Bertemu Mantan Presiden Habibie di KBRI Den Haag

*) Silaturahmi dengan mantan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie dan nonton bareng "Habibie & Ainun"

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Pak Habibie berharap usianya bisa mencapai 80 tahun. Karena itu kalau ditanya, ia menjawab usianya 80 kurang tiga. Namun tambahnya, tentu ia hanya berharap, Allah yang menentukan. Untuk pria yang menuju usia 80, Habibie tampak fit. Segar bugar. Mungkin karena ditunjang hobi-nya, berenang dengan rutin. Tak tampak kerut-merut berarti di wajahnya sebagaimana layaknya orang seusianya.

Saya menghadiri undangan KBRI di sore itu, Rabu 17 April 2013 pukul 18.00. Tidak biasanya, udara musim semi di Belanda ini cerah. Cukup hangat, dengan temperatur 22* celcius.

Di pintu masuk kedutaan, saya menyerahkan undangan sebagai tanda bukti masuk. Ini adalah acara silaturahmi antara Pak Habibie dengan wakil-wakil masyarakat Indonesia di Belanda. Mantan presiden ke-3 Indonesia, B.J. Habibie, masuk ke ruang nusantara di KBRI Den Haag. Penampilan, wajah dan gestur tubuhnya yang ekspresif mengesankan pribadinya yang hangat, cekatan, dan optimistis. Ia tampak ramah, siap untuk temu wicara dengan hadirin.

pakhabibie6a

 Rudi Habibie dan Hasri Ainun saat bertunangan  (Foto atas: Twitter HabibieAinun - foto bawah: Kaskus)

pakhabibie5aKami semua baru saja usai menyaksikan pemutaran film "Habibie & Ainun", yang disutradarai Faozan Rizal. Saya salut pada Reza Rahadian, pemeran Habibie yang bisa menghidupkan Habibie di film ini. Menirukan aksen, mimik, dan gerak tubuh Habibie yang sangat khas, bukanlah hal yang mudah. Anda tahu bagaimana gaya Habibie berbicara. Ekspresi matanya, dengan kening terangkat, gayanya berjalan, berhasil dijiwai dengan brilyan oleh Reza Rahadian. Sulit untuk menilai dan membandingkan bagaimana akurasi Bunga Citra Lestari memerankan Ibu Ainun. Ini mengingat Ibu Ainun adalah pribadi introvert yang selama ini tidak banyak terekspos. Dalam sebuah wawancara di TV, Habibie pernah mengatakan mungkin ada hikmahnya bahwa Ibu Ainun yang terlebih dahulu berpulang. Kalau tidak, mungkin karya buku dan film Habibie tidak pernah ada, mengingat karakter Ainun yang tertutup. Sangat berbeda dengan dirinya yang ekstrovert. "Mungkin juga karena dua karakter yang berbeda itu, kami cocok satu sama lain", kata Habibie.

Acara yang dibuka oleh Bonifatius Agung Herindra, Kepala Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Den Haag ini, sangat mengesankan. Akhirnya rasa penasaran saya akan film ini terjawab. Oh, ini film yang pernah membuat SBY menitikkan air mata.

Film ini tidak sekedar kisah romantis Habibie dan Ainun. Lebih dari itu, film ini juga edukatif, informatif, historis. Karena bagaimanapun bagian penting dari perjalanan bangsa melalui sepak terjang putra terbaiknya, terekam di film ini.

“Yang hadir di sini belum semua masyarakat Indonesia di Belanda. Karena keterbatasan tempat, undangan sengaja kami batasi”, kata Retno L.P. Marsudi, Duta Besar RI di Belanda. Ibu Dubes tampil manis elegant, bercelana panjang hitam dipadu dengan dengan jas panjang warna gelap diaksentuasi motif berwarna.

pakhabibie1

Foto: Ibu Dubes Retno L.P. Marsudi & mantan Presiden B.J. Habibie (Foto: Walentina Waluyanti)

Ibu Dubes juga menjanjikan akan membagikan beberapa DVD film "Habibie & Ainun" kepada beberapa kelompok dan organisasi pelajar Indonesia di Belanda. Sehingga film ini bisa ikut disaksikan oleh masyarakat Indonesia lainnya di Belanda. Setelah Ibu Dubes selesai dengan sambutan singkatnya, Pak Habibie pun memulai temu wicara ini.

“Panggil saja saya eyang”, Pak Habibie memulai sambutannya. Ia menceritakan latar belakang ditulisnya buku kisah hidup Ainun Habibie, hingga difilmkan. Habibie merasa bahwa ia memang dilahirkan untuk Ainun. Dan Ainun dilahirkan untuk Habibie. Karena itu ketika Ainun meninggalkannya untuk selama-lamanya, Habibie merasa sulit menerima kenyataan.

“Saya tak kuat dan mungkin saya pucat”, katanya saat melihat Ainun dimasukkan ke liang lahat. Bahkan beberapa hari setelah kembali ke rumah tanpa Ainun, ia masih terus mencari Ainun. Suatu hari tanpa sandal ia berjalan keluar ke halaman rumah. Lalu ia menangis sambil memanggil-manggil Ainun. Keadaan ini tentu menguatirkan keluarganya, lalu membawa Habibie berobat ke psikiater. Dari konsultasi, Habibie disarankan untuk melalukan sesuatu agar ia tidak masuk ke “black hole” yaitu ikut ke dunia mendiang Ainun dan tidak lagi hidup di alam nyata. Atas saran psikiater, mulailah Habibie menulis kisah hidupnya bersama Ainun.

pakhabibie8a

 Habibie didampingi kedua putranya, tampak limbung saat pemakaman Ainun (Foto: Detik.com)

Dengan menumpahkan seluruh perasaannya, Habibie menjadi lebih baik. Tidak hanya itu.  Bukunya itu juga menginspirasi orang banyak, sehingga memang sangat berharga untuk difilmkan.

Habibie juga menceritakan bahwa saat ini ia sedang menyelesaikan buku berikutnya. Antara lain ia menulis tentang cinta kasih, jodoh manusia, disertai pemikiran dan falsafahnya dalam memaknai hidup. Di antaranya ia berpendapat jika dua manusia yang berjodoh itu bisa saling bersinergi secara positif, maka perjodohan itu akan langgeng. Dan jika bersinergi secara negatif, maka pasangan bisa bercerai. Walau buku yang sedang ditulisnya itu membahas masalah-masalah emosi manusia, namun tetap diimbangi dengan logika, akal, bahkan menggunakan pendekatan yang bersifat rasional eksakta.

Kata Habibie, bukunya itu sudah tersusun sekitar 3000 halaman, namun ia ingin agar buku itu nantinya dijadikan 400 halaman saja. Kata Habibie, Wardiman (mantan menteri pendidikan) teman sekelasnya semasa di Aachen dulu, sudah membaca bukunya yang belum selesai itu. Habibie mengutip komentar Wardiman tentang buku yang sementara disusunnya. “Wardiman bilang, dari segi gramatika tulisan saya dapat nilai merah. Tapi isinya sangat bagus, kata Wardiman. Enak dibaca, karena ditulis sepenuhnya dari hati."

Sesekali Habibie melontarkan humor yang membuat hadirin tertawa. Katanya, selama menjadi menteri ia tidak pernah ingin membuat pesawat tempur, kecuali pesawat komersil. Alasannya, selain masalah prinsip dan misi, juga masalah high cost. Kata Habibie, "Buat apa bikin pesawat tempur, kalau kalah melulu. Sudah high cost, sekali tembak pesawatnya jatuh!" Gerrrr... semua tertawa. KBRI Den Haag di malam itu terasa segar dengan beberapa jokes dari Habibie.

ambassade-idwmGedung KBRI di Den Haag (Foto: Walentina Waluyanti)

Rudi, begitu Pak Habibie biasa dipanggil, kenal dengan Ainun saat usianya masih 13 tahun. Dan Ainun 12 tahun. Karena Habibie dan Ainun sama-sama jago dalam matematika, maka guru matematika bercanda menjodohkan mereka. Ini membuat teman-teman sekolah semakin sering meledek dan menjodohkan Rudi dan Ainun. “Kalau cuma sekali dua kali diledek, tidak apa-apa. Tapi kalau keseringan, ini sudah tidak lucu. Saya jadi kesal juga. Apalagi waktu itu saya tidak ada perasaan apa-apa terhadap Ainun. Karena kesal, saya mendatangi Ainun. Lalu saya bilang padanya. Kamu jelek! Hitam! Kayak gula Jawa!” Habibie melanjutkan, "Maklum, waktu itu saya masih kekanak-kanakan. Walau saya katai begitu, tapi Ainun tetap tenang. Tidak membalas apa-apa. Juga tidak marah. Mungkin karena sifat anak perempuan biasanya lebih cepat matang daripada anak laki-laki."

Bertahun-tahun kemudian setelah insiden di atas, Habibie bertemu kembali dengan Ainun di Bandung. Habibie yang saat itu kuliah di Aachen Jerman, sedang berlibur ke rumah ibunya di Bandung. Suatu ketika ia dan adiknya, Fani  (alm. Junus Effendi Habibie, mantan Dubes RI di Belanda), disuruh ibunya mengantar sesuatu ke ibunda Ainun. Sejak lama ada jalinan persahabatan yang karib antara ibunda Ainun dan ibunda Habibie. Karena masih ingat dulu pernah meledek Ainun sebagai ‘jelek, hitam, kayak gula Jawa’, Rudi merasa tak enak jika ikut masuk. Ia cuma ingin menunggu  di luar. Tapi karena kelamaan menunggu, akhirnya Rudi ikut masuk juga. Saat itu Rudi melihat Ainun sedang menjahit.

habibie1-wm

Saya menyodorkan foto ini ke Pak Habibie, lalu beliau menandatangani dengan tinta biru (Foto: walentina.waluyanti.com)

pakhabibie3a

 Pernikahan Rudi dan Ainun, 16 Mei 1962 (Foto: Kaskus)

Rudi terkejut dengan pemandangan di depannya. Tak disangka Ainun sudah bertumbuh menjadi gadis jelita. Habibie mengatakan, saat itu tiba-tiba muncul perasaan yang sulit dijelaskan. “Terpaku dan terpukau”, Habibie mengatakan ini kata-kata yang tepat menggambarkan perasaannya. Lalu katanya pada gadis yang membuatnya terpana itu, “Ainun! Kamu cantik! Gula Jawa telah berubah jadi gula pasir!”.

Rudi Habibie, pria kelahiran Pare-pare Sulawesi Selatan ini, memiliki nyaris segalanya. Sukses, ketenaran, harta, intelektualitas mengagumkan. Dan Habibie telah mematahkan pendapat umum yang berkata bahwa pria yang punya segalanya, tidak akan mungkin bisa bertahan dengan hanya satu wanita. Justru dengan menjunjung kesetiaan pada pasangan hidupnya, sesungguhnya Habibie layak disebut pemimpin sekaligus pria sejati. Kesetiaan Habibie pada pasangan adalah tulus, bukan karena dipaksa oleh aturan formal jabatan. Bagaimanapun, kualitas kesetiaan pada keluarga adalah cerminan kredibiltas seorang pemimpin. Dan inilah nilai luhur yang sesungguhnya patut diteladani dari Habibie.

pakhabibie4a

Foto: Ibu Ainun dan Pak Habibie dengan kedua cucu (Foto: viva.co.id)

Ketulusan komitmen B.J. Habibie atas nilai-nilai kesetiaan yang nyaris terkikis di jaman ini, patut dikenang dan dihormati. Nilai-nilai tadi bukan sekedar cerita buku dan film, tapi memang itu sungguh ia lakukan. Satunya kata dan perbuatan... bukankah ini hal esensial untuk menilai integritas seorang pemimpin?

Bangsa Indonesia tidak bisa mengingkari jasa Habibie sebagai pionir teknologi untuk Indonesia, dan upayanya dalam penegakan demokrasi. Bukan hanya itu. Rasanya B.J. Habibie juga layak menjadi icon dalam hal menanamkan nilai kesetiaan dan cinta kasih dalam keluarga. 

Komentar hadirin umumnyapakhabibie2 seragam. Pak Habibie adalah pemimpin yang menginspirasi. Terlebih di tengah maraknya isu beberapa pejabat yang diam-diam nikah siri. Ketulusan pada nilai kesetiaan yang ditularkan oleh B.J. Habibie terasa mengharukan. Ada bisik-bisik di antara hadirin, “Wah, Pak Habibie layak nyapres lagi nih.”

Acara ditutup dengan foto bersama. Tak lupa, hadirin juga minta tanda tangan Pak Habibie. Saya juga tak ketinggalan menyodorkan foto untuk ditandatangani Pak Habibie, yang saya pajang di artikel ini. Terima kasih kepada KBRI Den Haag atas diselenggarakannya event yang berharga ini. 

Foto: Walentina di sebelah kiri Habibie

fr-wwWalentina Waluyanti

Author of book  Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen: Sukarno Undercover

About Me

{backbutton}

Add comment