Berkunjung ke Persembunyian Anne Frank

Penulis: Copyright@Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland

Anne Frank, kakak perempuannya, serta ayah ibunya pernah bermukim di Amsterdam. Anne yang lahir di Frankfurt am Main pada 12 Juni 1929, pindah dengan keluarganya ke Amsterdam pada tahun 1933. Sebetulnya keluarga Frank tadinya adalah penduduk Frankfurt am Main di Jerman. Namun sebagai keturunan Yahudi, mereka tak lagi merasa aman berdiam di Jerman. Sebab di Jerman ketika itu telah terlihat gelagat bahwa Hitler akan memusnahkan orang Yahudi. Akhirnya keluarga Frank pun lari dari Jerman.

Foto: Anne Frank di rumahnya di Amsterdam.

Otto Frank dan Edith istrinya annefrank01serta kedua putrinya, Anne dan Margot, sempat hidup tenang selama sekitar 9 tahun di Belanda. Namun akhirnya tahun 1942 keluarga ini harus bersembunyi di ruang rahasia di rumah mereka.  Ruang rahasia dengan beberapa sekat kamar di dalamnya ini dikenal dengan sebutan "Het Achterhuis".

Rumah Anne Frank di Amsterdam ini tadinya berfungsi juga sebagai kantor perusahaan Otto Frank.  Otto membangun bisnisnya di Amsterdam dengan cukup sukses. Namun ketentraman keluarga Frank di Belanda buyar,  ketika Hitler juga ternyata menginvasi Belanda. Orang-orang Yahudi di Belanda pun tak luput dari perburuan tentara NAZI. Otto Frank lalu membuat ruang rahasia di rumah sekaligus kantornya itu, yaitu tempat persembunyian yang letaknya di balik sebuah lemari buku.

Keluarga Frank dan 8 orang lainnya bersembunyi selama 2 tahun (6 Juli 1942 - 4 Agustus 1944) di rumah yang disebut Het Achterhuis itu.

 Sayangnya persembunyian keluarga Frank dan ke-8 orang lainnya itu dibocorkan oleh seseorang yang melaporkan ke tentara NAZI. Tak ayal, semua yang bersembunyi di Het Achterhuis itu pun diangkut ke kamp konsentrasi. Penangkapan keluarga Frank dan ke-8 orang ini terjadi setahun sebelum   pasukan Amerika datang membebaskan para orang Yahudi dari kamp konsentrasi. Anne Frank, kakaknya Margot dan ibundanya akhirnya meninggal akibat kelaparan dan typhus di kamp konsentrasi Bergen Belsen, Jerman.

Saya sudah pernah mengunjungi kuburan Anne Frank dan kakaknya di Jerman, di kamp konsentrasi Bergen Belsen (klik: Mengunjungi Makam Anne Frank/Foto-foto Mencekam). Karenanya belum lengkap rasanya kalau belum melihat rumah Anne Frank, yang jaraknya hanya 20 menit berkendara mobil dari rumah saya. Karena merasa jaraknya dekat, saya terus menunda-nunda rencana berkunjung.

Sekembali dari liburan di Indonesia, sayang rasanya jika cuaca musim panas di Belanda yang hampir berakhir ini tidak dimanfaatkan. Maklum, cuaca hangat di Belanda jarang bisa dinikmati. Dengan temperatur 20* C minggu kedua bulan September 2015 ini, saya sempatkan jalan-jalan. Akhirnya kesampaian juga berkunjung ke rumah Anne Frank.

het achterhuis2

Foto: Tahun 1960-an, rumah (biru) yang pernah didiami dan pernah menjadi tempat persembunyian keluarga Anne Frank di Amsterdam.

annefrank03wm

Foto: Suasana di sekitar rumah Anne Frank (10/9-2015), dipenuhi antrian panjang pengunjung. (PHOTO J. de Jonge)

Untuk dapat masuk ke rumah Anne Frank, pengunjung membayar karcis masuk seharga 9,50 euro per orang. Ternyata antrian turis yang berkunjung panjaaaaang sekali. Rasanya hampir satu jam saya berdiri di antrian untuk dapat masuk ke rumah Anne Frank. Di luar dugaan, rumah Anne Frank dari luar tampak sudah menjadi modern. Dilapisi dinding kaca. Tidak tampak lagi bangunan asli seperti saat masih didiami keluarga Frank.

Sampai di dalam rumah, saya mengharapkan dapat melihat keadaan rumah seperti saat masih ditinggali. Mungkin ada kursi, meja, lemari, tempat tidur, dan perabotan lain, paling tidak replikanya. Setidaknya mungkin ada replika meja tulis, ketika Anne Frank menulis kisahnya selama berada di persembunyian. Tetapi ternyata keadaan rumah yang katanya museum itu, kondisinya kosong melompong.

Ketika saya ke Jerman pada event Frankfurt Book Fair 2015, saya sempat memotret denah rumah Anne Frank di stand yang memamerkan aneka buku Anne Frank (foto di bawah).annefrank09wm Foto: Replika denah rumah Anne Frank, saya potret di Frankfurt Book Fair 2015 - 17/10-2015. (Photo by Walentina Waluyanti)

Saya hanya melihat turis berbaris antri di seluruh sudut ruangan dan menengok kiri-kanan, entah apa yang mau ditengok. Soalnya kiri kanan hanya tempok kosong melompong, di atas hanya plafon, dan di bawah hanya lantai.

Kadang-kadang di beberapa tembok, ada kalimat-kalimat tentang kisah Anne Frank, tetapi ini bisa kita baca di banyak buku. Ada juga satu ruangan tempat kita bisa mendengar kisah  Anne Frank, dan melihat film singkat. Semuanya ini bukan hal yang baru dan sudah banyak kita saksikan di televisi. Oh, mengapa saya datang ke tempat ini, kalau tidak ada hal yang baru yang bisa saya lihat?

Di rumah/museum Anne Frank ini, pengunjung sama sekali tidak boleh membuat foto di sudut mana pun. Apa gunanya ke museum kalau tidak bisa mendokumentasikan apa yang telah dilihat? Sudah rumahnya kosong, tidak boleh bikin foto lagi. Tapi sebelum benar-benar meninggalkan pintu keluar dari rumah Anne Frank, toh saya menyempatkan membuat foto tangga menuju pintu luar. Saya pikir, paling tidak adalah yang sedikit bisa terdokumentasi.

annefrank04wmFoto: Salah satu sudut menjelang pintu keluar dari rumah Anne Frank.  (Photo by Walentina Waluyanti)

boekenkast

Foto: Di balik lemari buku ini ada pintu kecil menuju ruang persembunyian keluarga Frank. 

Satu-satunya perabot asli yang bisa dilihat di ruang ini adalah lemari buku (foto di atas), yang dikamuflase, berfungsi sdebagai pintu menuju ruang rahasia. Di balik “pintu lemari buku” inilah keluarga Anne Frank dan 8 orang lain bersembunyi.

Meskipun bete karena pengunjung dilarang bikin foto di semua ruangan, namun saya cukup terhibur bisa melihat keunikan ruang rahasia yang menjadi tempat persembunyian. Tadinya saya membayangkan bahwa ruang rahasia tempat bersembunyi di balik lemari buku, adalah satu ruang sempit. Ternyata ruang rahasia itu meskipun tidak luas, namun punya beberapa sekat-sekat kamar, yang dilengkapi dengan dapur dan WC yang cukup luas dengan wastafel,  tapi tanpa kamar mandi.

Saya juga sempat melihat balkon kecil tempat Anne Frank bisa menghirup udara segar. Dari balkon itu terlihat gereja tua, Westerkerk, lokasi pernikahan Ratu Beatrix dan Pangeran Klaus (orangtua Raja Willem, Raja Belanda sekarang).

annefrank05wmFoto: Puncak Gereja Westerkerk ini kelihatan dari balkon rumah Anne Frank.  (Photo by Walentina Waluyanti)

annefrank06wmFoto: Berpose di altar Gereja Westerkerk tempat Ratu Beatrix dan Pangeran Klaus berlutut mengucapkan janji pernikahan.  (Photo by Walentina Waluyanti)

Setelah melihat semua sudut rumah Anne Frank, akhirnya pengunjung tiba di lantai bawah. Di lantai bawah ini ada restoran dan toko buku yang menjual berbagai buku dan pernak-pernik tentang Anne Frank. Juga ada buku harian yang meniru disain orisinal dari buku harian Anne Frank. Setelah keluar dari rumah Anne Frank di Amsterdam ini, saya melihat-lihat pemandangan sekitar. Rumah Anne Frank ini terletak di depan kanal. Di kanal ini berlalu-lalang boat kecil yang membawa para turis. Seperti biasa, kota Amsterdam memang tak pernah sepi disemuti para turis dari berbagai negara dan turis lokal seperti saya. 

annefrank07wm

Foto: Toko buku di rumah/museum Anne Frank.  (Photo by Walentina Waluyanti)

annefrank08wm

Foto: Kanal di depan rumah Anne Frank.  (Photo by Walentina Waluyanti)

walentina01Walentina Waluyanti de Jonge, penulis buku “Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen”

Nederland, 10 September 2015

Artikel terkait, silakan klik:

Wanita Penyelamat Buku Harian Anne Frank

Mengunjungi Makam Anne Frank (Foto-foto Mencekam)

Satu Ayah Lain Ibu, Asa Mula Konflik Palestina-Israel

Jejak Tawanan di Kamp Nazi

Mengerikan! Rumah Jagal Pemusnah Manusia

Apa kebaikan Hitler?

{backbutton}

Add comment