Rekonstruksi Penyebaran Corona di Eropa dan Orang Eropa Pertama yang Terinfeksi
Walentina Waluyanti – Belanda
[8-3-2020] - Mengejutkan, sebanyak 16 juta orang atau seperempat dari populasi penduduk Italia dikarantinakan, setidaknya sampai hari ini (8/3). Italia adalah negara di Eropa dengan jumlah terinfeksi corona terbanyak. Terutama di daerah Italia Utara.
Bagaimana mulanya penyebaran corona di Eropa? Meskipun sudah terdengar penyebaran corona di Cina, sampai dengan akhir Januari, Eropa masih tenang-tenang saja. Masih banyak orang Eropa yang berpikir bahwa wabah corona hanya terjadi di Cina. Bahkan masih banyak yang menganggap bahwa virus corona hanya menginfeksi ras Cina. Tak kurang di Indonesia pun menganggap bahwa virus corona tak akan masuk ke Indonesia. Karena suhu tropis membuat virus tersebut tak dapat hidup. Bahkan ada juga ahli yang mengatakan ras melayu tak bisa terjangkit virus ini. Seiring berjalannya waktu semua dugaan tersebut ternyata keliru. Sermua ras dan semua negara tak ada yang kebal terhadap virus corona.
Koridor rumah sakit di Codogno Italia, bagian gawat darurat ditutup untuk tindakan pencegahan (Sumber:NOS)
Orang Italia pertama (bukan orang Eropa pertama) yang terjangkit virus corona adalah Mattia (38) dari Codongo di Lombardia. Pada 25 Januari, Mattia, seorang atlet, makan malam dengan rekan kerjanya. Dan rekan kerjanya ini beberapa hari sebelumnya berkunjung ke Cina. Tetapi setelah rekan kerjanya tersebut ditest corona, ternyata hasilnya negatif. Pertanyaannya, siapa yang menjangkiti Mattia?
Lalu ditelusurilah seorang warga Eropa yang pertama kali terinfeksi virus corona. Ia adalah seorang pria Jerman (33) dari Kaufering. Diberitakan bahwa ia terinfeksi melalui kontak dengan seorang wanita Cina yang bertemu dengannya pada tanggal 20 dan 21 Januari. Lalu apa kaitan pria Jerman ini dengan penyebaran corona di Italia?
Pria Jerman penyebar corona pertama di Eropa ini, bekerja di perusahaan Webasto yang mempunyai beberapa cabang di Italia Utara, juga di daerah Codogna 45 km dari sebelah Utara Italia. Diperkirakan bahwa "transfer infeksi” yang kemudian fatal akibatnya, terjadi di sekitar daerah-daerah tadi. Namun tidak diketahui siapa yang memulai dan bagaimana penyebaran dimulai.
Larangan penerbangan dari Italia ke Cina tak banyak berarti. Sebab larangan itu dikeluarkan setelah penyebaran virus di Italia telah dimulai. Dan selanjutnya menyebar ke seluruh Eropa.
Seorang ahli virus, Ab Osterhaus mengkritik penanganan yang terlambat dalam hal melacak dan mendeteksi orang-orang yang mengadakan kontak dengan pasien pertama. Sehingga ini menimbulkan gelombang penyebaran tanpa diketahui. Hal ini menimbulkan kesulitan untuk mengendalikan dan menghambat penyebaran virus.
Tentang kinerja rumah sakit, Osterhaus menekankan bahwa hanya mematuhi pedoman dengan mengabaikan bagaimana seriusnya situasi di daerah setempat, bisa menimbulkan masalah besar. Perdana Menteri Italia Giuseppe menyalahkan rumah sakit di Codogno akibat penyebaran virus yang cepat. Mattia telah menginfeksi banyak orang selama di luar rumah sakit, tanpa disadari.
Namun demikian, di tengah kritik terhadap rumah sakit, ada juga pujian terhadap ahli anestesi, Annalisa Malara (38) dari rumah sakit di Codogno. Ia adalah orang pertama yang menemukan bahwa Mattia terinfeksi corona, meskipun ini baru diketahui setelah beberapa hari. Padahal ketika diperiksa, Mattia belum pernah ke Cina dan tidak memiliki masalah pernapasan serius. Ketika itu orang yang akan diperiksa adalah mereka yang pernah ke Cina. Sehingga Mattia sempat dianggap tidak mungkin mengidap virus corona. Sesudah mengecek Mattia, kemudian Annalisa atas inisiatifnya sendiri mengambil tindakan perlindungan terhadap dirinya dan timnya.
Banyak orang Italia mengklaim bahwa lebih banyak kasus virus corona yang terdeteksi di Italia dibanding negara-negara Eropa lainnya, karena di Italia lebih banyak pemeriksaan sedang berlangsung dan sudah dimulai lebih awal. Ahli virus Ilaria Capua juga berpendapat demikian. Dia berasumsi bahwa bisa saja ada lebih banyak infeksi corona, juga di negara-negara Eropa lainnya. "Semakin banyak orang yang terinfeksi, banyak di antaranya bahkan tidak tahu mereka mengidapnya, semakin tidak fatal virusnya," kata Capua.
Walentina Waluyanti
Belanda, 8 Maret 2020
{backbutton}