Corona: Usai Koma 10 Hari,  Warga Sambut Meriah

Walentina Waluyanti – Belanda

Pada artikel sebelumnya telah ditulis tentang Sehraz Mohmand, remaja 16 tahun yang terkena corona dan terbaring di ruang ICU Rumah Sakit Erasmus MC Sophia Kinderziekenhuis in Rotterdam, Belanda. (Baca: Remaja 16 Tahun Ini Terbaring Koma di ICU).

 CoronaUsai 01

Sehraz usai koma 10 hari di Rumah Sakit Erasmus MC Sophia Kinderziekenhuis in Rotterdam, Belanda (Fot: Bredavandag)

Setelah 10 hari dirawat dengan alat bantu nafas, remaja ini pulih dan boleh pulang ke rumah. Sehraz tinggal di Breda, Propinsi Noord-Brabant, wilayah yang paling terdampak oleh corona. Tadinya ia dirawat di Breda, namun karena kondisinya, ia dipindahkan ke rumah sakit di Rotterdam.

Saat di ruang ICU, Sehraz dirawat dengan ventilator atau alat bantu nafas. Ia sengaja ditidurkan, sebab tidak bisa bernafas sendiri. Sebelumnya dokter mengatakan peluang hidupnya adalah fifty-fifty.

CoronaUsai 02

Kepulangan Sehraz disambut warga (Foto: hartvannederland)

Saat di ruang ICU, Sehraz sengaja ditidurkan, karena cara kerja ventilator adalah dengan menggunakan tekanan untuk mendorong udara ke dalam paru-paru. Cara kerja alat ini membuat tubuh pasien tidak akan mungkin bisa menolerir, jika pasien masih dalam keadaan terjaga. Jumlah oksigen yang didorong bisa dikontrol melalui monitor yang tersambung dengan ventilator.

Kepulangan Sehraz ke rumah disambut meriah oleh warga. Walikota setempat menghias jalan di sekitar rumah Sehraz, dengan slinger dan balon. Ada spanduk besar bertuliskan, “Welkom thuis Sehraz” artinya “Welcome at home Sehraz”. Tentu saja meskipun disambut meriah, warga tetap menjaga jarak 1,5 meter satu sama lain, seperti yang diserukan pemerintah Belanda.

CoronaUsai 03

Kepulangan Sehraz disambut meriah oleh warga. (Foto: Telegraaf)

Sebelumnya Sehraz dilarikan ke rumah sakit karena mengalami kesulitan bernafas. Ia positif terinfeksi corona. Tidak semua pasien corona mengalami gejala sesak nafas. Banyak juga yang mengalami gejala ringan. Namun sesak nafas atau sulit bernafas, adalah salah satu gejala terinfeksi virus corona atau covid-19, karena  paru-paru tidak lagi mampu menyerap oksigen yang cukup. Sehingga pasien harus memakai ventilator. Tujuan penggunaan alat ini adalah agar pasien mendapat asupan oksigen yang cukup. Ventilator  'menghembuskan' oksigen ke dalam tubuh dan mengeluarkan karbon dioksida dalam tubuh.

Seorang spesialis medis, dokter Mark Subert mengatakan tentang pasien yang sengaja ditidurkan di ruang ICU. “Ini adalah salah satu cara kami untuk mengulur waktu. Terserah kepada tubuh untuk  ‘membersihkan virus itu sendiri’. Belum ada obat yang ditemukan untuk virus  ini. Beberapa pasien menerima terapi sesuai hasil penelitian yang ada, dengan harapan ini akan berhasil. Namun hasilnya belum diketahui.

CoronaUsai 04

Sehraz saat koma di ruang ICU

Pasien berhak mengetahui risiko penggunaan alat bantu pernafasan

"Ketika merawat pasien dengan COVID-19 di ICU, Anda harus terus-menerus berada di ujung tombak dalam hal mengendalikan ventilator untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada paru-paru," dokter Seubert menjelaskan. Pemakaian ventilator ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu, ini cukup lama, mengingat rata-rata pasien biasanya dirawat di ICU selama beberapa hari.

Sebelum pasien dirawat di ICU, dokter akan menjelaskan gambaran klinis dengan segala risiko yang akan terjadi pada tubuh pasien akibat penggunaan ventilator. Misalnya bisa terjadi infeksi dan cedera pada paru-paru, keracunan oksigen, gangguan aliran darah, dan sejumlah risiko lainnya. Risiko ini bisa berakibat buruk. Pasien berhak mengetahui efek samping apa saja yang bisa tarjadi akibat penggunaan alat bantu pernafasan atau ventilator. Oleh karena ventilator bisa berisiko buruk, dokter harus memperoleh persetujuan pasien ataupun keluarganya, sebelum merawat pasien di ICU.

“Pertimbangkan baik-baik segala risiko sebelum memutuskan apakah memang benar-benar ingin dirawat di ruang ICU,” kata dokter Seubert.

Walentina Waluyanti

Belanda, 26 Maret 2020