UNIK & LUCU! Pergantian Pengawal Kepresidenan

Berpenduduk 55 Jiwa, Inilah Kota Terkecil di Belanda

annatermuiden01

Penulis: Walentina Waluyanti

Lucu… Hal yang Tabu Dilakukan Wanita Belanda di Depan Umum

Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda

Perempuan Belanda masa kini identik dengan gaya hidup bebas. Kendati demikian, siapa sangka wanita Belanda pernah mengenal hal tabu yang tidak boleh  dilakukan di depan umum? Rasanya lucu menengok kembali aturan ini, mengingat semua aturan itu bertolak belakang dengan kenyataan yang sekarang terjadi.

Pengalaman Hidup di Belanda:

Mana Ada Orang Belanda Setajir Anang Hermansyah?

Penulis: Walentina  Waluyanti – Belanda

Saya tinggal di Belanda. Saya sering merasa risih kalau pulang ke Indonesia, bersama suami yang berambut pirang. Bukan Buceri (Bule Cat sendiRi). Dia memang bule Belanda totok. Saat di Indonesia, kalau kami beli sesuatu di toko (yang tidak mencantumkan harga), harganya bisa dua atau tiga kali lipat dari harga yang sebenarnya. Begitu juga kalau ke rumah makan sederhana yang kebetulan tidak mencantumkan harga pada menu. Begitu mau membayar, wah... serasa membayar harga makanan di hotel bintang lima. Kesimpulannya, mereka menyangka kalau bule itu dari negara maju, dan pasti banyak duit… dan ini kesempatan untuk menaikkan harga suka-suka.

Pengalaman Liburan dengan Caravan di Eropa

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge  - Nederland

Anda bisa ditangkap polisi di Eropa, jika camping di sembarang tempat, bukan di area camping yang resmi. Pasalnya, tempat camping menyediakan sarana dan fasilitas yang sama dengan hotel, sehingga menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan akibat camping liar.

Tak Sangka, Nemu Bir Indonesia di Tempat Terpencil Ini

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge

Bir Indonesia, bir Bintang dan bir Bali Hai terpajang di pegunungan terpencil di Belgia? Seperti biasa, saat liburan kami bercaravan menjelajahi beberapa negara di Eropa. Tak sengaja, saat melintasi pegunungan di Belgia, saya menemukan museum bir ini. Rasa ingin tahu, membuat saya penasaran ingin melihat-lihat isi museum ini. Tak disangka, meskipun museum bir ini terletak di desa kecil dikitari hutan di pegunungan, namun ada juga bir Bintang dari Indonesia di tempat ini. 

Rahasia Kincir:

Berada di Bawah Permukaan Air Laut, Mengapa Belanda Tak Tenggelam?

Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland

“Dilarang masuk lho di sini”, saya memperingatkan suami yang berkendara menerobos area verboden. Terlihat tanda larangan memasuki area di depan kami. Tapi kata suami, “Tenang saja. Orang lain memang dilarang masuk. Tapi saya boleh”.  Ya, kami memang sedang menuju lokasi berdirinya kincir angin yang terletak di daerah pertanian yang luas.  Dan karena operator kincir angin itu adalah kerabat suami saya, sehingga kami diperbolehkan masuk ke area tersebut.

Menikmati Kambing Guling Lebaran KBRI

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Sudah 2 minggu ini di Belanda terus hujan dan mendung. Dan kebetulan pada saat Lebaran 2016 ini, cuaca menjadi hangat dan cerah, dengan temperatur sekitar 20* C. Saya dan suami bersiap-siap berangkat menghadiri acara halal bi halal KBRI. Perjalanan dari kota kami ke Wisma Duta di Wassenaar, tempat berlangsungnya acara, hanya ditempuh sekitar 1 jam dengan mengendarai mobil.

Memangnya Kamu Siapa, Menajiskan Logat orang?

Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland

"Ih, najis logatnya!". Begitu pernah saya dengar komentar seseorang dari daerah A tentang logat penutur dari daerah B. Rupanya masih ada orang Indonesia yang menganggap, logat normal hanyalah logat seperti dalam film dan sinetron Indonesia. Seperti katak dalam tempurung, lupa bahwa di Indonesia ada lebih dari 1100 bahasa daerah, 714 suku, belum lagi berapa ratus dialek dan logat. Ini belum disadari sebagai kekayaan budaya. Malah dianggap sebagai sesuatu yang najis. Inilah sesat pikir yang akut. Saya pikir, memangnya siapa orang itu, sehingga menajiskan orang lain hanya karena logatnya?

Asyiknya Lebaran Jadul

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

Ini nostalgia masa kanak-kanak, ketika saya belum hijrah ke Belanda. Saat masih di Makassar, di belakang tembok kompleks perumahan kami, ada perkampungan penduduk asli Makassar. Mereka umumnya tukang becak, ada juga nelayan. Kami yang tinggal di kompleks, menyebut pemukiman di belakang tembok itu sebagai “kampung”. Dan dari “kampung” inilah saya bisa merasakan keindahan momen Idul Fitri, yang memberi pelajaran berharga.