Walentina Waluyanti de Jonge is an Indonesian author/essayist, historical book writer, teacher.
Jika ada yang menggunakan nama saya Walentina Waluyanti untuk meminta sejumlah uang, melalui ex-email saya walentinawa@yahoo.com, saya sampaikan itu bukanlah dari saya, sebab email saya di yahoo.com sudah lama dibajak.
Hindari perkara hukum dengan tidak memplagiat tulisan Walentina Waluyanti. Semua tulisan Walentina Waluyanti di website ini dilindungi UU Hak Cipta. Dilarang memperbanyak dan melipatgandakan materi dalam website ini dalam bentuk apapun tanpa ijin Walentina Waluyanti sebagai pemilik website. Copy paste harap mencantumkan nama penulis. Copy paste tanpa mencantumkan nama penulis, sama dengan plagiat. DILARANG KERAS MENGKOMERSILKAN karya penulis Walentina Waluyanti/Walentina Waluyanti de Jonge tanpa IJIN TERTULIS dari penulis Walentina Waluyanti. Melanggar larangan ini berarti melanggar UU Hak Cipta. Hindari tuntutan hukum dengan tidak melakukan pelanggaran atas UU Hak Cipta.
Reproduceren en kopieeren van alle materialen van deze website van welke aard dan ook is verboden zonder toestemming van Walentina Waluyanti als eigenaar van deze website. Tevens moet men dan voor niet-commerciële doeleinden mijn naam als de auteur vermelden. Commercialiseren van het werk van Walentina Waluyanti is verboden zonder schriftelijke toestemming van mij als schrijver / eigenaar van deze website en men zal bij overtreding van dit verbod instemmen met de juridische gevolgen hiervan.
Lukisan Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti – Nederland
Selain menuangkan pikiran melalui tulisan, saya juga suka berekspresi melalui lukisan. Saya suka melukis apa saja. Potret, pemandangan, manusia, abstrak, dekoratif batik, dan lain-lain. Sebagian dari lukisan saya, klik video di bawah ini.
Aryati! Aryati! Pengaruh Indonesia dalam Kultur Indisch di Belanda
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge - Nederland
Catatan: Saya menerima pertanyaan terkait kultur Indisch. Tulisan ini untuk menjawab pertanyaan yang dialamatkan kepada penulis, dari seorang filmmaker, Andino Firstianto. Jika pembaca ingin mengirim pertanyaan, mohon dikirim melalui kolom "contact" di website ini. Bukan melalui alamat email "This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it." yang sudah lama di-hack dan tidak bisa saya buka. Saya tidak punya akun Facebook, Twitter, Linkedln, juga sama sekali tidak aktif di Google Plus, mengingat kesibukan di antaranya menyusun buku bertema sejarah dan menyempatkan menulis teratur untuk website ini.
__________________________________________________________________________________________
Generasi sekarang ini sering memaksudkan kata “Indo” sebagai singkatan dari kata “Indonesia”. Namun sebetulnya sebelumnya, sejak zaman kolonialisme kata “Indo” adalah sebutan bagi mereka yang berdarah campuran Eurasia, terutama campuran Indonesia-Belanda. Gaya hidup orang-orang Indo di Hindia Belanda (belum bernama Indonesia) ini kemudian melahirkan kultur yang disebut “kultur Indisch”.
Pertemuan Muram Sri Sultan, Lady Di dan Pangeran Charles
Penulis@Copyright: Walentina Waluyanti - Nederland
Salah satu lukisan karya saya adalah potret wajah Putri Diana (foto di bawah). Rasanya belum lengkap kalau tidak menulis tentang tokoh yang saya lukis itu. Nah, berikut ini kisahnya.
Pemuda Maluku Ini Mendapat Gelar Pahlawan dari Kerajaan Belanda, Digilai Gadis Eropa
Penulis@copyright: Walentina Waluyanti – Belanda
Pilih mana? Berstatus WNI, tetapi bikin malu negara sendiri? Atau berstatus WNA berdarah Indonesia, tetapi ikut mengharumkan tanah kelahiran melalui prestasi? Melalui dua pemuda Ambon kelahiran Depok ini, nama Indonesia ikut dikenal. Mereka pernah memecahkan rekor penjualan piringan hitam terbanyak di dunia pada masanya.
Pameran Tunggal Lukisan Karya Walentina
Penulis: Walentina Waluyanti – Belanda
Selamat jumpa lagi. Karena ngebut menyelesaikan lukisan-lukisan untuk pameran, urusan menulis terpaksa jadi keteteran. Berikut ini saya berbagi cerita tentang pameran lukisan saya yang baru lalu.
Ngintip Lukisan di Bali
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Kondisi yang serba elok di Bali banyak menginspirasi seniman untuk membuat karya artistik yang tak ada habisnya. Saya sendiri yang senang melukis, kadang terinspirasi menjadikan seni budaya Bali sebagai obyek lukisan. Berikut ini contoh lukisan karya saya.
“Balinese Dancer” (by Walentina Waluyanti, 2008)-Copyright: Walentina Waluyanti- DON'T PRINT WITHOUT PERMISSION
Dimuat di Kompas.com
Oscar Rexhaüser, Legenda Indo-Rock – dari Surabaya ke Belanda
Catatan penulis Walentina Waluyanti: Oscar Rexhauser yang saya wawancarai di artikel ini akhirnya meninggal dunia 29 Mei 2011 dalam usia 76 tahun, karena "hartstilstand" (bahasa Belanda: jantung berhenti berdetak). Selamat jalan Oscar!
Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti de Jonge – Nederland
Jumat 27 Maret 2009, hari ini saya kedatangan tamu istimewa. Di depan pintu berdiri sosok yang tinggi besar, gagah dan kharismatis. Untuk pria seusianya, sosoknya masih tegap dan garis wajah indonya yang ganteng masih tampak jelas. Rambutnya yang panjang keperakan diikat rapi ke belakang.
Jusuf Kalla dan Tukang Becak (Beda Suku Bugis dan Makassar)
Copyright@Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Catatan: Lukisan “Becak Makassar” di bawah ini adalah karya penulis Walentina Waluyanti.
Wanita Berkumis yang Dirajam Sampai Cantik
Dilarang plagiat! Copyright @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
*Ulasan sederhana ini dipersembahkan untuk mereka yang terbuang dan putus asa. Kegagalan, sakit dan derita bukanlah kesia-siaan, melainkan bentuk awal dari sebuah anugerah (quote by Walentina Waluyanti ™).

Dia memang cantik. Kecantikan khas Latin. Rambutnya sedikit berombak, legam, panjang, tebal. Alisnya yang hitam lebat semakin menguatkan sinar matanya yang begitu kuat menghujam. Tarikan bibirnya menggambarkan kekerasan hatinya.
Babu Bugil di Paris, Anna the Javanese
Tulisan ini sudah dibukukan.
Dilarang plagiat! Copyriht @ Penulis: Walentina Waluyanti – Nederland
Catatan penulis: Memperingati Hari Ibu 22 Desember, tulisan ini adalah tribute bagi jutaan “Anna the Javanese” di Indonesia. Yaitu kaum ibu dan perempuan terpinggirkan.