Tak Sangka, Nemu Bir Indonesia di Tempat Terpencil Ini
Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge
Bir Indonesia, bir Bintang dan bir Bali Hai terpajang di pegunungan terpencil di Belgia? Seperti biasa, saat liburan kami bercaravan menjelajahi beberapa negara di Eropa. Tak sengaja, saat melintasi pegunungan di Belgia, saya menemukan museum bir ini. Rasa ingin tahu, membuat saya penasaran ingin melihat-lihat isi museum ini. Tak disangka, meskipun museum bir ini terletak di desa kecil dikitari hutan di pegunungan, namun ada juga bir Bintang dari Indonesia di tempat ini.
Foto: Walentina de Jonge di depan museum bir di Tomberg, Belgia.
Museum ini bukanlah gedung megah. Bangunannya kecil saja. Namanya juga museum bir. Di teras museum, terlihat banyak turis duduk-duduk menikmati bir. Mereka umumnya turis dari berbagai negara. Mereka datang dengan dengan bus besar yang khusus mengantar para turis. Terutama banyak turis dari Jerman dan Amerika, selain dari Belanda sendiri. Saya dan suami yang bukan peminum alkohol, tidak tertarik untuk mencicipi. Kami lebih penasaran, kalau museum ini memang museum bir, apakah juga ada bir dari Indonesia?
Suasana di teras museum bir Tomberg, Belgia 2016.
Saya melangkahkan kaki memasuki museum bir. Tampak gelas-gelas bir bergelantungan di plafon dan aneka botol bir di setiap sudut. Di dalam museum juga banyak orang berbincang-bincang sambil minum bir. Museum bir ini terletak di desa kecil di daerah pegunungan di Belgia. Daerah pegunungan ini terasa sejuk, meskipun sedang musim panas.
Minum bir memang sudah merupakan bagian dari tradisi di Eropa. Minum bir bisa menghangatkan tubuh. Mengingat temperatur di Eropa lebih sering dingin daripada hangat, maka banyak orang Eropa suka minum bir untuk menghangatkan tubuh.
Tampak dinding museum bir penuh dengan pajangan bir. Para tamu boleh menikmati bir di dalam museum.
Museum bir ini terletak di desa Tomberg atau Tommee propinsi Vlaams-Brabant, Belgia. Desanya sepi sekali. Begitu memasuki museum, saya melihat di setiap dinding museum terpajang bir dari semua benua dan dari berbagai negara. Bir dari Indonesia yaitu bir Bali Hai dan bir Bintang juga ada. Bir Bintang yang diproduksi oleh Multi Bintang Indonesia, sebetulnya merupakan anak perusahaan Heineken di Belanda. Heineken adalah merk bir terkenal dari Belanda yang telah ada sejak abad 19 (tahun 1873).
Meskipun di dalam Islam ada larangan meminum alkohol, tetapi di museum bir ini saya juga melihat bir produksi negara Islam seperti Iran dan Irak. Tampak foto di bawah, bir dari Indonesia yaitu bir Bintang dan bir Bali Hai berderet bersama bir dari Irak dan Iran. Selain itu, tampak juga bir dari Turki dan Israel. Di bawah ini foto aneka bir dari berbagai negara.
Foto: Bir Bali Hai dan bir Bintang (kiri), bersanding bersama bir dari Iran, Irak dan Israel.
Bir yang dipajang bukan saja bir produksi terakhir, tetapi juga bir abad lalu dengan kemasannya yang unik dan khas tempo dulu. Misalnya untuk menggambarkan bahwa bir bisa menambah tenaga dan energi, tampak salah satu kemasan berilustrasi ala kartun, yaitu orang yang sedang aktif berlari ( foto di bawah). Ada juga bir kuno dari Skotlandia yang bergambar kapal Titanic. Saya baru tahu, ternyata kemasan bir pada abad lalu, penampilan dan jenis botolnya jauh lebih cantik, dibanding botol bir zaman sekarang.
Tak ketinggalan, ada salah satu bir terkenal. Yaitu bir Gulden Draak buatan Belgia yang rasanya oleh American Tasting Institute disebut sebagai bir terbaik di dunia.
Foto: Tampak botol bir yang mengilustrasikan orang berlari... ilustrasi reklame khas tempo dulu.
Foto: Salah satu bir abad 19 dari Skotlandia yang bergambar kapal Titanic.
Foto: Tampak bir Gulden Draak yang dikenal sebagai bir terbaik di dunia.
Foto: Botol bir tempo dulu yang antara lain bergambar bajak laut dan lukisan abad pertemgahan.
Foto: Cantiknya botol bir abad lalu.
Museum ini mengoleksi sekitar 4000 jenis bir yang berasal dari 140 negara. Di museum ini pengunjung dapat mencicipi beberapa jenis bir, tanpa perlu membayar. Meskipun tidak perlu membayar, saya dan suami yang memang tidak suka rasa bir, segera meninggalkan museum, kembali beristirahat di caravan.
Foto: Jan de Jonge mengaso di tenda caravan.
Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland
Baca juga, klik=> Pilih Bir, Mengapa Orang Eropa Ogah Minum Air Putih?
{backbutton}