Bukan Pasien Depok, Bule Ini Pasien Pertama Corona di Indonesia (RSI Aisyiyah Malang)

Walentina Waluyanti – Belanda

PERINGATAN PADA PEMBACA: Artikel tentang kisah Joey Schouten di bawah ini, ditulis berdasarkan laporan beberapa media resmi di Belanda, di antaranya bndestem.nl ; ad.nl ; Eindhovens Dagblad. Setelah berita ini tersebar di whatsapp di Indonesia, ada klarifikasi dari RSI Aisyiyah Malang bahwa berita ini tidak benar, dengan alasan bahwa tidak pernah ada pasien bernama Helmonder Joey atau Joey Schouten. Perlu diketahui, "Helmonder" yang ditulis media Belanda itu bukanlah nama orang.  Helmonder itu dalam bahasa Belanda artinya "orang yang berasal dari kota Helmond". Dan Joey Schouten memang berasal dari kota Helmond. Sehingga media Belanda menyebut Joey Schouten sebagai "Helmonder" (berasal dari Helmond, tapi Helmonder itu bukan nama orang. 

Satu setengah bulan sebelum kasus corona pertama di Indonesia terdeteksi, seorang pemuda asal Belanda ternyata pernah dirawat di RSI Aisyiyah Malang di Jawa TImur, meskipun saat itu belum diketahui bahwa ia terkena corona. Pada 22 Januari, pemuda bule ini sudah menjadi pasien corona pertama di Indonesia, sebelum Presiden Jokowi mengumumkan pasien corona pertama dari Depok pada 2 Maret 2020.

Joey Schouten (21), pemuda dari Helmond Belanda ini bahkan tidak hanya diduga menjadi pasien (yang terdeteksi) corona pertama di Indonesia, tetapi juga diduga dia adalah pasien corona pertama di Belanda.

Di Belanda, Joey tinggal di wilayah yang sejak akhir Februari merupakan wilayah pertama dan yang terparah terhantam oleh corona. Propinsi tempat tinggal Joey adalah Propinsi Noord-Brabant, dengan jumlah korban corona yang tertinggi di Belanda. 

Bagaimana kisahnya sehingga Joey tertular virus corona, yang tanpa sadar mungkin menularkannya ke tempat-tempat yang dikunjunginya? Sejak Januari, tanpa mengetahui bahwa tubuhnya mengidap virus Corona, dia telah menyinggahi Singapura, Indonesia, sebelum akhirnya kembali ke Belanda, kemudian berkunjung ke Spanyol. Berikut ini kronologi bagaimana Joey terkena virus corona dan jejak yang ditinggalkannya mulai dari Asia hingga Eropa. 

sebelum pasien 01

Joey Schouten dirawat 9 hari di RSI Aisyiyah di Malang Timur sejak 22 Januari 2020. Dua bulan kemudian baru diketahuinya bahwa dia terinfeksi corona. (Foto: Joey Schouten)

Pada awal Januari, setelah menyelesaikan studi Desain Grafis, Joey Schouten berkunjung ke Singapura. Di Singapura, Joey mengunjungi Chinatown.  Di sana banyak turis Cina yang berbelanja keperluan untuk Tahun Baru Cina.

Saat itu belum banyak orang mengenakan masker wajah. Otoritas setempat hanya memperingatkan tentang "penyakit paru-paru misterius dari Cina" seminggu kemudian.

Dari Singapura, Joey lalu berkunjung ke Malang, Jawa Timur, Indonesia. Di Malang, Joey jatuh sakit. Kenalannya membawanya ke RSI Aisyiyah Malang. Dia menderita deman 41 derajat dan sempat pingsan. “Untuk pertama kali dalam hidup, saya pingsan,” kata Joey. Di rumah sakit, Joey diinfus dan diperiksa dengan alat sonografi. Dokter menduga Joey menderita flu parah dan memberinya beberapa jenis obat. Selama 9 hari di rumah sakit, ia merasa seakan hanya 3 hari. “Karena selama di rumah sakit, saya lebih banyak tidur, saya benar-benar merasa kelelahan,” kenang Joey.

Sementara Joey diopname selama 9 hari di rumah sakit, virus corona menjadi wabah yang mengancam Asia. Tetapi waktu itu, belum ada tanda-tanda corona sudah sampai di Indonesia.

Saat berbaring di rumah sakit, Joey membaca berita seputar virus corona yang melanda Wuhan. Terlintas di pikirannya, apakah gejala kena corona sama dengan gejala yang dialaminya? Tetapi apakah itu mungkin? Sebab Cina begitu jauh jaraknya dengan tempat di mana dia berbaring. Ah, rasanya tidak mungkin.

Ketika itu dokter di RSI Asyiyah di Malang tempat dia dirawat, tidak melakukan test corona terhadap Joey. Di Indonesia, isu virus corona saat itu masih tergolong isu baru. Tapi toh penyakitnya itu tetap membuat Joey gelisah.

sebelum pasien 02

Joey Schouten dirawat di RSI Asyiyah, Malang di Jawa Timur, 2 bulan kemudian baru diketahuinya bahwa ia mengidap corona. (Foto: Joey Schouten)

Pada 3 Februari, Joey menulis di Facebook menenangkan keluarga dan teman-temannya, “Tampaknya saya terkena virus gila ini, tapi tidak, saya rasa ini bukan corona.”

Sesudah 9 hari dirawat, Joey kembali pulih. Meskipun dokter tidak melakukan test corona padanya, tapi beberapa kali sampel darahnya sempat diambil, untuk disimpan selama 3 bulan. Selama hampir 3 bulan tanpa disadarinya sebetulnya dia telah menjadi pasien corona pertama (yang akhirnya terdeteksi) di Indonesia, juga di Belanda.

 

Terdeteksi corona 2 bulan setelah dirawat di Indonesia

Setelah pulih dari sakit, dari Indonesia Joey kembali ke Belanda. Dia ke rumah ibunya di Helmond. Dia berpikir, Eropa adalah tempat yang aman. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Spanyol. Ayahnya sejak beberapa tahun lalu pindah rumah dari Gemert Belanda, ke Malaga Spanyol.

Tetapi seminggu dia di Spanyol, negara di Eropa Selatan ini “lock-down”. Joey mulai bertanya-tanya, apa sebenarnya yang terjadi? Sakit yang dialaminya di Indonesia, terus menghantuinya. “Jangan-jangan saya mengidap corona,” Joey terus membatin.

Dilanda kegelisahan, akhirnya Joey mengontak dokter yang merawatnya saat diopname di RSI Aisyiyah Malang. Dia memohon pada dokter, agar sampel darahnya yang disimpan di rumah sakit, segera diperika apakah betul terkena virus corona? Hari Kamis 19 Maret, Joey menerima pesan whatsapp dari petugas medis, bahwa dia positif corona (COVID-19). Selengkapnya pesan whatsapp dari petugas medis Dhea Daritsh di RSI Aisyiyah Malang, di bawah ini: 

“Hallo Mas Joey,

Saya Dhea Daritsh dari RSI Aisyiyah Malang.

Terima kasih telah menghubungi saya tentang kunjungan sebelumnya pada 22 Januari 2020.

Saya harap Anda baik-baik saja.

Dari hasil tes darah sebelumnya kami dapat memberi Anda hasil bahwa Anda positif untuk virus corona (COVID-19) selama Anda tinggal di rumah sakit.

Jika Anda memiliki pertanyaan lain, Anda selalu dapat menghubungi saya...... "

sebelum pasien 03

 Pesan whatsapp dari dokter yang merawat Joey Schouten, memastikan bahwa Joey positif terkena virus corona/COVID-19. (Foto: Joey Schouten) 

 

Menjadi kebal?

"Aneh, sekarang setiap orang baru berbicara tentang corona, sementara saya baru saja melewatinya. Saya pikir saya telah membangun kekebalan, meskipun polisi Spanyol memperlakukan saya sama dengan setiap orang," kata Joey. Di Spanyol memang ada larangan bagi seluruh warga: dilarang keluar rumah tanpa keperluan mendesak.

Joey tidak tahu apakah dia telah menulari orang di Indonesia. Teman baiknya, yang bersamanya ketika dia di rumah sakit, tidak jatuh sakit. Menurut Joey, dia kembali ke Belanda ketika dia sudah benar-benar pulih dan kecil kemungkinan untuk menularkan virus. (Catatan: Sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang membuktikan: apakah mungkin orang yang pernah terinfeksi corona dan pulih, akan menjadi imun terhadap corona, dan tak akan bisa menularkan virus corona kepada orang lain).

Siapa pun dapat terkena virus corona dan meskipun banyak orang tua khususnya mengalami gejala serius, orang muda juga dapat menjadi sakit parah. Kata Joey, “Saya terutama ingin mengatakan bahwa jika Anda terkena virus ini, Anda harus mengkarantina diri. Untungnya, sekarang para dokter di Belanda telah mengetahui apa yang sedang terjadi. Sehingga kita bisa mengharapkan perawatan yang tepat. Karena itu, jangan terlalu khawatir." *** (Sumber: BNDestem)

Walentina Waluyanti

Belanda, 20 Maret 2020