Antara Cinta dan Tahta
*) Willem Alexander Dilantik, Maxima dari Argentina Jadi Ratu Belanda
Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda
Huru-hara pelantikan Beatrix tahun 1980, belum terlupakan. Ini membuat saya sempat cemas mendekati kerumunan massa di Amsterdam, hari Selasa 30 April 2013. Namun sayang juga melewati hari bersejarah ini tanpa menyusuri Amsterdam.
Terlebih udara begitu cerah di musim semi ini. Berkisar antara 12* C di pagi hari, dan 16* C di siang hari. Syukurlah, tak seperti pelantikan ibunya yang diwarnai kericuhan dan kekerasan, pelantikan raja Belanda kali ini berlangsung aman dan tertib.
Raja dan Ratu Belanda menuju tempat pelantikan di gereja Nieuwe Kerk (Foto: nrc)
Pelantikan Willem Alexander sebagai raja, tidak saja bersejarah bagi rakyat Belanda. Juga merupakan moment unik dalam sejarah monarki di Eropa. Bukan saja karena hari itu adalah pelantikan raja. Juga karena naik tahtanya Willem Alexander telah mengakhiri era ratu selama 4 generasi. Terakhir kali Belanda diperintah raja, yaitu 123 tahun lalu.
Kerajaan Belanda, cikal bakalnya berasal dari kerajaan Oranye Nassau–Jerman. Secara formal, kerajaan Belanda pertama kali diakui oleh Eropa sebagai kerajaan di tahun 1815, saat bertahtanya Raja Willem I (1772-1843). Berdasarkan pengakuan formal oleh kerajaan-kerajaan di Eropa itu, maka Raja Willem I dianggap sah sebagai raja pertama kerajaan Belanda.
Foto: Raja pertama Belanda, Willem I
Tahta Willem I dilanjutkan oleh Willem II. Kemudian diteruskan oleh Willem III, yang menjadi raja Belanda terakhir sebelum dilantiknya raja baru sekarang ini. Walau Raja Willem III mempunyai 3 anak laki-laki, namun tak satupun dari ke-3 putranya yang menjadi raja. Ini karena semua anak Willem III meninggal, pada saat dirinya masih bertahta.
Di usia 60-an, Willem III mempunyai seorang anak perempuan bernama Wilhelmina, setelah ia menikah lagi dengan Emma yang berusia 20-an. Saat itu Emma masih harus belajar bahasa Belanda, karena berasal dari Jerman. Sebelumnya Raja Willem III telah menceraikan istrinya, yang berasal dari keluarga kerajaan Rusia.
Saat Willem III pergi berlibur bersama Ratu Emma dan putri mereka Wilhelmina, ia dikabari bahwa putra bungsunya dari pernikahan pertama, meninggal karena tyfus dalam usia 32 tahun. Putra bungsu yang meninggal ini tidak pernah menikah dan tidak punya anak. Dengan demikian musnah semua keturunan laki-laki raja, karena sebelumnya, dua anak laki-laki Willem III juga telah meninggal.
Ketika akhirnya Raja Willem III wafat, Wilhelmina masih gadis kecil berusia 10 tahun. Tak mungkin seorang anak kecil menggantikan ayahnya, memimpin kerajaan. Karena masih di bawah umur, untuk sementara kerajaan dipimpin oleh ibunya, yaitu Ratu Emma.
Bertahtanya Ratu Emma menandai era terputusnya garis keturunan pria di kerajaan Belanda. Sejak itu Belanda diperintah berturut-turut oleh 4 ratu. Yaitu Ratu Emma, Ratu Wilhelmina, Ratu Juliana dan Ratu Beatrix. Karena itu dilantiknya Willem Alexander sebagai raja Belanda adalah moment yang sangat bersejarah.
Setelah empat ratu, akhirnya hadir raja baru di Belanda. Dan Maxima Zorreguieta, istrinya yang berbicara bahasa Belanda dengan logat asing karena berasal dari Argentina, otomatis menjadi Ratu Belanda.
TV Belanda sempat menayangkan berita tentang rakyat Argentina yang ikut bangga warganya bisa duduk di tahta kerajaan sebagai ratu Belanda.
Willem Alexander dan Maxima Zorreguieta, detik-detik pelantikan (Foto.nrc)
Keturunan keluarga kerajaan Belanda dalam sejarahnya memang tak asing dengan soal “lintas ras”. Kerajaan Belanda sendiri berakar dari Jerman.
Perkawinan antar ras juga dilakukan Raja Willem III (ayah Ratu Wilhelmina). Ayah Wilhelmina ini menikah dengan bangsawan Rusia, namun kemudian bercerai, dan menikah lagi dengan Emma, bangsawan Jerman. Juga Ratu Juliana dan Ratu Beatrix menikah dengan pria Jerman. Begitu pula Willem Alexander menikah dengan Maxima Zorreguieta yang berasal dari Argentina, setelah keduanya berkenalan di sebuah pesta di Sevilla, Spanyol 1999. Saat itu Maxima masih bekerja di sebuah bank di New York.
Maxima adalah putri seorang menteri di Argentina. Keputusan Willem untuk menikahi Maxima sempat ditentang kabinet dan sebagian publik Belanda. Bukan karena Maxima orang asing. Namun karena ayah Maxima yang menteri, dianggap sebagai bagian dari rezim kejam di Argentina. Dan ini dianggap bertentangan dengan prinsip HAM yang dianut oleh Belanda.
Willem Alexander pernah ditanya wartawan, saat mulai merebak kontroversi hubungannya dengan Maxima. Mana yang lebih ia pilih? Apakah tahta atau Maxima? Tanpa ragu Willem tegas mengatakan ia lebih baik melepaskan tahtanya daripada kehilangan cintanya, yaitu Maxima. Setelah Willem Alexander kukuh lebih memilih Maxima daripada tahta, publik Belanda akhirnya luluh.
Willem, Maxima, Beatrix, ibu tiri Maxima, dan ayah kandung Maxima (foto: spokeo)
Pernikahan Willem dan Maxima di tahun 2001 akhirnya direstui negara. Tapi negara memutuskan, orangtua Maxima tetap tak diundang dalam pernikahan mereka. Begitu juga dalam pelantikan Willem Alexander, orangtua Maxima juga tak diperkenankan hadir.
Namun larangan di atas hanya berlaku untuk acara-acara formal, dan dilakukan hanya sebagai formalitas demi prinsip kenegaraan. Tapi sebetulnya secara pribadi, tetap terjalin hubungan yang baik antara Ratu Beatrix dan orangtua Maxima. Dalam beberapa acara keluarga, orangtua Maxima terlihat akrab dengan Ratu Beatrix dan keluarga kerajaan lainnya.
Ketegasan Willem yang rela melepaskan tahtanya jika publik Belanda tidak setuju ia menikahi Maxima, menggugah simpati. Bukti bahwa Willem Alexander tak ragu berprinsip lebih memilih ketulusan cinta pada calon istrinya ketimbang silaunya tahta, memberi kesan tersendiri pada sosok Willem Alexander.
Hari pelantikan Willem Alexander itu juga adalah hari libur nasional. Di beberapa sudut jalan di sekitar istana tampak layar besar, agar rakyat bisa langsung menyaksikan jalannya upacara.
Kantor, toko-toko tutup. Namun cafe, restoran, penjaja pernak-pernik untuk merayakan pelantikan raja tetap beroperasi. Tampak banyak bertebaran penjaja topi, kaos, kalung, kacamata, dan pernak-pernik lainnya yang semua berwarna oranye, warna simbol kerajaan Belanda.
Sudut jalan di Amsterdam, menjual pernak-pernik perayaan dilantiknya raja baru (Foto: Walentina Waluyanti)
Rakyat berkumpul di depan istana, polisi berjaga-jaga (Foto: Walentina Waluyanti)
Sebelum pelantikan raja dimulai, tampak Amsterdam dipenuhi oleh polisi di setiap sudut. Kira-kira setidaknya setiap jarak 5 meter, saya melihat di semua jalan tak ada tempat tanpa kehadiran polisi.
Sekitar 70 orang ditangkap, karena terindikasi akan mengacau. Belakangan, secara resmi polisi mengeluarkan pernyataan maaf, karena terjadi salah tangkap terhadap dua orang yang tak terbukti bersalah.
Hari itu Amsterdam memang sedang kebanjiran tamu para pemimpin negara Eropa dan pemimpin kerajaan dari seluruh dunia. Antara lain tampak Pangeran Charles dan Camilla, Pangeran Naruhito dan Putri Masako dari Jepang, Kofi Annan dan istri. Penjagaan begitu ketat di sekitar istana Dam di Amsterdam. Polisi pasukan berkuda tampak menginspeksi seluruh sudut kota.
Pasukan berkuda berjaga-jaga di Amsterdam (Foto: Walentina Waluyanti)
Setelah pukul 10.00 pagi, Ratu Beatrix memasuki Mozeszaal di istana Dam, untuk penandatanganan akte abdikasi. Ini adalah akte serah terima jabatan dari Ratu Beatrix ke raja Willem Alexander. Setelah penandatanganan akte tadi, sebetulnya Willem Alexander telah resmi menjadi raja Belanda. Upacara pelantikan yang dimulai sekitar jam 14.00 hanyalah seremoni kerajaan.
Ratu Beatrix berucap singkat sebelum menandatangani akte serah terima jabatan. Kata Beatrix, “Hari ini saya memberi tempat yang baru bagi generasi baru. Saya siap menyerahkan kemahkotaan ini kepada putra saya, Willem Alexander.”
Di bawah ini foto akte abdikasi yang ditandatangani Ratu Beatrix dan Raja Willem Alexander sebagai tanda sah resminya pengalihan kekuasaan dari Beatrix kepada Willem Alexander.
Penandatangan abdikasi di Mozeszaal Vroedschapskamer (Mozeszaal) di istana Dam
Penandatangan abdikasi (Foto: nrc)
Setelah akte serah terima ditandatangani, Raja Willem Alexander, istrinya Ratu Maxima, dan Beatrix menuju ke balkon istana. Pemunculan di balkon bersama ibunya, Beatrix dan istrinya kontan disambut meriah oleh publik di depan istana.
Beatrix bersabda kepada seluruh rakyat, “Beberapa saat yang lalu saya baru saja melepaskan tahta. Saya berbahagia dan bersyukur karena berkenan memperkenalkan raja baru Anda, Willem Alexander.”
Lalu Beatrix agak berbisik terdengar berkata pada putra dan menantunya, “Mungkin kita bisa melambaikan tangan.” Riuh rendah publik terdengar membahana menyambut lambaian raja, ibu dan istrinya.
Kepada rakyat, di balkon istana Beatrix memperkenalkan raja baru, Willem Alexander (Foto: nrc)
Raja Willem Alexander berpidato singkat, “Ibu tercinta, hari ini ibu sudah meninggalkan tahta setelah melewati 33 tahun penuh gejolak. Untuk itu dengan tulus kami berterima kasih. Saya dan semua anggota keluarga kerajaan mengucapkan terima kasih untuk support dan kepercayaan yang diberikan. Terima kasih.”
Beatrix tampak tersenyum haru, berkaca-kaca dan melambai kepada rakyat yang tak henti-hentinya mengele-elukan raja dan mantan ratu-nya.
Di tengah-tengah hirup-pikuk itu korps musik kerajaan memperdengarkan lagu kebangsaan Wilhelmus. Raja, ratu, Beatrix, dan seluruh rakyat ikut bernyanyi. Sesudah lagu kebangsaan diperdengarkan, Beatrix meninggalkan balkon. Raja dan Ratu Maxima tetap di balkon, melambaikan tangan, kemudian muncul ketiga putri cilik raja dan ratu.
Putri Amalia, Alexia, dan Ariane tampak manis mengenakan gaun kuning lembut dan bando seragam. Mereka melambaikan tangan kepada rakyat, yang disambut riuh rendah oleh rakyat. Tiupan terompet, tepukan tangan, sorak-sorai, terdengar dalam durasi cukup lama, bersahut-sahutan. Suasana di depan istana begitu gemuruh, gegap gempita.
Raja Willem, Ratu Maxima, dan ke-3 putrinya di balkon istana Dam saat hari pelantikan (Foto: opb)
Upacara resmi pelantikan raja baru berlangsung di siang hari sesudah makan siang. Pukul 13.50 tampak Beatrix dan anggota keluarga kerajaan berjalan dari istana menuju gereja Nieuwe Kerk di sebelah istana. Sebelumnya semua tamu kerajaan sudah terlebih dahulu hadir di gereja. Jarak dari istana ke gereja hanya sekitar 50 meter. Pukul 14.00 muncul Willem Alexander dan Maxima juga berjalan menuju gereja.
Upacara ini terkesan agung. Tampak Willem, Maxima, dan putri-putrinya mengenakan pakaian yang lebih formal daripada waktu di balkon. Raja tampak berwibawa, mengenakan mantel kerajaaan berwarna merah bordeaux. Ratu Maxima dengan mantel biru panjang, digandeng oleh raja, melangkah dengan pelan dan anggun menuju gereja. Mahkota berlian dengan permata biru menambah pesona aura sang ratu. Ratu Maxima terlihat anggun, lebih langsing dari biasanya, tak henti menebar senyum. Ketiga putrinya juga mengenakan gaun yang senada dengan warna gaun ibunya. Ketiga putri yang manis dan lucu-lucu itu Amalia, Alexia, Ariane terlihat kalem dan tertib.
Saat duduk di gereja pada upacara pelantikan, Putri Amalia (9 tahun) menjadi perhatian utama. Maklumlah, ia kelak akan memegang tahta berikutnya sebagai Ratu Belanda. Tapi namanya anak-anak, tetap saja anak-anak. Publik sempat tertawa ketika kamera menangkap si cilik sang calon ratu yang mengantuk, menguap tanpa menutup mulut, di saat ayahnya menyampaikan pidato pelantikan.
Putri Amalia mengantuk saat pidato pelantikan ayahnya (Foto: tumblr)
Beatrix diapit oleh anak-anak Raja Willem Alexander
Usai pelantikan, Raja dan Ratu Belanda berfoto bersama para pemimpin kerajaan, tampak Prince Charles & Camilla, dan Pangeran Naruhito & Putri Masako (Foto: nrc)
Pelantikan itu dilaksanakan di gereja Nieuwe Kerk di sebelah istana Dam. Seusai pelantikan, semua tamu meninggalkan gereja, berjalan menyeberang menuju istana. Polisi dan pengawal istana berdiri di depan istana berjaga-jaga. Orang-orang yang berdemonstrasi menentang monarki, tidak diberi kesempatan demonstrasi di depan istana. Ini mengingat pengalaman ketika pelantikan Beatrix tahun 1980, ada kericuhan dan kekerasan tak terkendali yang dilakukan massa demonstran. Saat itu banyak korban luka-luka dan menimbulkan banyak kerusakan.
Belajar dari pengalaman chaos saat pelantikan Beatrix, kali ini pengamanan betul-betul ekstra ketat. Bagi yang ingin demonstrasi, hanya dibolehkan di beberapa tempat di Amsterdam, namun tidak di sekitar istana.
Di foto di bawah ini, seusai pelantikan di gereja, tampak para tamu memasuki istana, mengikuti acara selanjutnya. Gereja Nieuwe Kerk tempat pelantikan itu hanya berjarak sekitar 50 meter dari istana. Para tamu yang beriringan berjalan dari gereja ke istana, menjadi tontonan tersendiri yang menarik perhatian publik. Setiap ada wajah terkenal yang lewat, publik bersuit-suit. Bersorak riuh rendah. Lalu memanggil-manggil nama yang bersangkutan. Bahkan para pengawal istana sendiri yang seharusnya berdiri tegak, tak tahan untuk tidak menengok ke arah tokoh dunia yang disoraki massa. Tampak juga korps musik yang tak henti mengalunkan lagu mars.
Dari gereja, para tamu memasuki istana Dam di Amsterdam. Tampak balkon berhias kembang di atas tenda, tempat raja/ratu menampakkan diri ke rakyat di moment penting kerajaan (Foto: Walentina Waluyanti)
Setelah pelantikan, di masa lampau ada tradisi parade raja/ratu di tengah rakyat dengan kereta kuda. Lalu di abad modern, ada parade dengan mobil. Tapi di tengah maraknya terorisme saat ini, hal ini tak mungkin lagi dilakukan. Sebagai ganti parade dengan kereta kuda dan mobil, Raja Willem, Maxima, putri-putri dan seluruh keluarga kerajaan berparade dengan kapal kecil, melewati perairan Aan Het Ij di Amsterdam.
Keluarga kerajaan Belanda berparade dengan kapal, diiringi pertunjukan musik dan tari (Foto: nrc)
Parade raja dan ratu melewati sungai diiringi dengan beberapa pertunjukan tari dan balet di atas air. Parade ini sekaligus juga mengantar raja, ratu, dan putri-putrinya menuju gedung musik Aan Het Ij yang arsitekturnya didisain terapung di atas air.
Seusai rangkaian acara pelantikan Willem Alexander, saya melewati jalan-jalan yang dipenuhi sampah yang ditinggalkan pengunjung. Sampah tampak bertebaran di semua jalan-jalan di Amsterdam. Diperkirakan Amsterdam baru saja dipadati lebih dari 700.000 pengunjung. Tengah malam sesudah pesta, ratusan petugas kebersihan kota dikerahkan untuk memulihkan Amsterdam kembali bersih seperti semula. Pekerjaan itu sehari penuh pun belum juga usai, saking begitu banyaknya sampah itu.
Seusai pelantikan, Amsterdam dikotori sampah di semua sudut (Foto: Walentina Waluyanti)
Acara pelantikan raja berakhir. Semua pengunjung meninggalkan lapangan di depan istana. Saya melihat cafe-cafe dipenuhi anak-anak muda. Musik disetel kencang dengan irama dentuman keras. Pengunjung berjoget riang di jalan-jalan di depan cafe, seakan ikut merayakan datangnya raja baru. *** (Penulis: Walentina Waluyanti)
Walentina Waluyanti About Me
Penulis buku "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen"
Nederland, 30 April 2012
{backbutton}