avatarBlogger, Writer, Editor, Presenter, Trainer. Gadget+Socmed enthusiasts. Mengajak untuk menulis, menulis dengan ajakan. Penjelajah kota-kota dunia: Tokyo, Hong Kong, Kuala Lumpur, Langkawi, Washington DC, Alexandria, New York City, Milwaukee, Salt Lake City, San Francisco. Follow @iskandarjet or learn more about him on about.me/iskandarjet

Dimuat di Kompasiana

Jumatan di Amerika (Washington DC)

Penulis: Iskandar Zulkarnaen

Jumatan1

Jamaah meninggalkan masjid The Islamic Center Washington DC usai shalat Jumat. (iskandarjet)

Selama berkeliling dari ujung timur ke ujung barat Amerika Serikat usai lebaran tahun lalu, saya bertemu tiga hari Jumat, yang artinya berkesempatan menunaikan shalat Jumat bersama warga setempat. Ada tiga masjid di tiga kota yang saya kunjungi, yaitu masjid The Islamic Center di Washington DC, Masjid Khadeeja di Salt Lake City dan Masjid Darussalam di San Francisco.

Suasana jumatan di Amerika lebih berasa seperti di Timur-Tengah. Masyarakat muslim Amerika keturunan Arab mendominasi setiap shaf, berhimpitan dengan muslim keturunan Afrika dan negara-negara lainnya. Wajah Asia tidak banyak terlihat di dalam masjid.

Di tiga masjid ini, khotibnya adalah imam berkebangsaan Arab. Entah kebetulan atau memang seperti itu realita yang terjadi di masjid-masjid di seantero Amerika. Karena khotibnya orang Arab dan jamaahnya banyak berkebangsaan Arab, wajar khutbah Jumatnya di sampaikan dalam dua bahasa, Arab dan Inggris.

Khotib-khotib di Amerika lebih banyak memberikan motivasi hidup dan bagaimana hidup sebagai seorang muslim, alih-alih memberikan dokrin agama. Sebagai pendatang, saya menikmati khutbah-khutbah itu karena setiap kata yang diucapkan terasa dekat dengan keseharian. Padahal khutbahnya lama-dalam arti benar-benar lama.

The Islamic Center

Setiap masjid meninggalkan kesan yang berbeda. Dari ketiganya, yang paling megah tentu masjid Islamic Center Washington DC. Di sinilah presiden Bush Junior menyampaikan sambutan pascaserangan teroris yang meluluhlantakkan menara kembar WTC di New York. Masjid itu dipilih karena lokasinya yang berada di pusat pemerintahan.

Wajar Pusat Islam di Pusat Pemerintahan Amerika Serikat ini berdiri megah. Masjid itu berdiri berkat kolaborasi komunitas muslim dan kedutaan besar negara-negara Islam yang bersama-sama membangun masjid pada tahun 1949, hingga akhirnya dibuka untuk publik tahun 1957.

Jumatan2

Bagian dalam kubah masjid yang mengagumkan. (iskandarjet)

Kaligrafi indah yang didominasi warna emas di dinding dan langit-langit, demikian website resmi Islamic Center, disumbangkan oleh Mesir yang mendatangkan kaligrafer langsung dari negaranya. Lantainya dihiasi marmer dari Turki yang mendatangkan ahli untuk pemasangannya. Sementara permadani Persia didatangkan langsung dari Iran.

Arsiteknya juga gak tanggung-tanggung: Prof Mario Rossi, arsitek kenamaan asal Italia yang sudah membangun banyak masjid di Mesir. Rossi yang akhir masuk Islam membuat gambar dengan mengadopsi keindahan masjid-masjid kuno di Mesir.

Jumatan3

Interior masjid yang penuh warna. (iskandarjet)

Sebuah kehormatan buat saya bisa sholat di masjid yang berlokasi di 2551 Massachusetts Avenue Northwestsana. Apalagi masjid bersejarah ini menjadi tujuan utama orang Islam maupun non-muslim yang ingin mengenal lebih dekat Islam. Dan presiden Soekarno tercatat sebagai presiden pertama yang singgah dan sholat di masjid ini pada bulan Mei 1956 saat masjid itu masih dalam tahap akhir pembangunan.

Jumatan Tandingan

Jumatan4

Khotib masih menyampaikan khutbah dalam Jumatan di trotoar saat saya beranjak pergi. (iskandarjet)

Ada pemandangan unik yang saya temukan di masjid bersejarah Islamic Center Washington DC. Kebetulan waktu itu rombongan sedang bergegas bertolak ke kota New York untuk mengejar jadwal nonton pertunjukan panggung Spiderman di Broadway. Saat hendak menuju tempat parkir di samping masjid, saya melihat ada jamaah Jumat yang masih menjalankan ibadah di trotoar jalan sebelah selatan masjid. Jarak jamaah dan masjid hanya dipisah jalan setapak menuju parkir mobil.

Begitu berada di dalam mobil, saya bergegas mengambil kamera dan mengabadikan gambar sebisanya. Seorang khotib masih berdiri di depan sekitar 12 jamaah. Pemandu saya waktu itu hanya bilang, itu adalah kelompok muslim yang menggelar Jumatan sendiri di luar masjid.

Sebenarnya, siapakah kelompok muslim yang menggelar Jumatan tandingan itu?

Sebuah website bernama “Islamic Center” memberikan jawaban secara gamblang. Tapi harap dicatat, bahwa website islamiccenterdc.com ini merupakan website tandingan dari website resmi The Islamic Center yang beralamat di theislamiccenter.com.

Keberadaan jamaah sholat di luar masjid itu bermula dari diberhentikannya Imam Muhammad Al-Asi sebagai Imam Islamic Center pada tahun 1983 karena berbeda pendapat dengan Kerajaan Saudi Arabia. Dia dan keluarganya dikeluarkan dari masjid pada suatu pagi, 5 Maret 1983. Al-Asi sendiri terpilih sebagai imam secara demokratis pada tahun 1981.

Setelah itu, konflik terus berlangsung, sampai akhirnya Imam Al-Asi dilarang masuk ke dalam masjid. Sampai hari ini, Al-Asi tetap mendeklarasikan dirinya sebagai imam, meskipun The Islamic Center (IC) sudah mengumumkan bahwa Al-Asi tidak lagi memiliki afiliasi dengan IC.

Jumatan5

http://www.islamiccenterdc.com/whathappened.htm

Kelompok Al-Asi sendiri memiliki penjelasan utuh terkait latar belakang adanya Jumatan bahkan shalat Idul Fitri dan Idul Adha tandingan di luar masjid. Anda bisa membaca versi lengkapnya di sini.

Begitulah sekelumit kisah di balik munculnya jamaah sholat di trotoar masjid Islamic Center. Sebuah pemandangan yang unik, seunik pemandangan demonstrasi permanen dan satu-satunya yang saya temukan di depan gerbang Gedung Putih.

***

{backbutton}

Add comment