Bajak Laut Pendiri Benteng di Banda Neira

Arikel ini telah dimuat di Kompas.com dan Kompasiana

piethein01a

Foto: Fort Belgica, benteng di Banda Neira, Kepulauan Banda. Sumber: Wikipedia

Bagaimana jika seorang penyamun diberi panggung? Itulah yang terjadi pada Piet Hein. Belanda menganggapnya sebagai pahlawan legendaris. Meski begitu, tetap saja sampai sekarang masih ada perdebatan pro kontra di Belanda tentang Piet Hein. Apakah ia seorang pahlawan atau bajak laut? Perdebatan tentang kepahlawanannya masih ditambah lagi dengan rekam jejaknya di Kepulauan Banda di provinsi Maluku, Indonesia. Ia diduga terlibat dalam pembantaian penduduk di Kepulauan Banda, dalam ekspedisi bersama Jan Pieterszoon Coen, yang ketika itu belum menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Di tengah pro kontra, sampai sekarang sosok Piet Hein tetap dipuja sebagai pahlawan rakyat. Ada lagu rakyat yang dibuat khusus untuk mengenang kepahlawanannya, yang diciptakan sejak abad ke-19. Lagu “Zilvervloot” adalah lagu pujian terhadap Piet Hein. Hampir setiap orang Belanda mengenal lagu rakyat ini, masih terkenal hingga sekarang. Lagu berirama mars ini menyiratkan kebanggaan dan kejayaan.

piethein02a

Foto: Piet Hein – Sumber: Wikipedia

Bajak laut kok jadi pahlawan? Sudah umum disebut di Belanda bahwa aksi Piet Hein sebagai bajak laut adalah sesuatu yang wajar pada masanya. Aksinya yang gagah berani itu justru aksinya sebagai perompak. Perompak adalah penyamun di lautan. Penyamun, jika dilihat dengan ukuran moralitas masa kini adalah kejahatan. Tapi lain ceritanya pada aksi bajak laut Piet Hein.

Pada masa Piet Hein hidup (1577-1629), menjadi penyamun di lautan yang dilakukan atas nama negara adalah sesuatu yang legal pada masa itu. Terlebih harta rampasan yang diraup Piet Hein, diserahkannya kepada negara. Ketika itu Belanda belum berbentuk monarki seperti sekarang, masih disebut Republik Tujuh Belanda Bersatu.

Pada tahun 1628, Belanda sedang terlibat perang untuk pembebasan Belanda, melawan Spanyol. Perang ini sering disebut dengan istilah Perang Delapan Puluh Tahun. Piet Hein berlayar dengan rencana mencegat konvoi kapal Spanyol. Diketahui, konvoi kapal Spanyol itu mengangkut harta karun milik Spanyol yang diangkut dari tanah koloninya di Amerika dan Filipina.

Piet Hein berhasil mencegat 16 kapal Spanyol. Harta karun yang dirampasnya adalah emas, perak, barang-barang niaga yang mahal lainnya seperti indigo dan cochineal. Nilai barang yang dirampasnya terhitung nilainya luar biasa besar. Nilai harta itu begitu besar, sehingga cukup melemahkan Spanyol dalam masa perang. Harta karun itu sangat dibutuhkan Spanyol untuk membiayai perang. Tapi, seketika harta itu lenyap dirampas pasukan Piet Hein. Harta rampasan yang lalu diserahkan oleh Piet Hein kepada negara, senilai 11 juta gulden. “Sekarang setara dengan setengah milyard euro,” kata penulis biografi Piet Hein (2019), Simon Rozendaal.  Dengan barang rampasan itu, antara lain, pembebasan wilayah  's-Hertogenbosch di Belanda  bisa terjadi. Harta rampasan dari Piet Hein itu sangat menentukan perkembangan Belanda kemudian. Belanda bisa kembali tegak akibat kesulitan ekonomi pada masa perang.

Ketika saya menyusuri Delfshaven, tempat kelahiran Piet Hein, wilayah ini tampak dikelilingi sungai. Kapal-kapal terlihat di sepanjang sungai. Di taman kota, tampak berdiri tegak patung Piet Hein, pahlawan pujaan rakyat Belanda.

piethein03a

Letaknya tidak terlalu jauh dari pelabuhan terbesar di Eropa, Pelabuhan Rotterdam. Di pelabuhan di kota Rotterdam ini, masih terlihat jejak saat Belanda masih bercokol di Nusantara. Tampak ada gudang-gudang penyimpanan di pelabuhan yang namanya masih menggunakan nama-nama tempo dulu dari pulau-pulau di Indonesia. Misalnya ada gudang Borneo (Kalimantan), gudang bongkar muat barang-barang dari Kalimatan. Ada gudang Celebes (Sulawesi), gudang Java dan  gudang Sumatera.

Gudang-gudang ini sudah berubah menjadi hotel, dengan tetap mempertahankan disain aslinya. Melihat gudang-gudang tua itu, seakan melihat kilas balik eksploitasi yang dilakukan oleh si penjajah terhadap wilayah yang dijajah. Eksploitasi itu berlangsung selama 350 tahun.

Bagaimana mungkin sebuah negara kecil, bisa memiliki supremasi begitu besar di lautan, mengangkut harta dari wilayah besar di Nusantara selama ratusan tahun? Kejayaan Belanda berabad-abad lalu antara lain karena sumber daya manusianya, yaitu pelaut-pelaut tangguh yang menguasai teknologi pada masanya. Piet Hein adalah salah satu di antara pelaut-pelaut ulung itu.

piethein04a

 piethein05

Sebelum dikenal sebagai hero dalam aksinya merampas harta karun Spanyol, bertahun-tahun sebelumnya Piet Hein mengawali karirnya sebagai pegawai VOC. Pada usia 30 tahun, tahun 1607, Piet Hein yang masih bekerja untuk VOC, berlayar ke Kepulauan Banda di Maluku.

Pada tahun 1611 Piet Hein mendirikan Fort Belgica di Banda Neira. Tadinya lokasi benteng ini adalah lokasi benteng Portugis. Tapi kemudian di lokasi benteng Portugis tersebut,  Belanda membangun kembali benteng yang sekarang dikenal dengan nama Fort Belgica. Benteng ini masih berdiri hingga kini di Banda Neira.  Pernah direstorasi pada tahun 1991 atas perintah Menteri Benny Moerdani, mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan.

piethein06

Fort Belgica di Banda Neira, Kepulauan Banda, Maluku. Sumber: sworld.co.uk

Fort Belgica, benteng VOC di Banda Neira ini didirikan oleh Piet Hein atas perintah Pieter Both, penguasa VOC pertama di Hindia Belanda. Berawal dari VOC, karir Piet Hein berlanjut menjadi kapten kapal. Akhirnya Piet Hein keluar dari VOC dan bekerja di WIC (Perusahaan Hindia Barat Belanda).

Pada abad ke-16 itu, ada praktek-praktek perompak yang memang berkolaborasi dengan pemerintah. Pemerintah sengaja memobilisasi kapal dan pelaut bersenjata dalam perang maritim, sebagai bagian dari sistem pertahanan negara. Di dalam surat kontrak, ada sistem bagi hasil yang sudah diatur antara pemilik kapal, kapten, awak kapal dan sponsor.

Aksi Piet Hein sebagai perompak, berdasarkan surat dari negara sehingga aksi perampasan kapal-kapal musuh yang dilakukannya dianggap legal. Ia menerima surat yang disebut “Letter of Marque” dari pemerintah yang memberinya kewenangan untuk merebut dan  merompak kapal musuh, meskipun itu bukan kapal perang. Ini artinya Piet Hein mendapat izin dari pemerintah Belanda untuk melakukan aksi bajak laut terhadap semua kapal-kapal Spanyol dan Portugis. Dan untuk itu negara mengganjarnya dengan sebutan pahlawan.

Praktek bajak laut yang direstui pemerintah yang terjadi pada abad ke-16 ini, pada masa kini ibarat isu praktek premanisme yang kongkalikong dengan penguasa. Dan isu ini merupakan isu yang tetap aktual hingga kini. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)