Bersih-bersih, Yuk!
Dimuat di Kolom Kesehatan Kompas.com, 2006
Penulis: copyright @ Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland
Kali ini saya ingin sedikit bercerita tentang kegiatan rutin, yang kadang membosankan, tapi harus dilakukan. Yaitu bersih-bersih rumah. Bagi yang hidup di luar negeri, segalanya harus dikerjakan sendiri. Di Indonesia, tidak perlu jadi orang kaya, tapi sudah umum di banyak rumah tangga biasanya ada pembantu yang bantu masak, cuci, bersih-bersih, dan lainnya.
Foto: margovdm
Kebiasaan ini membuat saya ketika pertama kali datang ke Belanda, baru menyadari manjanya hidup di Indonesia. Masih untung, suami-suami di Eropa umumnya turun tangan berbagi pekerjaan rumah tangga dengan istri.
Bermalas-malasan sehari saja tanpa membenahi rumah sudah kelihatan bagaimana rumah bisa berantakan.
Dulu sebelum ke Belanda, image saya tentang Belanda itu bersih dan rapi.
Kalau dilihat dari luar, memang betul. Jalan-jalan serba apik. Nyaris tidak ada sampah berserakan. Toilet fasilitas publik, umumnya bersih. Tapi bagaimana dengan keadaan di tiap rumah tangga? Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Yang namanya orang jorok, ternyata di mana-mana ada saja, termasuk di Belanda. Paling tidak ini mengubah image saya bahwa setiap orang Belanda itu menghargai kebersihan.
Di Belanda ada program TV "Hoe schoon is jouw huis?" (Bagaimana/seberapa bersihkah rumahmu?). Ini program yang menayangkan rumah-rumah yang kotor...tor..tor....seolah-olah bertahun-tahun tidak pernah dibersihkan.
Foto: Relatieblog
Kemudian pembawa acaranya yaitu dua orang wanita (ibu dan anak), dibantu team kebersihan, mendatangi rumah itu. Lalu mengadakan pembersihan besar-besaran untuk menormalkan rumah itu kembali. Si pemilik rumah juga diberikan tips bagaimana membersihkan beberapa perabotan. Juga dinasihati jangan malas...bla...bla...bla....
Saya sendiri tidak begitu rapi-rapi amat. Tapi melihat keadaan rumah di program itu, memang membuat shock. Pembawa acara dengan wajah biasa-biasa saja, kelihatan "tega" tanpa rasa jijik membersihkan toilet yang warna aslinya sudah hampir tak terlihat, karena sudah didominasi oleh warna kotoran .... maaf! Pakaian dalam kotor, dan pakaian kotor, bertumpuk dan bertebaran di mana-mana. Di kamar, di bawah sofa, di tempat tidur, bahkan celana-celana dalam kotor juga di living room. Piring dan gelas kotor menggunung. Panci-panci kotor yang juga menggunung kelihatan sudah sangat berkerak kaku oleh bekas makanan yang kayaknya sudah sangat sulit dibersihkan. Air kotor kental tergenang di bak cuci piring. Pemilik rumah ditanya, 'Bagaimana caranya makan dengan keadaan seperti ini?'
Jawabannya santai saja. Tinggal meraih gelas atau piring yang dibutuhkan dari gunungan kotor tadi, dibilas seperlunya, kemudain makan. Selesai makan perabotan kotor itu digeletakkan begitu lagi, dan begitu seterusnya. Hiiih...!!!
Kulkas dibuka, jangan ditanya deh! Tapi di bawah kulkas ada sesuatu yang ditemukan. Yaitu sarang tikus! Juga tikus mati! Buset! Tidak terbayangkan hal seperti ini bisa terjadi di negara yang kesadaran hygienis-nya tinggi seperti Belanda.
Dalam kehidupan sehari-hari, di Belanda memang saya belum pernah bertemu orang yang joroknya betul-betul ekstrim seperti di acara TV tadi. Pada umumnya memang orang Belanda yang saya kenal, rumahnya apik, bersih dan wangi.
Tapi saya juga pernah berkunjung ke orang Belanda, yang menurut saya "cukup jorok" untuk ukuran orang Belanda sendiri. Waktu ke toilet di bath-room, pakaian kotor lembab dan bau yang bertumpuk, digeletakkan begitu saja di lantai. Lalu ketika menyuguhkan minuman di atas meja kaca, kelihatan jelas debu tebal melekat di meja itu. Tuan rumah sendiri mengenakan T-shirt yang sangat kusut, seakan-akan baru diambil begitu saja dari mesin pengering pakaian tanpa diseterika. Paling tidak kalau mengundang orang, seharusnya kalau tahu bakalan ada tamu, biasanya kan bersih-bersih dulu?
Foto: cansouplover
Saya juga pernah berkunjung ke orang Belanda yang di rumahnya di mana-mana kucing, anjing, burung yang jumlahnya hampir kayak di kebun binatang. Percakapan jadi tidak nyaman, karena sedikit-sedikit tuan rumah harus teriak-teriak pada binatang-binatang piaraan itu. Ditambah berisik dan bau yang khas. Ketika pulang ke rumah, bulu-bulu binatang itu ikut melekat di pakaian saya.
Dan bagaimana dengan saya sendiri? Ya, namanya juga manusia. Kadang juga dihinggapi rasa malas, dan kadang ada berantakannya juga. Tapi ada hal-hal yang malas atau tidak malas harus tetap memaksa diri untuk dikerjakan. Walaupun ada mesin cuci piring, tetapi beberapa perabotan masak yang harus dibersihkan dengan tangan, harus segera dicuci begitu selesai masak. Begitu juga kebersihan dapur, tempat tidur, tak lupa toilet tentunya. Karena sehari saja menunda pekerjaan, semua yang berantakan itu akan semakin bertumpuk, yang malah tambah bikin malas untuk membereskannya. Jadi terpaksa memaksa diri, harus bereskan sekarang juga, mumpung pekerjaan itu masih sedikit.
Dan untuk semakin menambah gairah yang membuat pekerjaan bersih-bersih tidak membosankan, kadang saya bikin selingan. Misalnya menata interior tidak selalu sama. Memanfaatkan kreativitas karya sendiri (misalnya lukisanku karya saya di bawah ini) untuk menghias rumah, juga kadang bisa membuang kemalasan untuk menjaga kebersihan rumah.
Foto: Lukisan "Balinese Dancer" karya Walentina Waluyanti Rahardjo
Soalnya kita cenderung ingin agar kreativitas karya sendiri itu bisa dinikmati dalam keadaan rumah kita bersih dan rapi kan? Variasi bunga-bunga segar di ruangan. Ditambah musik kesayangan, untuk menciptakan suasana. Juga membuat tema warna di dalam rumah. Misalnya bantal-bantal kursi merah, karpet merah. Ditambah lukisan-lukisan karyaku di dinding. Jadi tambah semangat deh. Ah sudah dulu. Saya mau bersih-bersih dulu, ya! Salam dari Belanda.
Baca juga, silakan klik:
Pengalaman Bertetangga di Belanda
Walentina Rahardjo
Nederland, Februari 2006
{backbutton}