Inikah Kerajaan Iblis yang Ditemukan Sejarawan?

Copyright@Penulis : Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland

Catatan: Jika disebarkan di Facebook/Twitter, harap mencantumkan nama penulis.

Gurun itu kering. Dilingkari bebatuan berbukit-bukit. Lingkungan sekitarnya tampak gersang. Bukit tandus itu diperkirakan para ahli sebagai jejak lokasi yang disebutkan di dalam kitab suci. Bagi sejarawan, kitab suci bisa menjadi objek penelitian, ditelisik dari sisi  sejarahnya. Di dalam kitab semua agama, agama apa pun itu, banyak jejak sejarah yang bisa ditelusuri. (Tentu saja ini tidak berarti bahwa kitab suci adalah buku sejarah). 

Foto: Gurun Jebel Quruntul (Koleksi: Walentina Waluyanti de Jonge)

Para sejarawan meneliti lokasi jezus04 webbersejarah yang disebutkan di dalam kitab suci. Nabi Isa atau Yesus digoda iblis di sebuah bukit, saat sedang berpuasa selama 40 hari, ditulis di dalam injil Matius.

Menurut penelitian para ahli, lokasi yang disebutkan bibel itu diperkirakan  berada di bukit Jebel Quruntul di Timur Tengah. Tempat ini merupakan gurun yang kering di daerah Judea, atau 350 km dari sebelah barat Jericho.

Yang lebih menarik sebetulnya bukan soal lokasinya. Tetapi peristiwa di baliknya, membuat bukit Jebrel Quruntul menyimpan filosofi yang tetap aktual hingga kini. Ketika menggoda Nabi Isa di bukit yang tinggi, iblis mengiming-imingi Sang Nabi dengan menawarkan memberikan sebuah kerajaan. Letak kerajaan itu ditunjukkan oleh iblis, berada nun jauh di bawah bukit. Tempat di bawah bukit itu, oleh iblis diklaim sebagai kerajaannya. Secara tersirat, eksisnya "kerajaan setan" di bawah bukit merupakan simbolisasi dari godaan duniawi.

Tempat yang tinggi (dilambangkan sebagai bukit) adalah lambang kemuliaan. Sedangkan "kerajaaan setan" (disimbolkan tempat yang lebih rendah di bawah bukit), adalah lambang kehinaan, tempat manusia bisa terperosok.

Lambang kemuliaan tadi saling dihadapkan dengan lambang kehinaan. Pilihan diserahkan kepada manusia. Apakah mudah begitu saja tergiur oleh godaan duniawi? Kesenangan duniawi adalah godaan yang selalu tampak di pelupuk mata. Tampak memberi kenikmatan, sehingga membuat manusia mudah terjerumus. Sedangkan kekayaan rohani biasanya merupakan kekayaan yang tidak begitu menarik bagi manusia. Sebab kekayaan rohani dinilai tidak kasat mata, tak berwujud, tidak bisa dinikmati secara langsung. Dianggap muluk-muluk dan kosong belaka.

Di gurun Jebrel Quruntul, iblis menggoda Nabi Isa. Iblis memperlihatkan lokasi di bawah gurun kepada Nabi Isa. Lihatlah! Iblis menunjuk ke bawah gurun. Iblis mengatakan bahwa itulah kerajaan dunia dengan segala kemegahannya. Dengan menunjukkan lokasi kerajaan dunia di sekitar bukit itu, secara tersirat iblis seakan sedang menawarkan “kerajaan setan” kepada Sang Nabi. Lalu iblis berkata, “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.” jezus05wmJawaban Nabi Isa tegas. Ia mengusir setan itu. “Enyahlah, iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”

Foto: Bebatuan di sekitar bukit Jeber Quruntul (Koleksi: Walentina Waluyanti de Jonge)

Kitab semua agama yang ada di dunia, entah Islam, Kristen, dan agama lainnya, tidak hanya melulu menyiarkan ajaran kerohanian. Tetapi juga menyimpan jejak historis peradaban manusia.

Ketika manusia mengenal peradaban, ia dapat menjadi beradab. Tetapi nafsunya sebagai manusia dapat juga membuatnya menjadi biadab, tak beradab. Jebrel Quruntul seakan menjadi monumen sebagai simbol peperangan antara sifat-sifat baik dan sifat-sifat jahat. Peperangan antara penegakan adab dan peniadaan adab.

Jebel Quruntul seolah menjadi monumen peringatan bagi manusia. Mengajak manusia merenung dan waspada terhadap “kerajaan setan” yang kerap menggoda melalui kesenangan duniawi yang menyilaukan. Godaan kenikmatan duniawi sesaat, ataupun godaan iblis dalam berbagai topeng, dapat menjerumuskan manusia ke lembah “kerajaan setan” di kaki bukit Jebrel Quruntul. Terjerumus ke Jebrel Quruntul di sini tentu bermakna simbolis, yang artinya terjerumus ke dalam kehinaan. Dan godaan ini akan selalu dihadapi manusia mana pun, sepanjang segala abad.*** (Penulis @ Copyright: Walentina Waluyanti de Jonge  - historical book writer, anggota kelompok diskusi kajian sejarah di Leiden). 

fr wwWalentina Waluyanti de Jonge

About Me

{backbutton}

 

Add comment