Doa
Author: Avy Loftus – Canada
Dalam kesibukan saya baru-baru ini, hati saya tergerak untuk memasuki sebuah tempat ibadah, untuk meringankan beban pikiran dan sekaligus refreshing rohani, begitu pikir saya waktu itu. Tidak diduga pada saat itu, sedang ditayangkan documentary film (true story) tentang penderitaan rakyat asli Canada (yang sering disebut Inuit) yang berdomisili di daerah Nunavut dan Quebec Utara.
Pada awal tayangan film tersebut, saya belum menangkap secara jelas, apa yang sebenarnya terjadi dengan penduduk yang boleh dibilang terhilang dan terbuang dari perhatian pemerintah Canada selama puluhan tahun lamanya. Setelah film ini selesai, saya mengerti secara jelas isi dari film tersebut dan inilah ringkasan ceritanya.
Ada sekitar 70-an suku asli Canada, dan salah satunya adalah Inuit (banyak orang sering menyebut mereka Eskimo). Diceritakan bahwa setiap bulannya, paling sedikit ada dua anak remaja yang bunuh diri dalam masyarakat Inuit. Masyarakat tidak menyadarinya, sampai sekali waktu salah satu anggota keluarga mereka yang menjadi korban, baru mereka tersadar. Tingkat kejahatan pun cukup tinggi di dalam masyarakat ini, mulai dari kekerasan rumah tangga, sampai perkelahian di jalan-jalan umum yang kadang memakan korban jiwa.
Ada beberapa sukarelawan keturunan Inuit, bekerja meneliti masalah ini. Mereka mulai terbebani hatinya. Mereka mempelajari dan berusaha mencari sebab-sebab dari tingginya tingkat bunuh diri dan kejahatan dalam masyarakat tersebut. Ternyata banyak kasus anak-anak korban kekerasan rumah tangga. Ayah sering memukuli ibu mereka saat mabuk, seorang putri diperkosa kakak atau ayahnya saat mereka mabuk dan lupa diri, atau seorang wanita diperkosa orang mabuk di jalan, pelacuran mulai berkembang. Karena tidak adanya sistem penunjang atau orang yang dapat mereka ajak bicara, cepat atau lambat depresi para korban tersebut teramat dalam dan bunuh diri satu-satunya jalan yang akhirnya mereka tempuh. Banyak juga yang lari ke obat-obatan dan menjadi over dosis dan tidak jarang berakibat fatal, nyawa melayang. Perceraian keluarga cukup tinggi dalam masyarakat ini, yang dulunya tidak mengenal kata perceraian.
Walaupun awalnya teramat sulit bagi seorang reverend untuk menyelamatkan jiwa seseorang, ternyata doa memegang peranan amat penting. Dari hasil doa dan usaha (ora et labora) yang tekun, terjadilah suatu komunikasi awal dengan beberapa penduduk Inuit yang tadinya terluka dan sangat tertutup. Ini merupakan hal yang positif, mengarah pada keterbukaan dalam proses kesembuhan jiwa masyarakat tersebut. Kemudian dengan berjalannya waktu, terjadilah satu perhimpunan kecil, sel doa di salah satu gereja tua di sana, yang sudah lama tidak berfungsi. Lambat laun, satu persatu masyarakat Inuit yang merasa terbuang tersebut, menemukan suatu kedamaian, kasih dan harapan di antara mereka. Mereka yang telah menemukan ketenangan di dalamNya, mulai berdoa khusuk untuk keluarga mereka masing-masing dan doa mereka membuahkan hasil.
Ada suatu gerakan Ilahi yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya dan sedang bekerja di dalam masyarakat tersebut. Mereka merasa sedang dilayati roh Sang pencipta alam semesta, mereka merasa tidak layak dan pasrah total. Banyak orang yang tidak bisamemahami bagaimana bisa seorang ayah lepas dari kecanduan minuman keras tahunan dan dia bisa berdamai dengan istri dan keluarganya, seorang adik bisa memaafkan kekhilafan kakaknya, korban perkosaan bisa memaafkan orang yang memperkosanya, dsb. Berdasarkan kepercayaan kuno suku Inuit, mereka mulai membersihkan rumah dan pekarangan rumah mereka dari roh-roh jahat yang selama ini berada dalam masyarakat tersebut.
Mungkin cerita ini tidak bisa dipercaya kebenarannya kalau tidak ada saksinya. RCMP (= Royal Canadian Mounted Police) yang biasanya di-stereotype sebagai polisi yang rasis, tidak peduli dengan apa yang terjadi dalam masyarakat asli Kanada, melihat kenyataan bahwa angka kejahatan yang mulai menurun secara drastis dalam masyarakat tersebut.
Banyak masyarakat yang menyimpan minuman keras, narkoba, buku-buku porno dan kaset-kaset aliran musik keras (yang di dalamnya berisi ajakan untuk bunuh diri, kekerasan dan pemberontakan lainnya), melepas barang-barang tersebut dengan suka rela untuk dimusnahkan. RCMP membantu membakar barang-barang tersebut. Tercatat barang-barang yang dimusnahkan bernilai ratusan ribu dollar.
Setelah masyarakat berdamai dengan diri mereka, keluarga dan masyarakat di sekitarnya, terlihat perubahan alam di sekitar mereka juga. Tanah yang tadinya tandus dan kering, mulai tampak berhijauan dan rimbunan pohon berries mulai terlihat di sana-sini. Ikan-ikan kembali ke sungai-sungai dekat pemukiman masyarakat Inuit tersebut. Karibu yang tidak pernah terlihat lagi, muncul ke permukaan kembali. Bahkan ikan paus yang bertanduk (narwal) yang dianggap telah lama musnah, muncul kembali ke permukaan laut di tempat mereka tinggal. Ekosistem di daerah tersebut yang tadinya mati, menjadi hidup kembali. Seorang kepala suku Inuit mengatakan sepertinya kutuk terangkat dari bumi yang mereka pijak dan berkatNya datang berkelimpahan.
Saya sempat terhenyak menyaksikan film tersebut dan terlintas di kepala saya…sepertinya hal ini yang sedang terjadi di bumi Indonesia. Ketika pemerintah dan masyarakat terlibat dalam suatu jaringan/kegiatan yang negatif (KKN, narkoba, kawin-cerai, pornografi, dsb), energi negatif tersebut mempengaruhi alam dan juga mengikuti langkah putra-putri bangsa Indonesia di mana mereka berpijak (entah mereka ada di Indonesia, Malaysia, Saudi atau tempat-tempat lainnya) seperti ikutan terkutuk dan untuk mengangkat kutuk tersebut tentunya butuh waktu dan doa. Bagi anda yang tidak merasakan imbasnya secara langsung/tidak langsung atas kutuk yang sedang berada di tanah air, percaya/tidak, itu semua semata-mata karena berkat doa anda dan keluarga yang berhasil menghalaukannya.
Satu harapan saya...semoga kita dengan ikhlas, mau berdoa bagi bangsa Indonesia agar terbangun dari mimpi buruk yang berkepanjangan, sehingga kutuk tersebut lewat dan terangkat dengan berjalannya waktu…
[youtube]033GBrdphZY[/youtube]
{backbutton}