Corona di Belanda: Mulai “Panic Buying”
Walentina Waluyanti – Belanda
[13-3-2020] – Saya terkejut ketika ke supermarket Vomar di Almere Stad, situasinya tidak seperti biasanya. Biasanya masih pagi sekali, saya ke supermarket dekat rumah membeli roti. Karena masih pagi, jumlah pembeli biasanya masih sedikit. Tapi hari ini, wow… tempat parkirnya full, trolley belanjaan setiap pembeli tampak menggunung.
Kepanikan akibat corona mulai terasa di Belanda. Orang-orang menyerbu pasta, beras, toilet paper, dan bahan-bahan makanan lain yang bisa disimpan lama. Obat paracetamol mulai susah didapatkan di mana-mana.
Situasi supermarket di Paterswolde, toilet paper kosong. (Foto: RTV Noord)
“Wah, mulai sibuk, ya? Biasanya jam segini masih sepi”, kata saya pada kasir, seorang gadis muda.
Kata Kasir, “Ya, luar biasa. Kami tidak bisa berbuat apa-apa.. Tadinya saya justru memilih bertugas di pagi hari, karena saya pikir pagi hari bukan jam sibuk. Sehingga saya bisa bekerja lebih santai. Pembeli di pagi hari kebanyakan orang-orang tua, dan mereka senang bercakap-cakap. Sambil mereka membayar, biasanya saya masih punya waktu ngobrol dengan mereka. Tapi sekarang? Bahkan saya tidak sempat lagi melakukan hal lainnya.”
Media Belanda melaporkan, “panic buying” sekarang ini terjadi di seluruh propinsi di Belanda. Kepanikan ini juga terjadi antara lain karena umumnya orang tak percaya dengan angka resmi dari jumlah yang terinfeksi corona. Mereka lebih percaya bahwa wabah ini sudah menyebar jauh lebih banyak dari angka resmi yang diumumkan pemerintah.
Baru saja Kamis kemarin (12/3) Perdana Menteri Mark Rutte menyerukan tidak perlu memborong belanjaan, semua terkendali, dan menjamin bahwa rakyat tidak akan kehabisan bahan keperluan sehari-hari. Namun rakyat Belanda tidak mempedulikan seruan Perdana Menteri. Banyak pendapat, bahwa kini rakyat justru melakukan berlawanan yang dianjurkan Perdana Menteri, karena mereka sudah tak percaya terhadap informasi pemerintah terkait corona.
Walentina Waluyanti
Belanda. 13 Maret 2020