Kesaksian Perawat Belanda yang Pulih dari Virus Corona
[13-3-2020] – Pasien corona ini menyatakan corona tidak lebih buruk dari flu biasa. Masak sih? Namun demikian, tak ada ruginya menyimak pengalamannya. Meskipun ia seorang perawat, tapi ia juga sempat diabaikan oleh instansi kesehatan di Amsterdam. Padahal dokter sudah merujuk bahwa ia harus segera menjalani test corona.
Pria Belanda ini, Sebastiaan Koops (31) warga Amsterdam Utara terinfeksi virus corona seminggu yang lalu saat bermain ski di Austria, Ischgl. Ia sekarang dikarantinakan di rumah bersama istri dan 2 anaknya. Ia menceritakan bagaimana ia tertular virus dan kemudian membaik setelah demam 3 hari. Bekerja sebagai perawat, namun ia terjangkit virus corona bukan saat bertugas, melainkan saat berlibur di Austria. Kisahnya diceritakan oleh media Belanda “Trouw”.
Daerah ski Ischgl di Austria
Jumat 6 Maret
Setelah seharian berada di lereng bersalju, Sebastiaan Koops dan 3 temannya memasuki cafe Kitzloch di desa ski Austria, Ischgl. Salah satu dari mereka memesan bir di bar. Setelah setengah jam, musik berhenti, lampu menyala dan semua tamu diminta pulang. Apa sebabnya, pihak cafe tidak menjelaskan. Teman Sebastiaan yang baru saja menenggak bir pertamanya, merasa aneh, tetapi mereka semua kembali ke apartemen. Sudah seminggu mereka berlibur, esok mereka harus kembali ke Belanda.
Sabtu, 7 Maret
Tiga dari empat teman, termasuk Sebastian, bersama-sama dalam satu mobil kembali ke Belanda. Mereka menurunkan Sebastiaan di Amsterdam. Lebih dari 10 jam mereka bersama di dalam mobil. Selama itu tidak ada yang merasa sakit selain mabuk biasa setelah seminggu bermain ski.
Minggu 8 Maret
Sebastiaan merasa baik-baik saja. Namun ia terkejut ketika membaca situs Kementerian Kesehatan Austria tentang daerah yang baru saja dikunjunginya selama berlibur di Austria, yaitu Ischgl, termasuk tentang cafe Kitzloch.
Seketika itu juga ia mengerti mengapa ketika berkunjung ke cafe Kitzloch di Austria, semua pengunjung diminta untuk segera meninggalkan cafe. Situs itu memberitakan tentang orang-orang di Ischgl telah ditest positif terhadap virus corona, termasuk bartender asal Norwegia dari cafe Kitzloch. Seorang dokter berkomentar dalam berita tersebut, "Penularan virus ke para tamu di cafe sangat tidak mungkin". Sementara itu terdengar kabar, teman seperjalanan Sebastian, yang membeli bir di bar, mulai batuk dan terserang demam.
Senin 9 Maret
Sebastiaan masih tetap di rumah di Amsterdam Utara, menjaga anak-anak, tetapi ia merasa tidak enak badan . Ia merasa lelah, lesu, seakan mabuknya berlangsung lebih lama. Pada sore hari ia merasa semakin sakit dan mulai batuk. Sementara itu ia mendapat kabar teman perjalanannya sekarang terbaring di tempat tidur dan menderita demam tinggi.
Sebastiaan ragu apakah ia harus pergi bekerja. Ia adalah asisten ahli anestesi di Rumah Sakit UMC Amsterdam. Badan Kesehatan Nasional Belanda (RIVM) dan WHO tidak mengidentifikasi Ischgl dan Tirol di Austria sebagai area risiko corona, padahal kedua lembaga kesehatan tadi merupakan sumber informasi yang diandalkan semua Rumah Sakit di Belanda. Sebastiaan merasa sakitnya makin memburuk. Entah itu corona atau bukan, yang jelas sudah tak mungkin kalau besok masuk kerja.
Selasa, 10 Maret
Sebastian mulai demam dan merasa tidak enak. Ia merasa begitu lemah, sehingga semalam hampir tak bisa menapakkan kaki di tangga rumahnya untuk naik ke ruang atas. Dokter yang dihubunginya, kemudian menelepon Puskesmas (GGD) Amsterdam. (Prosedurnya, pasien diduga corona akan ditangani oleh Puskesmas/GGD atas rujukan dokter). Tetapi seharian pada hari Selasa itu, Puskesmas sama sekali tidak menghubungi Sebastiaan. Sementara itu kedua anaknya berusia 1 dan 3 tahun juga sudah mulai sakit. Teman seperjalanan saat liburan yang tinggal di Langedijk, telah mendapat kunjungan dari Puskesmas GGD Noord-Holland Utara. Di malam hari, ia mendapat kabar, dari hasil test, temannya itu positif terinfeksi virus corona. Maka sudah jelas bagi Sebastiaan dan istrinya Hanneke, sangat mungkin bahwa virus corona juga telah menjangkiti mereka. Sejak saat itu mereka berinisiatif melakukan karantina di rumah.
Rabu 11 Maret
Puskesmas GGD Noord-Holland Utara sedang melakukan pelacakan kontak. Rupanya mereka sedang melacak siapa saja yang telah melakukan kontak dengan pasien mereka. Salah satu yang terlacak adalah Sebastiaan yang tinggal di Amsterdam. Mereka tak habis pikir, setelah mereka mendengar bahwa Sebastiaan sampai saat itu belum dihubungi Puskesmas Amsterdam.
Padahal Sebastian yang sakit sudah melapor kepada dokter, dan dokter sudah melapor kepada Puskesmas Amsterdam, tapi Puskesmas Amsterdam tetap belum datang. Maka petugas Puskesmas Noord-Holland Utara berjanji untuk menghubungi rekan-rekannya di Puskesmas Amsterdam untuk menjelaskan betapa seriusnya situasi.
Siang harinya, Hanneke, istri Sebastiaan sekali lagi mendesak dokter untuk melakukan sesuatu. Setelah dokter menghubungi Puskesmas GGD Amsterdam, akhirnya Puskesmas menghubungi Sebastiaan. Mereka berjanji akan datang pada malam itu untuk melakukan test, tetapi janji ini tidak ditepati.
Sebastiaan hanya disarankan oleh Puskesmas, untuk mengisolasi diri di kamar terpisah dari anak istri. Sebastiaan mengesampingkan saran ini, karena toh ia sudah sakit selama 24 jam dan selama itu ia sudah berada di antara istri dan anak-anaknya. Sehingga mengisolasi diri di kamar terpisah, tidak akan berpengaruh apa-apa. Ibu mertuanya membantu mereka berbelanja. Tas belanja berisi kebutuhan sehari-hari diletakkannya di pintu.
Kamis 12 Maret
Di pagi hari, 2 petugas Puskesmas GGD Amsterdam yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul. Sesaat sebelum mereka tiba di depan pintu, petugas menelepon Sebastiaan untuk membuka pintu. Dan Sebastiaan diminta segera masuk ke ruang tamu, sehingga di koridor sebelum memasuki ruang tamu, kedua petugas bisa mengenakan pakaian pelindung.
Petugas GGD Amsterdam menggunakan kapas untuk mengambil sampel lendir dari Sebastiaan (Foto: Prive/Het Parool)
Petugas mengenakan terusan kuning sekali pakai, dengan kacamata dan sarung tangan pelindung. Mereka meminta Sebastian duduk dan menundukkan kepalanya. Bulatan kapas besar sekitar 10 cm dimasukkan jauh ke dalam lubang hidungnya. Gunanya untuk mengambil sampel lendir dari saluran napas karena virus mengendap di sana. Menurut Sebastian, rasanya sangat tidak nyaman, "seolah-olah otak saya sedang digelitik.”Bulatan kapas berikutnya dimasukkan ke tenggorokannya. Test ini tidak butuh waktu lama.
Jumat, 13 Maret
Seperti yang sudah diduga, hasil test Sebastiaan positif corona. Hasil yang sama juga diperoleh teman seperjalanan ketiga yang mengemudi mobil saat kembali liburan dari Austria ke Belanda. Dari hasil test tadi, petugas berasumsi bahwa seluruh keluarga telah terinfeksi. Petugas lalu mengharuskan Sebastian beserta istri dan kedua anaknya untuk tetap mengisolasikan diri di dalam rumah dan menghindari kontak dengan orang-orang di luar rumah. Petugas menyatakan mereka berada di bawah pengawasan aktif. Petugas berjanji akan memantau kondisi kesehatan mereka setiap hari melalui telepon. Apabila dalam 24 jam tidak ada keluhan, maka pasien dianggap sudah pulih.
Anak-anak kadang-kadang sedikit demam, tetapi tetap bertahan mengisolasi diri di rumah adalah tantangan besar. Hanneke sekarang sakit tenggorokan, tapi belum menderita demam. Sebastiaan merasa pulih setelah 3 hari demam. “Saya melihat banyak reaksi kaget dan ketakutan di sekitar saya, karena saya terkena corona. Ini sangat mengganggu, tetapi bagi saya, penyakit ini tidak lebih buruk dari flu biasa. Ini menyebalkan, tetapi bagi keluarga yang sehat seperti kami, tidak perlu takut pada corona.”
Walentina Waluyanti
Belanda, 13 Maret 2020