Keris Djoko Susilo dan Keris Pangeran Bernhard
Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti - Belanda
Walau nilainya milyaran, namun lebih dari 200 keris Djoko Susilo tak jadi disita. Hal mistik ternyata bisa mengenyampingkan logika hukum. Masalah hukum adalah masalah yang menyangkut masalah legal formal yang bersandar pada logika. Namun dunia hukum ternyata bisa takluk juga pada dunia mistik.
Sekitar 200 lebih keris Djoko ini, yang tadinya akan disita oleh KPK, lalu dibatalkan penyitaannya. Bisa dibayangkan berapa nilai 200 keris itu, jika 16 keris saja pernah dibeli oleh Djoko Susilo di tahun 2004, dengan nilai 1,7 milyar.
Penyidik KPK tidak jadi menyitanya, setelah kolektor keris, Indrajaya Februardi menyatakan kepada KPK, tidak akan bertanggung jawab jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan mengingat keris-keris itu disebutnya sebagai benda pusaka (Kompas, 16 Juli 2013). KPK yang biasanya tidak kenal kompromi dalam menyita harta koruptor, ternyata bisa dibikin ciut juga oleh benda pusaka yang bernama keris.
Foto: Keris Pusaka (Foto: Koleksi Walentina Waluyanti)
Keris-keris tersebut, menurut Indra, dititipkan kepadanya dan dicuci setiap 1 Suro. Memang menurut kepercayaan tradisional, keris sebagai benda pusaka adalah benda sakral yang harus dihormati dengan upacara tertentu. Apakah kepercayaan akan hal mistik ini hanya dipercayai oleh masyarakat tradisional saja?
Kepercayaan tradisional, misalnya takut kualat akibat memperlakukan benda pusaka secara gegabah, ternyata berlaku berlaku tidak hanya bagi masyarakat tradisional di Indonesia saja. Keharusan melakukan upacara untuk menghormati keris juga dilakukan oleh keluarga kerajaan Belanda. Tentang hal ini saya baca di buku “Keris Beschouwingen en Verhalen over de Kerissen van Indonesie”.
Pangeran Bernhard adalah suami dari Ratu Juliana dari Belanda, dan kakek dari Raja Belanda, Willem Alexander yang sekarang ini. Pangeran Bernhard pernah menerima hadiah keris dari Presiden Suharto. Keris emas berukir itu berasal dari Bali. Keris pemberian Presiden Suharto ini juga dilengkapi dengan petunjuk tertulis bagaimana cara menjalankan upacara ritualnya.
Pegawai kerajaan menceritakan bahwa setiap tahun di bulan Februari diadakan upacara ritual khusus untuk menghormati keris itu. Persyaratan seperti kembang, dupa, teh, dan kopi juga disiapkan. Lalu dilakukan semua detail persembahan sesuai dengan urutan yang tertulis di petunjuk saat keris itu diberikan oleh Presiden Suharto. Di antaranya, keris itu juga dibersihkan dengan larutan air jeruk, lalu diolesi minyak wangi khusus. Minyak wangi ini memang disertakan, dan merupakan bagian dari keris, pada waktu keris itu pertama kali diberikan.
Kisah tentang perawatan keris Pangeran Bernhard itu diceritakan oleh De Heer Lezer, yang menyatakan, “Sesudah upacara pencucian keris saya mengambil keris itu dengan tangan kanan, dan mendekapnya dengan lurus ke dada saya lalu memasukkannya kembali ke sarung keris. Setelah itu saya melakukan hormat dan sembah ke keris itu. Saya merasa bangga bisa melakukan dan bisa menunjukkan penghormatan secara agung dan simbolik ini. Pengakuan dan penghormatan untuk upacara budaya yang mistik yang penuh warna ini, bisa meningkatkan hubungan kedua negara.”
Kembali kepada keris bernilai milyaran milik Djoko Susilo yang tak jadi disita oleh KPK. Mudah-mudahan hal ini malah tidak menimbulkan ide baru bagi koruptor. Yaitu ide untuk menginvestasikan uang haram melalui keris… siapa tahu tidak jadi disita oleh KPK.
Walentina Waluyanti
Nederland, 15 Juli 2013
{backbutton}