Parade Kaum Homo: Pemain Bola Juga Ikut

Penulis dan Foto: Walentina Waluyanti

Parade5

Foto: Canal Parade di Amsterdam, 3/8/2013

Menyaksikan pawai-nya kaum homo di Amsterdam? Sabtu 3 Agustus 2013, adalah hari yang ideal untuk jalan-jalan. Nederland biasanya dingin. Cuaca panas adalah berkah. Sehingga jika cuaca sedang cerah, sayang jika dilewatkan begitu saja. Menyusuri Amsterdam di akhir pekan, menikmati hangatnya matahari, sambil menyaksikan parade unik, adalah selingan rileks di tengah rutinitas.

Seperti biasa, Amsterdam selalu penuh sesak. Orang hilir-mudik, menyemut di setiap sudut jalan. Warna pink bertabur di mana-mana. Orang-orang terlihat banyak yang pakai baju pink. Warna ini adalah lambang hari  “Sabtu Pink”, sebutan event Gay Pride, biasa disebut juga Canal Parade. Parade di kanal yang saya saksikan ini, dikenal luas sebagai parade kaum homo atau kaum gay. Tapi sekarang ini tidak lagi terbatas bagi kaum homo saja.

Canal Parade pada awalnya di tahun 1996, memang adalah parade-nya  kaum homo atau gay. Dengan menggunakan kapal berukuran kecil dan sedang, kaum homo ini berpawai menyusuri kanal. Di pawai itu mereka biasa tampil meriah sebagaimana layaknya peserta karnaval. Di setiap penampilan, biasanya kaum homo mengusung tema ataupun protes sehubungan dengan eksistensi mereka. Tapi kemudian berkembang, kini partisipan-nya tidak hanya kaum homo, tetapi juga kaum lesbian dan transgender.

Saya berjalan menuju kanal tempat diadakannya pawai kaum homo yang biasa juga disebut Gay Pride atau Canal Pride ini. Kapal-kapal kecil berhias tampak sudah memenuhi kanal. Musik keras berdentam, menambah meriah suasana.Diperkirakan ratusan ribu orang memenuhi kanal Prinsengracht di Amsterdam, tempat diselenggarakannya parade kaum homo/gay.

Menteri dan pesepak bola beken juga ikut parade

Walaupun parade ini bercitra parade-nya kaum homo, sebetulnya peserta pawai ini tidak hanya kaum homo saja. Misalnya untuk tahun 2013 ini, peserta parade ini diikuti juga oleh mereka yang “biasa-biasa” saja (bukan homo, bukan lesbian).

Siapakah mereka yang “biasa-biasa” saja itu? Tidak tanggung-tanggung, kali ini mereka yang ikut berparade bersama kaum homo ini yaitu para selebritis sepak bola Belanda. Bahkan juga tak ketinggalan empat menteri negara. Menteri Pertahanan Jeanine Hennis-Plasschaert, Menteri Keuangan Jeroen Dijsselbloem, Menteri Infrastruktur Wilma Mansveld, dan Menteri Emansipasi Jet Bussemaker.

Selebriti sepak bola Belanda yang ikut berparade bersama kaum homo ini adalah Pierre van Hooijdonk, Patrick Kluiver, Ruud Brood, Michael Mols, Martijn Reuser, Regilio Vrede, Regie Blinker, dan pelatih sepak bola Louis van Gaal.

Parade ini sebetulnya dimulai sekitar pukul 14.00. Namun sejak pukul 13.00, saya melihat tepi kanal sudah dipenuhi massa. Turis yang biasa memenuhi Amsterdam, hari itu memang tidak ingin melewatkan parade yang diadakan setahun sekali di Nederland.

Umumnya di banyak negara, kebijakan untuk memberi toleransi kepada kaum homo, adalah kebijakan berisiko yang bisa menurunkan citra pemerintahan. Maklum, isu orientasi homoseksualitas ataupun perilaku homoseksual adalah isu yang banyak dikecam di hampir semua negara. Ini dianggap bertentangan dengan agama. Sehingga banyak pemimpin yang tidak berani ambil risiko memberi toleransi kepada kaum homoseksual. Dikhawatirkan, ini akan menjadi bumerang yang bisa menurunkan popularitas kepemimpinan.

Sehingga salah satu kebijakan pemerintah Belanda yang mengizinkan parade bagi kaum homo, menjadi gebrakan yang menarik perhatian. Sekaligus mengundang kontroversi. Pada masyarakat Belanda sendiri, isu homoseksualitas masih menimbulkan pro dan kontra, walaupun pemerintah bersikap toleran terhadap masalah ini.

Pro-kontra terhadap kaum homo di Belanda

Yang tidak bisa dilupakan, jika membicarakan kaum homo di Belanda, maka ini bukan berarti orang Belanda saja. Karena rakyat Belanda memang terdiri dari berbagai etnis. Bukan hanya orang Eropa. Ada orang Turki, Maroko, Iran, Hindustan, Cina, dan lainnya. Dan kaum homo dari berbagai etnis ini memang membentuk komunitasnya tersendiri di Belanda. Dasar pembentukan komunitas ini diawali karena adanya persamaan nasib, sebagai golongan yang merasa terdiskriminasi.

Di Amsterdam, sampai kini laporan kekerasan terhadap kaum homo masih terus menjadi laporan klasik. Misalnya kaum homo diludahi, diejek, dihina, dianiaya, adalah laporan yang sering diterima oleh polisi. Salah satu insiden terakhir, Maret 2013, bahkan sampai menarik perhatian beberapa selebriti Belanda untuk berkomentar di media sosial. Yaitu ketika terjadi penganiayaan terhadap dua pria homo. Dua pria itu sedang naik kereta dari Leeuwarden menuju Sneek, ketika dianiaya oleh dua wanita yang tidak suka dengan perilaku homoseksual mereka. 

Upaya mencegah kekerasan terhadap kaum homo

Kebijakan toleransi pemerintah terhadap kaum homo ini, tidak serta-merta lahir begitu saja. Sebelum lahirnya kebijakan toleransi terhadap homoseksualitas, tadinya Belanda tidak begitu se-toleran sekarang terhadap kaum homo. Misalnya bidang militer dan kepolisian, dulu menutup kesempatan bagi pelamar yang ketahuan mempunyai orientasi homoseksual. Anda seorang homo? Jangan harap bisa bekerja di bidang militer atau jadi polisi. Tapi ini dulu. Sekarang hal ini tidak berlaku lagi di Belanda.

Kini keterbukaan pemerintah Belanda dalam menerima kaum homo, tidak saja terlihat dari keikut-sertaan empat menteri negara. Partisipasi yang sangat signifikan terlihat dari ikutnya korps polisi dan korps militer di parade ini. Seperti terlihat pada foto di bawah ini.

Parade2

Foto: Korp polisi dalam Canal Parade 3/8/ 2013, Amsterdam

Parade3

Foto: Korps militer dalam Canal Parade, 3/8/ 2013, Amsterdam

Dengan ikut sertanya menteri, korps polisi, militer dalam parade kaum homo, seolah mengirim sinyal kepada masyarakat tentang perlindungan terhadap kaum minoritas. Sehingga ini diharapkan dapat menurunkan kasus diskriminasi dan tindakan kekerasan terhadap kaum gay.

Banyak kalangan menyesalkan bahwa parade ini akhirnya hanya dikenang sebagai parade kaum gay. Sementara esensi yang sebenarnya malah menjadi kabur. Esensi yang dimaksud adalah pemerintah sebetulnya ingin mengusung tema “toleransi” dan “emansipasi (persamaan hak) antara kaum mayoritas dan minoritas”. Dan kaum gay adalah simbol dari kelompok minoritas yang paling sering menerima perlakuan diskriminatif.

Yang menarik, beberapa kalangan di antara kaum homo sendiri, tak sedikit yang merasa citra mereka tercemarkan akibat parade ini. Bagaimana tidak? Di parade ini kaum homo dinilai umumnya tampil “bodoh” (menurut sebagian kaum homo sendiri). Sehingga bisa menimbulkan kekeliruan persepsi publik, yang menyamakan semua kaum gay “bodoh” seperti penampilan kaum gay di karnaval itu. Di karnaval setiap peserta memang berusaha menarik perhatian publik dengan tampil beda, dengan gaya berpakaian aneh, bahkan ada yang nyaris bugil.

Di parade itu saya melihat sebuah kapal yang membawa foto Vladimir Putin, presiden Rusia. Di foto yang menampilkan wajah Putin, tampak poster Putin sengaja ditampilkan dengan riasan wajah seperti wanita. Memang beberapa waktu lalu, terpublikasikan di media tentang gerakan yang menamakan Neo-Nazi Rusia. Mereka menjebak kaum homo dengan ajakan dating palsu. Setelah korbannya terjaring, mereka lalu disiksa secara fisik oleh gerakan Neo-Nazi Rusia ini. Ini dihubungkan orang dengan kebijakan Putin yang memang dikenal sebagai pemimpin negara yang anti homoseksual.

Kaum homo dalam parade ini juga menyindir kebijakan Putin dengan menuliskan pada sisi kapal dengan tulisan “Russian Anti Gay Propaganda Boat” (foto di bawah). Semua penumpang di kapal itu berpakaian loreng.

Parade1

Foto: Kapal yang menyindir Vladimir Putin bertuliskan Russian Anti Gay Propaganda Boat

Sindiran terhadap Vladimir Putin juga terbaca melalui tulisan di poster, “You are too guy”. Yang lain menunjukkan tulisan “You are too pink”. Si pembawa poster mengacung-acungkan tulisan ini kepada publik, sambil meniup sempritan, sambil memberi isyarat tidak boleh. Seakan ingin meniru gaya Putin yang melarang homoseksual. Di Rusia, Putin memang mengeluarkan larangan hubungan sesama jenis. Secara konstitusional, di Rusia dilarang adanya “propaganda hubungan seksual non-tradisional”. Larangan hubungan sesama jenis di Rusia merupakan bagian dari upaya untuk mempromosikan nilai-nilai tradisional Rusia, untuk membendung liberalisme Barat. Perilaku seperti homo dan lesbian, oleh Kremlin dan Gereja Ortodoks Rusia dinilai bisa merusak generasi muda.

Parade4

Di tengah parade yang menampilkan sebanyak 80 kapal ini, ada hal yang menarik perhatian. Turis-turis yang telah selesai menyaksikan parade, melanjutkan wisatanya dengan menumpang becak ala Amsterdam. Ini jenis kendaraan yang muncul di Amsterdam baru beberapa tahun terakhir ini saja. Dulu mana ada? Wah, di Amsterdam ini memang semua ada. Dari homo yang berparade sampai tukang becak yang sedang menunggu penumpang!

Penulis dan Foto: Walentina Waluyanti

{backbutton}

Add comment