Wanita Berkumis yang Dirajam Sampai Cantik

Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland

*Ulasan sederhana ini dipersembahkan untuk mereka yang terbuang dan putus asa. Kegagalan, sakit dan derita bukanlah kesia-siaan, melainkan bentuk awal dari sebuah anugerah (quote by Walentina Waluyanti ™).

Dia memang cantik. Kecantikan khas Latin. Rambutnya sedikit berombak, legam, panjang, tebal. Alisnya yang hitam lebat semakin menguatkan sinar matanya yang begitu kuat menghujam. Tarikan bibirnya menggambarkan kekerasan hatinya.

1frida1

Rasa sakit yang merajamnya sepanjang hidup tak dibiarkannya melunturkan kecantikannya.

Penampilannya selalu terawat, fashionable dan modis sesuai jamannya. Tatanan rambutnya selalu tertata cantik. Kadang diselipkannya sekuntum bunga yang mempermanis gelungan rambutnya. Gaya berbusana dan perhiasan yang dikenakannya menunjukkan cita rasa seninya. Hingga kini bahkan gaya dan penampilannya tetap jadi catatan tersendiri di dunia fashion.

Oh ya, masih ada "trade mark"-nya yang terkenal. Yaitu nampak sedikit tersamar "kumis" halus di atas bibirnya. Trade mark ini memberi sentuhan khas pada setiap karyanya yang apa pun tema-nya, hampir seluruhnya menampilkan potret dirinya.

1frida2

1frida3

Nasib membuatnya hampir sepanjang hidup dirajam rasa sakit. Hampir setiap helaan nafasnya adalah hirupan perih. Yang membuatnya merasa begitu sakit. Sakit sesakit-sakitnya.

Karena begitu akrabnya dengan rasa sakit, rasa itu seakan begitu dijiwainya. Dihayati dengan penuh penghayatan.

Begitu dihayatinya, sehingga dia tidak bisa lagi mengatakan "rasa sakit itu tak terlukiskan". Karena memang dia bisa dengan jelas melukiskan rasa sakitnya. Dia bisa menuangkannya ke dalam kanvas. Diterjemahkannya rasa sakit itu menjadi sebuah keindahan. Keindahan yang mencekam.

Kesan mencekam tentang kesakitan dalam karyanya, bisa dihadirkannya dalam alam surealisme yang begitu mencengangkan. Ajaib!

1frida4

Bagaimana mungkin seorang wanita seringkih dia bisa memvisualisasikan rasa yang tak nampak itu menjadi begitu dahsyat? Sangat brilyan.

Seperti dikatakannya, "my painting carries with it the message of pain".

Dirajam sampai mati? Rupanya buat Frida Kahlo, itu no way. Baginya, dia boleh saja mati karena sakitnya. Tapi bukan karena rajaman. Semakin rasa sakit itu merajamnya, semakin kuat ditancapkannya keindahan dan kecantikan seni itu di atas kanvasnya.

Sakit yang merajam fisik dan batinnya telah mengilhaminya melahirkan sebuah karya surealis cantik, secantik pelukisnya sendiri.

1frida5

Frida Kahlo lahir 6 Juli 1907, adalah pelukis asal Mexico. Lukisannya yang bergaya surealisme dengan sentuhan realisme dan simbolisme adalah warisan penting bagi dunia seni rupa internasional.

Ketika berusia 6 tahun, polio menyerangnya. Itu menyebabkan satu kakinya cacat dan mengecil. Cacat itu rupanya belum cukup. Di usia 17 tahun dia harus menerima cacat berikutnya. Suatu siang sebuah trem menerjang bus yang ditumpanginya. Tulang leher, tulang bahu dan tulang selangkangan-nya patah. Tulang belakangnya ikut patah di tiga tempat. Seakan belum cukup, kaki kanannya juga patah di beberapa tempat.

Kondisinya sedemikian mengenaskan. Hingga dokter saja pesimis apakah bisa menyelamatkannya. Sulit dipercaya ada orang yang masih bisa hidup dengan kerusakan fisik separah itu.

Sungguh malang Frida yang sudah cacat sejak kecil.

Musibah ini membuat dirinya harus kembali menerima cacat yang lebih berat. Selain divonis tak akan pernah bisa hamil, juga harus mengenakan korset penyangga tubuh sampai akhir hayatnya. Bukan cuma itu. Rasa sakit akibat musibah di usianya yang ke-17 itu, bahkan tak pernah lenyap sampai meninggal di usianya yang ke-47, tanggal 13 Juli 1954.

Tak terbayangkan bagaimana menjalani hari demi hari dengan menahan perih tak terkira yang merajam seluruh tubuh....sepanjang hidup! Kurang lebih 35 kali operasi demi operasi yang harus dijalaninya.

Kondisi ini membuatnya lebih banyak berbaring di tempat tidur. Untuk membuat rasa sakitnya sedikit teralihkan, orangtuanya memberinya seperangkat alat melukis.

Di usianya yang ke-21, Frida menikah dengan pelukis terkenal dan aktivis komunis Mexico, Diego Rivera yang berusia 43 tahun.

1frida6

Diego adalah seorang pelukis mural yang dikaguminya dan juga mengaguminya. Di mata Diego, kecacatan Frida malah semakin mencuatkan kecantikannya yang bagai magnet.

Sebenarnya daya magnet Frida yang utama bukan sekedar kecantikannya. Tapi juga kepribadian, bakat dan kecerdasannya.

Wanita ini memang hebat. Cacat tapi penuh percaya diri. Kekurangan fisiknya tidak menjadi halangan dalam bergaul. Pergaulan selebritis berhasil ditembusnya dengan pesonanya.

Kecerdasan dan kecantikannya menarik perhatian beberapa tokoh penting hingga menjadi akrab dengannya. Kharisma-nya berhasil memikat kalangan atas.

Tak kurang figur terkenal seperti Leon Trotsky, revolusioner dan pemikir Marxist dari Rusia terpana pada Frida. Bahkan disebut-sebut ada affair antara Frida dan Trotsky. Andre Breton seorang penulis, pemikir dan teorikus surealisme asal Perancis juga diketahui sangat dekat dengan Frida. 1frida7Di tengah sakitnya, sebagai penganut komunis Frida juga mengaspirasikan kecenderungan politiknya dengan aktif di dunia politik.

Sementara itu, sakit lainnya rupanya masih juga mengintai Frida.

Dalam perjalanan hidupnya kemudian, masih harus diterimanya pula sakit batin akibat perkawinannya yang tak harmonis. Suaminya, Diego yang walaupun fisiknya sama sekali tidak menarik, memang dikagumi banyak wanita. Tapi bukan itu soalnya. Diego si seniman kawakan ini terkenal mata keranjang dan suka main perempuan. Walaupun Frida juga tak kalah binalnya dengan beberapa petualangan asmaranya, kelakuan Diego itu tetap saja menyakitkan hatinya. Keduanya sempat bercerai. Sesudahnya kemudian mencoba rujuk dan menikah kembali. Tapi tetap saja mereka harus kembali berpisah.

Ini semakin memukul batin Frida. Penderitaannya lengkap sudah. Sakit lahir batin.

Dalam keadaan demikian, pelariannya hanyalah kwas, kanvas dan cat. Bakat melukisnya tidak sia-sia. Obyeknya tidak jauh-jauh. Yaitu dirinya sendiri dan rasa sakit itu sendiri yang seolah bisa dilihatnya tajam dengan mata senimannya.

Berawal dari atas ranjang, tergolek lemah tak berdaya, dengan erangan menahan sakit, Frida mengukir sejarah yang dicatat dunia. Tidak saja sejarah hidupnya. Bahkan juga sejarah seni lukis Mexico, tanah airnya.

Sejarah itu diukirnya melalui jari jemarinya yang lincah mengayunkan kwas di atas kanvas. Di kanvas itu diguratkannya lolongan jiwanya.

Frida Kahlo tercatat sebagai seniman Mexico abad 20 pertama yang karyanya dibeli dan dikoleksi oleh museum internasional, Museum Louvre Perancis. Keunikan dan orisinalitas karyanya mencengangkan dunia.

1frida8

Tragedi hidupnya adalah inspirasi bagi dunia. Kisah hidupnya sempat pula difilmkan dengan judul "Frida" yang diperankan oleh Salma Hayek, dengan sutradara Julie Taymor.

Dalam melahirkan maha karya, termasuk karya seni memang dibutuhkan penjiwaan dan penghayatan. Hanya ini modal utama yang bisa membuat sebuah karya nampak matang dan dalam. Itu semua diperoleh Frida tidak serta merta begitu saja. Semua itu diperolehnya melalui kemampuannya secara positif mengolah tragedi menjadi berkah. Pelajaran tentang ini ditangkap dengan tangkas oleh kesenimanan Frida, walaupun tak mengenyam pendidikan akademi seni.

Frida Kahlo telah mengajarkan bahwa tragedi bukanlah kesia-siaan.

Sumbangannya bagi dunia bukan sekedar keunikan surealisme-nya yang tersohor. Tapi masih ada sumbangan yang tak kalah penting. Yaitu menginspirasi orang bagaimana menyiasati rasa sakit, kepedihan dan keperihan.

Rasa sakit yang mendera itu mampu didaur-ulang olehnya menjadi obat yang diciptakannya sendiri. Obat yang menggempur kepedihannya, melalui fantasi-fantasi seni dan cita rasanya.

Sakit boleh saja mengalahkan raga, tapi tidak daya intelektualitas.

fr-wwWalentina Waluyanti

About Me

 {backbutton}

Add comment