masa kini dan masa depan.
Walentina Waluyanti penulis buku "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen"
Artikel terkait:
Fantasi dan Rahasia Kemenangan di Perang Dunia II
{backbutton}