Layla, Cinta Segi Tiga Gigi Kelinci
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Kodrat cinta selalu menuntut kesetiaan cinta. Mungkin karena itu, cinta segi tiga selalu berujung keruwetan. Menguras energi. Cuma bikin sengsara. Atau malah nikmat? Ya sudah. Kalau begitu, bilang saja nikmat yang membawa sengsara. Sudah banyak contoh. Misalnya Prince Charles, Lady Di dan Camilla. Walaupun bukan penyebab langsung, tapi Lady Di akhirnya meninggal di tengah berita maraknya kisah cinta segi tiga itu.
Bagaimana kisah cinta segi lokal? Yang bikin heboh, di antaranya putra ganteng Pak Harto: Bambang Trihatmodjo, Halimah dan Mayang Sari. Sampai berita sandal Halimah yang copot sebelah sewaktu melabrak dan melempari rumah madunya, jadi berita utama. Nggak penting banget. Tapi bikin koran laku keras. Cinta segi tiga yang tak kalah sensasional, misalnya kisah cinta seorang da'i beken. Banyak ibu-ibu protes. Soalnya takut juga kalau suami-suami mereka jadi ikut-ikutan, dengan alasan, “tuh da'i soleh aja poligami, masak ane nyang juga soleh kagak boleh?”.
Namun apakah semua kisah cinta segi tiga hanyalah kisah menyebalkan yang tak berarti? Tergantung mau melihatnya dari sisi mana.
Ada juga kisah cinta segi tiga yang mungkin cuma menyebalkan orang-orang yang terlibat, tapi efeknya bisa menghibur dunia. Menghibur bukan karena sensasinya. Juga bukan karena kisah cinta segi tiga itu mau diteladani. Tapi orang terhibur oleh karya apik kreatif di baliknya!
Karya kreatif itu adalah lagu terkenal “Layla”, yang tetap diperdengarkan hingga kini. Siapa sangka lagu yang digemari jutaan orang di dunia itu, lahir dari uniknya sebuah kisah cinta segi tiga? Dan lagu itu diciptakan oleh seorang pemusik legendaris demi memperebutkan sang wanita pujaan. Wanita cantik dengan gigi kelinci!
Mungkin cuma dia satu-satunya wanita di dunia ini yang jadi rebutan rockers legendaris kelas dunia. Bahkan tercatat beberapa lagu terkenal yang khusus digubah untuknya.
Sebut saja nama-nama rockers yang memperebutkannya. Eric Clapton, George Harrison, Ron Wood, Mick Jagger, dan John Lennon. Dua nama yang disebut belakangan memang mengaku gagal dengan PDKT-nya. Tapi paling tidak, kalau nama-nama hebat itu sempat jungkir balik gara-gara wanita ini...wanita macam apa sih dia ini?
Satu ciri khas-nya yaitu gigi depannya yang mirip gigi kelinci, dengan sedikit celah di antaranya. Gara-gara giginya ini, dia sempat ditolak agen model. Dianggap tidak menarik oleh fotografer. “Mana ada model yang bergigi kelinci?”. Tapi ejekan itu tidak membuatnya menyerah. Dia tetap merangsek maju meraih cita-citanya untuk menjadi model. Gigi kelinci? Siapa takut?
Patty Boyd, si gadis bergigi kelinci itu adalah salah satu icon kecantikan dunia di tahun 1960-an. Kecantikannya memantulkan pancaran innocence. Matanya bulat bening. Ekspresinya bagai gadis kecil tak berdosa. Dan gigi kelinci-nya itu malah jadi trade mark-nya yang mengokohkan eksistensinya di dunia model. Namanya sejajar dengan Twiggy, model papan atas dunia di masa itu.
Tapi sebetulnya yang menarik dari Patty bukan karena dia model terkenal. Ada yang lebih unik. Uniknya, karena mana ada sih wanita di dunia ini yang sanggup bikin dua rockers legendaris menciptakan lagu khusus untuknya? Tidak tanggung-tanggung. Semua lagu yang diciptakan untuknya itu, tercatat dalam daftar lagu terbaik dunia.
Selain Layla, siapa yang tidak kenal lagu Wonderful Tonight dan Bell Bottom Blues karya Eric Clapton? Juga lagu Something dan For You Blue karya George Harrison dari The Beatles? Lagu-lagu itu memang dipersembahkan khusus buat Patty Boyd.
Khusus tentang lagu Layla, lagu ini bukan sekedar lagu cinta biasa. Lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Eric Clapton ini menyimpan kisah unik di baliknya. Karena lagu itu tercipta dari kisah nyata cinta segi tiga unik di antara tiga sahabat. Yaitu antara Patty Boyd, George Harrison gitaris The Beatles, dan Eric Clapton yang terkenal sebagai gitaris terbaik dunia selain sebagai penyanyi, pencipta lagu, rocker, komposer dan arranger.
Sebetulnya saya enggan menceritakan lebih jauh. Karena titik berat tulisan ini bukan pada sensasi kisah cinta itu. Lagi pula kisah itu bisa dibaca dari banyak sumber. Tapi toh rasanya kurang lengkap kalau ulasan ini tidak diselipkan sekilas latar belakang cerita. Jadi daripada nanti ulasan ini menghasilkan refleksi setengah matang, lebih baik dilanjutkan saja nyerocos ini.
Kisahnya bermula di tahun 1960-an. Ketika itu Patty Boyd masih berstatus istri George Harrison. Sebagai sesama musisi asal Inggris, George Harrison dan Eric Clapton bersahabat kental. Eric sangat sering menyambangi George di rumahnya yang mewah dan besar. Urusannya apalagi kalau bukan soal musik.
Dari seringnya mengunjungi George itu, lama-lama Eric mulai tertarik dengan si nyonya rumah, Patty yang cantik jelita. Kalau cuma sekedar tertarik, mungkin masih normal-normal saja. Namanya saja laki-laki normal. Wanita saja senang melihat sesamanya yang cantik. Apa lagi laki-laki. Pria normal mana yang tidak suka melihat wanita cantik?
Tapi buat Eric Clapton, lain ceritanya. Dia tidak cuma sekedar terpesona dengan kejelitaan Patty. Lebih dari itu, dia juga mulai berangan-angan ingin memiliki istri sahabat baiknya itu. Wah, ini sudah bukan main-main lagi urusannya.
Kecantikan Patty Boyd benar-benar membuatnya klepek-klepek. Dia sudah menjadi begitu obsesif dengan wanita ini. Tapi terganjal satu hal. Bagaimana mungkin menjalin hubungan dengan wanita yang terikat perkawinan dengan sahabat sendiri? Pacaran dengan istri sahabat? Bukan cuma sahabat biasa. Tapi George itu sahabat terbaiknya. Itu namanya teman makan teman. Tapi kalau cuma memendam perasaan itu, rasanya Eric tidak tahan lagi.
Akhirnya situasi berkembang menjadi menguntungkan juga buat Eric Clapton. Kondisi pernikahan Patty dan George memburuk. Gara-garanya klise. George sudah terkena super-star syndrome. Dikejar-kejar banyak cewek cantik, membuatnya lupa istri. Akibatnya Patty jadi kesepian. Istri cantik di-anggurin? Kebetulan nih...kira-kira begitulah yang dipikirkan si Eric.
Melihat situasi itu, Eric semakin agresif melancarkan “misi”-nya. Suatu hari dimintanya Patty datang ke flat-nya. Alasannya, dia ingin memperdengarkan lagu yang baru diciptakannya. Patty meluncur ke flat Eric. Begitu Patty tiba, Eric menyetel tape recorder. Kepada wanita pujaannya itu, diperdengarkannya lagu yang baru saja diciptakannya. Eric ingin Patty menjadi orang pertama yang mendengar lagu itu. Lagu Layla.
Kisah Laila Majnun karya pujangga Persia Ganjavi Nizami, dikatakan Eric telah menginspirasinya untuk membuat lagu itu. Liriknya bercerita tentang ratapan putus asa seorang pria karena cintanya terhadap seorang wanita. Soalnya wanita itu tak bisa dimiliki. Persis menggambarkan perasaan Eric Clapton terhadap Patty Boyd.
Rupanya beginilah caranya kalau seorang musisi sudah kebelet menyatakan cintanya.
Eric berusaha mempengaruhi Patty bahwa lebih baik si gigi kelinci itu secepatnya meninggalkan suaminya. Bak kampanye pilpres, singkatnya Eric ingin bilang “Pilihlah aku, darling!”.
Dalam wawancaranya, Patty kemudian mengakui bahwa akhirnya dia mulai menikmati perhatian Eric. Patty yang jarang bertemu George, mulai sadar ada seorang pria yang membuatnya merasa menarik sebagai wanita. Perhatian dan pemujaan Eric kepadanya membuatnya sadar bahwa semua itu sudah lama tidak lagi diperolehnya dari George.
Puncaknya kemudian terjadi dalam sebuah pesta. Di pesta itu, George mencari-cari istrinya. Ketika ke kebun, didapatinya Patty dan Eric tampak begitu intim. George tanya, “ada apa ini?”. Dengan jantan akhirnya Eric berterus terang. “Saya mesti bilang, saya jatuh cinta dengan istrimu, man!”. Mendengar pengakuan Eric itu, Patty menggambarkan perasaannya dalam wawancaranya kemudian, “I wanted to die”.
George tidak bisa menutupi kemarahannya. Dia mengultimatum Patty, “Kamu mau ikut saya atau dia?”. Kontan Patty memutuskan mengikuti George pulang ke rumah.
Yang menarik, Eric yang memang tukang mabuk, dalam keadaan mabuk, masih juga punya nyali menantang George. Dasar pemabuk! Sudah merebut istri teman, masih petantang petenteng pula. Didatanginya George dan Patty di rumah mereka.
Dan apakah kedua lelaki itu duel? Ya! Tapi bukan adu jotos ataupun adu samurai. Tapi duel cara musisi. Duel dua satria bergitar. Dalam diam, selama dua jam keduanya duel main gitar. Menurut Patty, bahkan dalam keadaan mabuk pun, permainan gitar Eric Clapton tetap tak tertandingi. Dengan kata lain, pemenang duel gitar itu adalah Eric. Walaaah, pantas saja disebut gitaris kelas dunia. Lha wong mabuk saja, bisa menang duel gitar.
Tak beberapa lama sesudah itu, Patty memutuskan meninggalkan George dengan derai air mata. Karena George sudah tak perduli lagi padanya. Patty lalu menyusul Eric Clapton ke Amerika. Episode lembaran hidup baru mereka pun dimulai.
Setiap mendengar lagu Layla, saya selalu terbuai oleh ratapan dan cabikan gitar Eric Clapton di lagu itu. Lagu ini banyak diperdengarkan Eric Clapton dalam berbagai versi. Dari versi mellow sampai versi rock.Karena saya penggemar musik rock, saya sangat menyukai Layla dalam versi rock. Hentakan nuansa rock pada gitar terdengar bagai ode ratapan tanpa menghilangkan kesan perkasa lelaki.
Diawali dengan raungan intro gitar yang menghentak garang. Komposisi dan aransemen lagu itu begitu indah. Ratapan seorang laki-laki yang mengimpikan cintanya betul-betul terwakili oleh lagu itu. Laki-laki yang bercitra perkasa, bisa juga rapuh karena mengejar cinta tak sampai, terlukis kuat di dalam lagu itu.
Semua penggambaran itu terjalin apik dalam harmonisasi antara raungan gitar, komposisi dan aransemen yang begitu syahdu mengesankan. Tidak heran jika lagu itu tetap disukai hingga kini.
Lagu itu mungkin hanya kisah sedih cinta segi tiga buat ketiga pelakonnya. Tapi malah menjadi tembang hiburan yang menggema di se-antero dunia. Bahkan teknik petikan gitar Eric di lagu itu, menjadi bahasan khusus bagi para peminat gitar.
Eric dan George akhirnya saling memaafkan. Bahkan mereka kemudian secara bercanda menyebut diri dan saling memanggil satu sama lain “husband-in-law”. Persahabatan mereka tetap langgeng sampai meninggalnya George. Tapi tidak demikian dengan cinta Eric dan Patty.
Kisah di balik lagu Layla bagai menyiratkan sesuatu. Yaitu memaafkan pengkhianatan dalam persahabatan tak semudah memaafkan pengkhianatan cinta. Persahabatan antara Eric dan George memang pernah ternoda. Tapi dengan jiwa besar mereka kembali bisa merekatkan persahabatan sejati. Sayangnya itu tak semudah merekat cinta sejati. Jatuh cinta mungkin mudah.Tapi merawat cinta agar tetap tumbuh subur, sungguh sulit. Tanpa dirawat, cinta yang di awalnya begitu menggebu-gebu diperjuangkan dengan penuh pengorbanan, bisa menjadi cinta yang hilang tak tersisa.
Dan memang begitulah yang terjadi dengan Eric dan Patty dalam perjalanan cintanya kemudian. Mereka akhirnya harus berpisah. Setelah 14 tahun bersama, perkawinan mereka akhirnya bubar. Cinta yang diawali dengan pengkhianatan itu, akhirnya juga berakhir dengan pengkhianatan cinta Eric terhadap Patty....Walentina Waluyanti
Penulis "Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen"
{backbutton}