Jalan-jalan di Frankfurt Book Fair
*) Indonesia Guest of Honour 2015
Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge
Dunia memang hanya selebar daun kelor. Saya sedang melangkah dari elevator di Congress Centre di Frankfurt-Jerman pada event Frankfurt Book Fair 2015. Tiba-tiba mata saya tertumbuk pada wajah seorang yang saya kenal. Ibu itu pun terlihat terkejut ketika melihat saya. Dan kami pun tertawa. “Hey, kok bisa kita bertemu di sini?”, spontan saya bertanya. Ibu Welmin Sunyi Ariningsih adalah Deputy I Perpustakaan Nasional Indonesia, didampingi Ibu Titiek Kismiyati, Kepala Pusat Jasa dan Informasi Perpustakaan Nasional Indonesia.
Foto: Welmin Sunyi Ariningsih, Walentina Waluyanti, Titiek Kismiyati di depan pavilyun Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015 . (Foto: Jan de Jonge)
Saya dan Ibu Welmin bersama putri Bung Hatta, Dra. Halida Hatta M.A. dan Prof. Dr. Phil. Gusti Asnan (Guru Besar Sejarah dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas), baru 2 bulan lalu menjadi pembicara dalam Peringatan ke-113 Bung Hatta. Kami sama sekali tidak menyangka bertemu kembali di Frankfurt. Soalnya saya tinggal di Belanda, Ibu Welmin dan Ibu Titiek tinggal di Jakarta, bulan Agustus lalu kami bertemu di Bukittinggi, dan sekarang tanpa sengaja kami berpapasan di elevator Congres Centre di Frankfurt, Jerman.
Pada Frankfurt Book Fair (14-18 Oktober 2015) ini memang Perpustakaan Nasional Indonesia turut berpartisipasi, dengan menampilkan naskah-naskah kuno. Antara lain dengan menampilkan Babad Diponegoro yang ditulis tangan oleh Pangeran Diponegoro ketika ia diasingkan ke Sulawesi Utara pada tahun 1831. Juga ada naskah Gita Sinangsaya ditulis di daun lontar sekitar tahun 1531, naskah La Galigo dari Sulawesi Selatan, dan beberapa naskah kuno lainnya.
Foto: Babad Diponegoro di Frankfurt Book Fair 2015. (Foto: Jan de Jonge).
Para penerbit dan para penulis dari Indonesia turut hadir di event ini. Budi Darma, Afrizal Malna, Eka Kurniawan, Andrea Hirata, Laksmi Pamoentjak, Frans Magnis-Suseno dan beberapa nama lain. Mantan Presiden Habibie juga hadir di event ini. Saya menyempatkan untuk menyaksikan penulis Leila S. Chudori dalam talk show, saat menjelaskan tentang novelnya yang berjudul “Pulang” yang telah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Jerman.
Foto: Leila S. Chudori menjelaskan tentang novelnya “Pulang. (Foto: Jan de Jonge)
Pameran buku di Frankfurt, Jerman (De Frankfurter Buchmessen), merupakan pameran buku tertua dan terbesar di dunia, yang berusia lebih dari 500 tahun. Keistimewaan dari pameran buku di Franfurt tahun 2015 ini, karena Indonesia menjadi tamu kehormatan. Tidak mudah untuk tampil menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair ini. Biasanya harus menunggu selama bertahun-tahun. Finlandia harus menunggu selama 25 tahun untuk menjadi tamu kehormatan. Dan Indonesia hanya menunggu 5 tahun saja untuk menjadi tamu kehormatan ini.
Di pavilyun Indonesia, selain ditampilkan berbagai naskah kuno, buku-buku Indonesia, juga dipajang aneka rempah dari Indonesia. Ada Sisca Soewitomo dan Bondan Winarno yang menjelaskan seputar kuliner Indonesia. Juga ada pertunjukan mendongeng dari buku anak-anak yang dipajang. Juga ada stand makanan Indonesia yang menjual makanan Indonesia. Sayangnya makanan Indonesia yang dijual kurang bervariasi. Padahal event ini mestinya bisa dimanfaatkan untuk menampilkan keaneka-ragaman kuliner Indonesia. Menu Indonesia yang dijual sangat terbatas, yaitu sayur kapau, ayam rica-rica, asinan Jakarta dan gado-gado.
Foto: Bondan Winarno menjelaskan tentang fungsi kecap manis sebagai bumbu makanan Indonesia. (Foto: Walentina Waluyanti)
Pameran ini diadakan di Gedung Kongres di Frankfurt yang merupakan gedung pertemuan terbesar di Jerman. Maklum, pengunjung pameran ini bisa mencapai jumlah lebih dari 280.000 pengunjung. Pemerintah Indonesia mengucurkan biaya yang cukup besar sehubungan dengan partispasi Indonesia di event ini, yaitu sebanyak 150 milyar rupiah. Akhirnya, kehadiran Indonesia sebagai tuan rumah di event ini memang membanggakan. Kemajuan dunia literasi di Indonesia cukup diperhitungkan di dunia internasional.
Tidak sia-sia saya dan suami mengendarai mobil dari Belanda ke Frankfurt selama 4 jam, untuk melihat peristiwa bersejarah, saat Indonesia hadir sebagai tamu kehormatan. Tahun depan, giliran Belanda yang akan menjadi tamu kehormatan. Rasanya penasaran, tahun depan ingin kembali berkunjung ke Frankfurt Book Fair.
Foto: Di depan Congress Centre Messe Frankfurt. (Foto: Jan de Jonge).
Artikel terkait, klik: Berkunjung ke Rumah Karl Marx di Jerman
Walentina Waluyanti de Jonge
Frankfurt, 17 Oktober 2015
{backbutton}