Pengalamanku Menurunkan Berat Badan

Walentina Waluyanti – Nederland

Catatan penulis: Sebelum mencoba tips di artikel ini, sebaiknya dimulai dengan puasa beberapa hari, kira-kira 3 hari -1 minggu. Puasa lho! Bukan diet ketat. Puasa di sini maksudnya makan berat satu kali sehari saja, selebihnya menyantap makanan (sehat) ringan secukupnya dan minum seperti biasa. Setelah puasa "makan berat" sehari sekali setidaknya selama 3 hari, selanjutnya makan seperti biasa 3 kali sehari dengan porsi secukupnya, terutama sebelum memulai aktivitas olahraga. 

Tipis krempeng bak tripleks. Ibaratnya, sekali kena angin, bisa terbang kayak layangan. Itu dulu. Waktu masih ABG. Badan saya di masa remaja memang tidak ada menariknya sama sekali. Sejak kecil, saya selalu kuruuuus. Dan begitu terus selama bertahun-tahun...sampai dua bulan lalu, saya disapa seseorang, “Hah!? Ini Walentina? Kok jadi gemuk begini, sih?”

Dulu jika orang berbicara tentang diet dan olahraga, tak sedikit pun saya menyimak dan menaruh perhatian. Buat saya ini bahasan asing yang tidak ada ada sangkut pautnya dengan saya. Dulu juga saya tidak mengerti mengapa banyak orang berusaha mati-matian supaya terlihat langsing. Soalnya saya merasa tidak punya problem dengan hal itu. Dan dengan naifnya berpikir, mana mungkin saya bisa gemuk? Mungkin karena itu, saya makan apa saja yang saya mau, kadang melebihi takaran. Pokoknya asal enak, main hantam saja.

Yang tidak saya sadari adalah, pada saat usia menanjak, metabolisme juga akan semakin melambat. Ini membuat lemak dengan mudah tertimbun nyaman di dalam tubuh. Dan begitu juga yang terjadi pada saya, yang usianya sudah “kepala 5” ini. 

pengalaman1

Foto: Hotel Novotel, Solo - Central Java. Saat liburan di Indonesia, tanpa terasa sedikit demi sedikit beran badan terus menanjak.

Setelah mengalami sendiri, sekarang saya mengerti mengapa banyak orang harus bekerja keras untuk menurunkan berat badan. Bukan semata hanya alasan estetis. Tapi memang saya yang sempat mengalami kelebihan berat badan sampai sekitar 10 kilo saja, merasa tidak nyaman bergerak. Seluruh engsel tubuh rasanya sakit dan pegal. Sungguh keadaan yang sangat tidak enak. Sehingga saya yang dulunya merasa asing dengan masalah ini, sekarang malah mengubah total pola hidup saya, demi terhindar dari masalah overweight.

Ketika liburan ke Indonesia tahun ini, berat badan saya sudah semakin bertambah. “Kamu kok tambah gemuk?”. Komentar bernada heran ini semakin sering terlontar dari keluarga, teman, dan kenalan. Ya, mereka heran, karena sebelumnya belum pernah mereka melihat saya “selebar” itu. Memang dua tahun terakhir ini, berat badan saya perlahan merayap naik, semakin naik. Terlebih seusai liburan di tanah air. Saya pikir, ini karena kebanyakan makan enak-enak selama di Indonesia. Maklum, balas dendam. Di tanah air, saya menemui banyak makanan nostalgia, yang sangat jarang bisa didapatkan di Belanda.  Saya pikir, setelah pulang ke Belanda mungkin berat badan akan kembali normal.

Tapi baru saja kembali ke Belanda, cuaca begitu dingin, dan terus menerus hujan. Padahal liburan masih bisa dinikmati beberapa hari lagi. Karena itu suami mengajak liburan ke Belgia, yang saat itu bercuaca lebih hangat dibanding Belanda. Setiap orang yang berkunjung ke Belgia, pasti tidak akan melewatkan makanan khas Belgia. Yaitu kentang gorengnya yang terkenal itu.

pengalaman2

 Fast food, makanan yang sekarang saya takuti (Foto: Walentina)

Hampir setiap melewati pertokoan dan gerai makanan, begitu gampangnya saya membeli dan ngemil  kentang goreng. Saya yang selama ini mengacuhkan problem berat badan, merasa santai saja. Ah, paling juga nanti berat badan saya akan turun lagi.

Tapi sementara itu saya mulai merasa aneh. Jeans dan rok saya semakin sempit. Semua T-shirt sudah tidak nyaman lagi dipakai, karena perut semakin membuncit. Yang juga aneh, karena setiap bergerak sedikit saja, rasanya kok susah banget ya? Gerak ini susah, gerak itu susah. Ketika pulang ke rumah, dan melihat timbangan....rasanya saya tidak percaya. Tiba-tiba saya merasa harus segera melakukan sesuatu. Ini tidak boleh dibiarkan! Pokoknya saya tidak boleh lagi membiarkan berat badan ini melaju seenaknya! Maka dengan sangat serius, saya mulai melakukan tindakan “gerak cepat”!

Langkah pertama yang saya lakukan yaitu mencari semua informasi di Google. Tentang bagaimana cara yang tepat untuk memperoleh berat badan ideal. Ada bermacam-macam cara diet. Ada bermacam-macam cara berolahraga. Saya berusaha memahami semua referensi yang saya baca.

Kunci untuk mengurangi berat badan, yaitu jumlah kalori yang masuk, harus lebih kecil dibanding jumlah kalori yang keluar, plus olahraga rutin? Makanan per hari harus tetap dijaga agar jumlah kalorinya tidak melebihi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hmmm.... cara ini logis. Setidaknya cara ini tidak berisiko merugikan kesehatan, sepanjang tubuh tidak kekurangan semua nutrisi yang diperlukan.

Aneh juga saya mulai menghitung-hitung kalori setiap makanan. Rata-rata wanita dewasa hanya membutuhkan 1200-1500 kalori per hari. Ini membuat saya lebih memilih mengkonsumsi makanan yang tinggi nilai nutrisinya, namun tetap rendah kalori. Bandingkan dengan sebungkus mie instant yang rendah nilai nutrisi, namun cukup tinggi kalori, yaitu 600-700 kalori, belum terhitung jika memakai telur dan bahan lainnya. Bayangkan kalau makannya lebih dari sebungkus mie plus lauk tambahan, kalori yang masuk ke tubuh bisa saja melebihi 1500 kalori dengan hanya sekali makan.

Mengkonsumsi makanan berkalori tinggi, bisa menjadi penyebab kegemukan. Kalori tinggi bisa terkandung dalam makanan yang takaran manisnya ataupun asinnya, melebihi batas yang dibutuhkan tubuh. Sebetulnya takaran gula yang dibutuhkan tubuh per hari hanya 90 gram (sekitar setengah cangkir). Jumlah 90 gram gula yang dibutuhkan tubuh tidak harus berasal dari gula buatan, bisa juga dari kandungan gula pada berbagai bahan makanan seperti buah, nasi, tepung, dll. Begitu pula garam yang dibutuhkan oleh orang dewasa, hanya 6 gram (satu sendok teh) per hari.

kuesinterklaas004wm

Kue sinterklaas buatanku. Mengkonsumsi makanan dan minuman manis jangan melebihi takaran yang dibutuhkan tubuh. (Foto: Walentina)

Di majalah kesehatan saya membaca daftar panjang berbagai menu makanan, lengkap dengan jumlah kalorinya. Juga ada daftar berbagai jenis olahraga, serta berapa jumlah kalori yang bisa dibakar oleh setiap jenis olahraga itu. Jika saya menyantap satu porsi fu yung hai yang jumlah kalorinya 340 kilo kalori per porsi, maka sesudahnya saya harus berolahraga yang mampu membakar lebih dari 340 kalori fu yung hai tadi. Olahraga apa? Saya membaca artikel kesehatan, ternyata jogging atau berlari 30 menit, bisa membakar kira-kira 298 kalori. Jadi kalau begitu, untuk membakar kalori fu yung hai yang sudah menambah berat badan saya itu, setidaknya hari itu saya mesti jogging selama 1 jam? Atau pilihan lain, saya boleh makan fu yung hai tapi porsinya dikurangi, sehingga saya tidak perlu olahraga ekstra untuk membakar sekian banyak kalori. Atau alternatif lainnya, saya mesti selektif mencari tahu menu makanan apa saja yang rendah kalori tapi sehat dan .... enak, tentu saja!

Setelah menyeleksi semua sumber yang saya baca, akhirnya saya menentukan cara yang paling cocok, setidaknya buat saya.

Saya ingin memperoleh berat ideal saya kembali. Tapi merasa ribet kalau harus ke fitness centre. Juga tidak ingin cara meminum obat-obatan, operasi, hiiiih....sedot lemak, menyiksa diri menahan lapar, diet super ketat, dan cara lain yang malah merugikan kesehatan. Saya membaca berbagai pengalaman orang yang gagal dan malah sampai sakit parah, karena menerapkan cara yang salah. Malah ada yang gara-gara keseringan menelan pil pelangsing, sampai diopname segala, gagal ginjal, dan harus cuci darah. Saya juga membaca berbagai pengalaman orang yang tekun dan konsisten dalam menjalankan program yang sehat dan tepat, sampai akhirnya bisa menurunkan berat badannya.

Setelah mencocokkan berbagai sumber, kesimpulannya, tak ada cara terbaik untuk menurunkan berat badan, selain pola makan sehat dan olah raga teratur...ditambah keinginan kuat! Setelah menimbang-nimbang untung ruginya, saya tidak yakin dengan cara diet dengan sedikit makan, tanpa olahraga. Cara ini membuat massa otot menjadi berkurang. Otot kendor? Jangan, ah! Selain itu, menurut tips, jangan melewati satu pun jam makan! Makan pagi, makan siang, dan makan malam.

pengalaman3

Seafood di Makassar (Foto: Walentina Waluyanti)

Tetap makan 3 kali sehari, dengan karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sumber nutrisi penting lainnya. Melewati jam makan, justru membuat metabolisme tubuh menjadi melambat. Metabolisme yang melambat adalah salah satu penyebab keluhan "Sudah makan sedikit dan tahan lapar kok masih tetap gemuk sih?" Dengan makan teratur dan ngemil (yang sehat dalam takaran cukup) malah bisa mengaktifkan sistem metabolisme. Kesimpulannya, metabolisme yang baik, adalah kunci penentu untuk menurunkan berat badan. Sehingga metabolisme harus dijaga,  jangan sampai tidak bekerja dengan baik.

Yang juga penting adalah menakar porsi, batasi porsi makanan, memahami jumlah asupan kalori, serta mengetahui makanan apa yang sebaiknya dihindari. Makanan cepat saji (fast food) tidak lagi membuat saya ngiler, setelah tahu makanan ini hampir tidak punya nilai nutrisi, tapi sangat tinggi kalorinya. Rugi, ah! Sudah tidak ada nilai nutrisinya, saya juga harus berolahraga ekstra untuk membakar kalori fast food yang sangat tinggi itu. Pokoknya begitu tahu makanan ini dan itu kalorinya tinggi banget, jadi hilang selera deh ... Soalnya itu artinya, kalori itu harus dibakar dengan ekstra tenaga, lebih dari biasanya. Untuk memastikan bahwa program penurunan berat badan yang akan saya mulai ini tidak “salah jalan”, saya mulai membaca berbagai tulisan tentang nutrisi. Saya juga jadi tertarik membaca artikel tentang aerobik dan jenis olahraga lain yang efektif membakar kalori.

Tips bahwa makan malam sebaiknya paling lambat jam 18.00 atau bolehlah jam 19.00, setelah itu sebaiknya tidak makan lagi? Tips ini saya ikuti. Kalau di Indonesia, mungkin saya bisa menghindari makan malam. Tetapi ini tidak mungkin saya lakukan di Belanda. Berbeda dengan di Indonesia yang tradisi "makan besar"-nya biasanya siang dan malam hari, bahkan ada yang sarapan juga makan nasi dan aneka lauk, di Belanda tidak demikian. Orang Belanda makan roti tidak hanya di pagi hari, tetapi juga di siang hari. Di Belanda "makan besar"-nya hanya satu kali, yaitu makan malam, yang dilakukan selalu bersama seluruh keluarga. Sebagai istri (dari pria Belanda) yang tinggal di Belanda, tidak mungkin saya mengabaikan tradisi Belanda, yaitu makan malam yang harus dilakukan bersama anak dan suami, demi menjaga kebersamaan keluarga. 

Sesudah makan malam, kalaupun tidak tahan lapar, sebaiknya ngemil buah saja. Pokoknya segala tips yang baik, logis, dan masuk akal, saya kumpulkan dan terapkan.

Tentu juga ditunjang kebiasaan seperti yang sering kita dengar. Yaitu banyak minum air putih, menyantap sayuran berserat, mengurangi gula dan garam, tidak ngemil cemilan manis, asin, gorengan, dan menghindari makanan cepat saji. Ngemil boleh, asal tidak berlebihan. Dan lebih baik yang rendah kalori. Misalnya buah dan kacang-kacangan (yang paling baik adalah kacang almond).

Walau lemak, gula, dan garam tentu ada juga manfaatnya bagi kesehatan, tapi saya mulai berhati-hati agar tubuh saya tidak perlu menampung semuanya di luar takaran. Coklat, permen, jajanan manis, gurih, asin, yang dulu begitu mudah saya konsumsi setiap saat, sekarang tidak lagi menggugah selera. Saya mulai membaca-baca efek lemak jenuh dan lemak tak jenuh pada kesehatan. Maklum, di usia saya, ketika metabolisme mulai melambat, tak ada salahnya peduli pada masalah kesehatan.

Saya tidak minum kopi, hanya minum teh tanpa gula. Saya banyak minum teh hijau, yang konon baik untuk menurunkan berat badan. Padahal dulu saya tidak bisa minum teh kalau tehnya tidak manis, dan selalu sambil makan kue (biasanya kue buatan sendiri), pisang goreng, atau cemilan lainnya. Tapi semua kebiasaan itu sudah saya tinggalkan, dan tidak lagi saya lakukan sampai sekarang.

1lamunan10

Banana cake ala Walentina, dan mawar segar yang sudah di-wax (Foto: Walentina Waluyanti)

Selanjutnya saya betul-betul mendisiplinkan diri. Bangun tidur, masih dini hari, sebelum sarapan, saya awali dengan kebiasaan yang baru, yaitu olah raga. Karena sebelumnya saya tidak pernah berolahraga, saya mengawali kegiatan sport yang pertama dengan olahraga yang paling ringan. Yaitu olahraga jalan kaki, dengan ritme yang agak cepat.

Begitulah, setiap pagi begitu bangun tidur, saya rutin berjalan kaki selama 30 menit, kadang sampai 1 jam lebih. Olahraga ini sengaja saya lakukan sebelum sarapan. Jika ingin menurunkan berat badan, sarapan sebaiknya setelah berolah raga. Bukan sebelum berolahraga. Setidaknya begitu tips yang saya baca.

Olahraga jalan kaki ini, saya selingi juga dengan bersepeda rutin. Karena sebelumnya otot saya tidak terbiasa dengan sport, selama beberapa hari sesudah kegiatan sport ini, setiap bangkit dari tidur, saya nyaris tidak bisa berjalan. Sekujur tubuh terasa sakit ketika baru bangun. Tapi begitu mulai bergerak, sakit itu hilang begitu saja.  Rasa sakit ini tidak berlangsung lama, sampai akhirnya otot mulai terbiasa.

Ketika otot-otot mulai terbiasa, olahraga mulai saya tingkatkan ke skipping (lompat tali) dan berlari (jogging). Ini sedikit lebih berat dari jalan kaki, dan karena itu tentu membakar lebih banyak kalori. 

Yang lucu, ketika baru memulai lompat tali ini, kaki saya sedikit pun tidak bisa melompat,seakan tak kuat mengangkat beban badan. Kalaupun bisa melompat, kaki cuma terangkat beberapa centimeter. Itupun langsung ngos-ngosan. Payah!

Tapi saya ogah menyerah. Dengan betis kebapakan dan konde keibuan, lompatan pun dimulai. Hup! Saya mencoba lompatan sedikit demi sedikit, tidak perlu dipaksakan, perlahan ... akhirnya bisa. Bahkan bisa sampai ratusan lompatan. Melalui lompat tali ini, berat badan saya mulai berkurang lumayan.

Begitu juga ketika pertama kali mulai berlari. Rasanya kaki terasa sakit untuk mulai berlari, seakan kaki tak kuat menopang badan saya. Sulit benar memulainya. Belum 2 menit, nafas sudah tersengal-sengal. Otot rasanya sakit. Tapi saya memulainya pelan-pelan, dengan gerakan se-rileks mungkin. Sampai akhirnya saya tidak merasa sakit lagi, dan malah sampai sekarang saya tetap rajin melakukan olahraga ini.

Saat melakukan olahraga lari secara rutin ini, saya bisa merasakan bagaimana perubahan beban tubuh dari hari ke hari terasa ringan. Ini menandakan bahwa lemak tubuh perlahan mulai terkikis melalui gerak jogging. Terasa betul perbedaannya ketika saya baru memulainya pertama kali. Sekarang tubuh rasanya ringan sekali saat berlari. Dibanding lompat tali, olahraga berlari ini lebih gampang. Selain itu, keuntungannya, berlari adalah gerak tubuh sederhana namun lumayan banyak membakar kalori. Setelah rutin berlari setiap hari, berat badan saya berkurang, berkurang, sampai akhirnya normal. Tentu ini juga diimbangi dengan pola makan teratur, dengan porsi secukupnya saja.

Sementara itu saya membiasakan untuk tidak mengabaikan makan pagi. Paling lambat jam 08.00 pagi, setelah berolahraga, saya langsung sarapan.

pengalaman5

Foto: Di meja makanku. Dulu kadang malas sarapan, sekarang tiada hari tanpa sarapan (Foto: Walentina)

Walau hanya sepotong roti gandum yang warnanya gelap kecoklatan, mengandung berbagai biji-bijian, pokoknya harus sarapan. Saya juga menggunakan mentega dan keju diet. Selai manis, selai kacang, sosis, daging pelapis untuk roti, tidak lagi saya selipkan di roti. Minuman soda, sejenis sirup dan minuman manis lainnya, juga tidak saya konsumsi.

Tadinya saya tidak suka susu. Kini mendisiplinkan diri sekali sehari minum susu asam rendah lemak tanpa gula, atau kadang diselingi dengan yoghurt. Ini penting untuk mengimbangi kegiatan olahraga yang tiap hari saya lakukan.

Olahraga tidak perlu berlebih-lebihan. Soalnya otot juga perlu istirahat, begitu menurut berbagai artikel kesehatan yang saya baca.  Di awal-awal, karena begitu inginnya berat badan saya normal kembali, saya bisa olahraga gila-gilaan. Masih subuh, sekali berolahraga, bisa sampai 2 jam. Setelah olahraga lari (divariasikan dengan bersepeda dan skipping) di pagi hari, di malam hari saya juga sempatkan olahraga lari lagi. Pagi olahraga, malam olahraga.

Ketika seminggu sesudah kegiatan ini, berat badan saya turun 3 kg, wuaaaah.....saya semakin bersemangat lagi olah raga. Selanjutnya, selama 2 bulan tanpa absen sehari pun, tetap melakukan olahraga rutin.

Selain itu, pola makan sehat saya perhatikan betul. Tetap makan dengan menu sehat, 3 kali sehari. Di sela-sela waktu makan, kalau pun lapar, saya makan sedikit kacang atau pun buah.

Hasilnya, sesudah 2 bulan, berat badan saya turun sampai sekitar 10 kg.

Oh ya, bagaimana dengan makan nasi? Ya, banyak yang menghindari nasi untuk menurunkan berat badan. Memang tidak setiap hari saya makan nasi. Tetapi alasannya bukan karena diet, tapi lebih karena hidup dengan suami dari kultur berbeda. Kadang selang-seling. Hari ini nasi, besok kentang, besoknya nasi lagi. Ya, karbohidrat dari nasi tidak saya hindari sama sekali. Apalagi suami juga doyan makanan Indonesia yang tentunya juga pakai nasi. Tapi porsinya dikurangi menjadi setengah dari porsi kebiasaan saya dulu. Lauk protein plus sayur dan buah, porsinya sering lebih banyak daripada nasinya. Di awal-awal ingin menurunkan berat badan, saya makan nasi dari beras merah. Soalnya dibanding beras putih, beras merah lebih rendah kalorinya.

Dan sekarang setelah berat badan saya normal, saya kembali makan nasi putih dengan porsi kecil. Hanya beberapa kali seminggu, saat makan malam saja. Nyatanya berat badan saya tetap normal saja, mungkin juga karena diimbangi dengan olahraga rutin setiap hari.

Bagaimanapun, saya tidak ingin menghilangkan karbohidrat dari menu harian. Sumber karbohidrat tentu saja tidak harus dari nasi. Kadang diselingi dengan kentang rebus. Kalau kentang goreng, kadang-kadang saja. Itu pun hanya sedikit, sekedar supaya tidak “ngidam”. Makanan gorengan tidak perlu jadi menu harian seperti dulu. Tapi saya juga tidak merasa perlu menghindarinya sama sekali. Walau tidak setiap hari, saya kadang menyantap gorengan tempe, tahu, ikan, udang, empal, dll. Hanya saja, untuk menggoreng makanan, saya hindari menggunakan minyak bekas (risikonya tak baik untuk kesehatan, yah...saya percaya saja deh apa kata ahli).  Saya menjadi selektif dalam memilih mentega dan minyak goreng. Misalnya, saya menggunakan minyak goreng yang “aman”, seperti  minyak zaitun.

Tentang daging sapi, kadang-kadang saya menyantapnya, dengan porsi tidak segede dulu lagi. Tapi saya lebih sering menyantap ikan dan daging tak berlemak, seperti daging ayam tanpa kulit. Dan ikan asin yang dulunya menu favorit, kini sudah saya hindari.

pengalaman6

Masakanku, tempe tahu suka banget! (Foto: Walentina)

Kebiasaan lain yang tidak pernah lagi saya lakukan, adalah menyantap pencuci mulut seusai makan seperti vla, es krim, tiramisu. Cake dan sejenisnya, yang memang bukan favorit, kini sama sekali tak saya jamah. Kini saya lebih suka buah sebagai dessert. Buah yang dulu saya beli teratur untuk suami dan anak, tapi saya sendiri malas menyantapnya, kini jadi prioritas untuk dikonsumsi. Baru saya sadari,  hikmah dari naiknya berat badan, ternyata telah mengubah gaya dan pola hidup saya (dan keluarga) secara keseluruhan.

Walau sekarang berat badan saya sudah ke angka normal, olahraga rutin tetap saya lakukan. Dulu saya berolahraga karena ingin menurunkan berat badan. Sekarang berolahraga supaya berat badan saya tidak melaju lagi. Selain itu, berolahraga setiap hari saya anggap ibarat investasi, demi  memelihara kesehatan untuk masa depan.

Tadinya saya bisa olahraga gila-gilaan demi mencapai berat badan ideal. Sekarang setelah berat badan saya normal, olahraganya tidak lagi berlebihan. Cukup 30 menit per hari. Olahraga favorit saya, jogging, karena murah meriah. Cara ini gampang dan praktis. Kalau naik sepeda saya mesti keluar rumah. Tapi kalau jogging, cukup di halaman rumah saja. Saya hanya berlari mengelilingi halaman belakang rumah selama 30 menit....ini sudah cukup membakar kalori 'kan? Walau begitu, sebetulnya olahraga bervariasi adalah ideal. Setidaknya otot terlatih lebih baik, jika dibiasakan melakukan gerakan bervariasi, bukan gerakan pengulangan yang itu-itu saja.

Dua bulan lalu, saya ke liburan Indonesia. Tapi baru beberapa hari lalu, kembali saya sekeluarga harus terbang mendadak ke Indonesia. Bukan untuk berlibur, melainkan karena harus menghadiri pemakaman ibunda tercinta. Ya, ini pukulan besar bagi saya. Mendadak, ibu saya berpulang selama-lamanya karena serangan jantung. Dalam kunjungan ini, saya kembali bertemu teman dan kenalan yang baru saya temui dua bulan lalu. Umumnya mereka berkata, bahwa mereka pangling melihat saya. Jika dua bulan lalu mereka bertanya, “Kamu kok jadi gemuk begini, sih?”, sekarang pertanyaannya lain.

Seorang teman bertanya, “Rasanya dua bulan lalu kamu gemuk banget deh. Bagaimana bisa kamu jadi kurus hanya dalam waktu dua bulan saja? Apa kamu minum pil pelangsing? Di negara maju seperti Belanda, pasti deh banyak obat paten. Apa nama obatnya? Saya rajin ke fitness centre tapi kok nggak kurus-kurus juga? Bagi dong resepnya!”.

Jawab saya, “Saya sama sekali tidak pernah minum pil pelangsing. Cuma berusaha makan sehat teratur. Plus olahraga RUTIN dan SETIAP HARI. Bukan olahraga sekali-sekali."

Tanpa bermaksud narsis, di bawah ini perbedaan foto dua bulan lalu, dengan foto saya terakhir. Yaitu ketika berat badan saya “masih lebar”, dibanding foto terakhir, ketika lemak sudah “dibakar” dengan berolahraga.

pengalaman7

 Foto: Dua bulan lalu, masih gendut dan “lebar"

foto1-web

Foto: Setelah berolahraga rutin

img4238a-web

Kalau dipikir-pikir, untung juga saya pernah mengalami problem berat badan. Kalau tidak, mungkin seumur hidup saya tidak akan pernah berolah raga, dan tidak pernah sadar pentingnya pola makan sehat. Saya bersyukur, karena saya yang tadinya tidak suka berolahraga, sekarang malah jadi gemar berolahraga.

Sekarang saya betul-betul percaya, bahwa olahraga setiap hari dikombinasikan dengan pola makan sehat, memang bisa menurunkan berat badan. Ini bukan cuma teori dan cerita isapan jempol, karena saya sudah membuktikannya sendiri. Tidak perlu mengeluarkan satu sen pun ongkos untuk fitness centre dan membeli pil pelangsing. Hanya dengan olahraga yang murah meriah pun, sudah cukup untuk menghilangkan lemak. Yang penting ada kemauan kuat untuk tetap konsisten.

Bonusnya, badan terasa sehat, fit, dan bugar. Tapi masih ada bonus yang tidak pernah saya duga. Yaitu olahraga rutin membuat perut menjadi lebih kencang tanpa lemak ... bahkan lebih kencang dibanding waktu jaman kurus dulu! Perut menjadi rata dan singset, tanpa korset? Huh! Tahu begini, kenapa nggak dari dulu-dulu saja saya berolahraga, ya?*** (Penulis: Walentina Waluyanti)

Kisah pengalaman lainnya, baca juga kisah berikut:

Pengalaman Bertetangga di Belanda

Kompas TV Bertamu ke Rumahku

Pengalaman Pergoki Porter di Bandara Mengacak Isi Koperku

Bersih-bersih, Yuk!

Cipika-cipiki Antar Pria, Janggal di Belanda

walentina01Walentina Waluyanti About Me
Nederland, 15 November 2011

 

{backbutton}

Add comment