Jejak Putri Kamboja di Trowulan Dicatat Raffles

Penulis: Walentina Waluyanti

Dukungan internasional dalam bentuk advokasi pelestarian pusaka akan diberikan kepada Trowulan. Diduga situs ini adalah salah satu bekas ibu kota Kerajaan Majapahit.

jejak1

Candi Trowulan (Foto: vnc.nl)

Situs Trowulan terancam kelestariannya karena keberadaan pabrik baja yang berjarak sekitar 500 meter dari situs tersebut. Situs ini terletak di Jalan Raya Mojokerto–Jombang, Jawa Timur. Demi mencegah situs ini dari kepunahan, BPPI (Badan Pelestarian Pusaka Indonesia) mengumpulkan petisi untuk menolak keberadaan pabrik baja dekat situs Trowulan. Setelah BPPI mempresentasikan kawasan pusaka Trowulan dalam The 15th International Conference of National Trusts di Uganda-Afrika Timur, maka telah terkumpul hampir 10.000 dukungan dalam bentuk tandatangan. (Detik.com, 10/10-2013).

Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral dari Inggris yang pernah memerintah di Jawa (1811-1816), mencatat tentang situs Trowulan di dalam bukunya, The History of Java.

Nama Trowulan, dicatatnya dengan nama Trawulan atau Trang Wulang (Terang Bulan). Dari catatan Raffles juga diketahui bahwa ketika situs ini ditemukan, sudah berupa reruntuhan istana, dan terlihat juga beberapa gerbang dari batu bata. Selain itu, wilayah ini juga sudah ditutupi hutan jati yang tampaknya telah tumbuh bertahun-tahun. Sehingga sulit menemukan batas terluar dari kota tua ini. Reruntuhan candi ini sebagian besar dibangun dengan batu bata. Letaknya terpencar-pencar  dalam beberapa mil di sekitarnya.  Letak batu yang berpencar itu disimpulkan oleh Raffles, bahwa ini membuktikan betapa luas dan besarnya bangunan “kebanggaan masyarakat Jawa ini”.

Penemuan Raffles juga menunjukkan bahwa Majapahit di masa itu telah punya “hubungan diplomatik” dengan Kamboja, dengan ditemukannya makam Putri Champa (Kamboja) dan pengasuhnya, di situs Trowulan. Makam ini dibangun dengan gaya Islam, dan di atasnya terdapat tulisan Jawa Kuno, yang menunjukkan angka tahun 1320. Di sisi lain terdapat pula makam Kiai Tumenggung Jaya Baya, Den Mas, sembilan pemimpin lain yang nama-namanya disebutkan di sana. Makam yang bernuansa keagamaan ini menurut Raflles, dijaga oleh beberapa ulama.

Bagaimana hingga Putri Champa bisa sampai ke Majapahit, juga ditulis oleh Raffles. Di masa pemerintahannya, Angka Wijaya mendengar cerita dari para pedagang yang berlabuh di pelabuhan. Yaitu tentang kecantikan dan kepandaian seorang putri dari Kerajaan Champa. Tertarik dengan cerita ini, Angka Wijaya mengirim utusan untuk melamar sang putri.

Catatan Raffles di atas hanyalah sebagian kecil saja dari sekian banyak catatannya tentang sejarah Jawa, yang diuraikannya dalam buku The History of Java. Buku Raffles ini membuatnya dikenal sebagai pelopor kajian Jawa, yang memberi kontribusi sangat berharga bagi dunia penelitian dan ilmu pengetahuan.

Raffles yang nota bene orang asing, telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk menyusun kajian tentang peninggalan sejarah di Jawa. Di masa itu, kaum pribumi masih hidup dalam keterbatasan, hingga belum sanggup untuk melakukan penelitian sejarah. Kini, Indonesia tentunya jauh lebih berdaya, tidak hanya dalam melakukan penelitian, juga dalam usaha-usaha pelestarian warisan sejarah.

Walentina Waluyanti

Nederland, 10 Oktober 2013

{backbutton}

Add comment